PROMOSI KESEHATAN
Sejarah Perkembangan Kesehatan Masyarakat Di Indonesia
Oleh :
Amal Ma’ruf
AKM 0713041
ANALIS KESEHATAN MUHAMMADIYAH
MAKASSAR
Perkembahangan Kesehatan Masyarakat di Indonesia
1.
Masa Pra Kemerdekaan.
Pada tahun 1807 Gubernur Jendral Daendels melakukan pelatihan
praktik persalinan pada para dukun bayi. Pada tahun 1851 didirikan sekolah
dokter Jawa di Batavia yaitu STOVIA. Tahun 1888 di Bandung didirikan Pusat
Laboratorium Kedokteran yang selanjutnya menjadi Lembaga Eykman sekarang. Pada
Tahun 1913 didirikan Sekolah Dokter Belanda yaitu NIAS di Surabaya. Tahun 1922
terjadi wabah Pes, sehingga tahun 1933-1935 diadakan pemberantasan Pes dengan
DDT dan vaksinasi massal.
Hasil penyelidikan Hydric, petugas kesehatan pemerintah waktu
itu, penyebab kesakitan dan kematian yang terjadi di Banyumas adalah kondisi
sanitasi, lingkungan dan perilaku penduduk yang sangat buruk. Hydric
kemudian mengembangankan percontohan dan propaganda kesehatan.
2.
Masa Era Kemerdekaan.
1). Masa Orde Lama.
Pada tahun 1951 konsep bandung Plan
diperkenalkan oleh dr. Y. Leimena dan dr. Patah, yaitu konsep pelayanan yang
menggabungkan antara pelayanan kuratif dan preventif. Tahun 1956 didirikanlah
proyek Bekasi oleh dr. Y. Sulianti di Lemah Abang, yaitu model pelayanan
kesehatan pedesaan dan pusat pelatihan tenaga. Kemudian didirikan Health Centre
(HC) di 8 lokasi, yaitu di Indrapura (Sumut), Bojong Loa (Jabar), Salaman
(Jateng), Mojosari (Jatim), Kesiman (Bali), Metro (Lampung), DIY dan Kalimatan
Selatan. Pada tanggal 12 November 1962 Presiden Soekarno mencanangkan program
pemberantasan malaria dan pada tanggal tersebut menjadi Hari Kesehatan Nasional
(HKN).
2). Masa Orde Baru.
Konsep Bandung Plan terus dikembangkan,
tahun 1967 diadakan seminar konsep Puskesmas. Pada tahun 1968
konsep Puskesmas ditetapkan dalam Rapat Kerja Kesehatan Nasional dengan
disepakatinya bentuk Puskesmas yaitu Tipe A, B & C. Kegiatan Puskesmas saat
itu dikenal dengan istilah ’Basic’. Ada Basic 7, Basic 13 Health Service yaitu
: KIA, KB, Gizi Mas., Kesling, P3M, PKM, BP, PHN, UKS, UHG, UKJ, Lab,
Pencatatan dan Pelaporan. Pada tahun 1969, Tipe Puskesmas menjadi A & B.
Pada tahun 1977 Indonesia ikut menandatangi kesepakatan Visi : ”Health For All
By The Year 2000”, di Alma Ata, negara bekas Federasi Uni Soviet, pengembangan
dari konsep ” Primary Health Care”. Tahun 1979 Puskesmas tidak ada pen’Tipe’an,
dan dikembangkan piranti manajerial Perencanaan dan penilaian Puskesmas yaitu ’
Micro Planning’ dan Stratifikasi Puskesmas. Pada tahun 1984 dikembangkan
Posyandu, yaitu pemngembangan dari pos penimbangan dan karang gizi. Posyandu
dengan 5 programnya yaitu, KIA, KB, Gizi, Penangulangan Diare dan
Imunisasi dengan 5 Mejanya (Notoadmodjo, 2005). Pada waktu-waktu selanjutnya
Posyandu bukan saja untuk pelayanan Balita tetpai juga untuk pelayanan ibu
hamil. Bahkanpada waktu-waktu tertentu untuk promosi dan distribusi Vit.A, Fe,
Garam Yodium, dan suplemen gizi lainnya. Bahkan Posyandun saat ini juga
menjadi andalah kegiatan penggerakan masyarakat (mobilisasi sosial) seperti
PIN, Campak, Vit A, dsb
3. Pra Reformasi.
Waktu
terus bergulir, tahun 1997 Indonesia mengalami krisis ekonomi. Kemiskinan
meningkat, kemampuan daya beli masyarakat rendah, menyebabkan akses ke
pelayanan kesehatan renda, kemudian dikembangkan program kesehatan untuk
masyarakat miskin yaitu, JPS-BK. Tahun 1998 Indonesia mengalami reformasi
berbagai bidang termasuk pemerintahan dan menjadi negara dermokrasi. Tahun 2001
otonomi daerah mulai dilaksanakan, sehingga dilapangan program-prorgam
kesehatan bernunasa desentralisasi dan sebagai konsekuensi negara demokrasi,
program-program kesehatan juga banyak yang bernuasa ’politis’. Tahun 2003
JPS-BK kemudian penjadi PKPS-BBM Bidang Kesehatan, tahun 2005 berubah lagi
menjadi Askeskin. Pada saat itu juga dikembangkan Visi Indonesia Sehat Tahun
2010 dengan Paradigma Sehat. Puskesmas dan Posyandu masih tetap eksis, bahkan
Posyandu menjadi andalan ujung tombak ’mobilisasai sosial’ bidang kesehatan.
Dalam era otonomi dan demokrasi menuntut akutanbilitas dan kemitraan, sehingga
berkembang LSM-LSM baik bidang kesehatan, maupun bukan untuk menuntut
akutanbilitas tersebut dalam berbagai bentuk partisipasi. Sebagai
’partnersship’ LSM-LSM tersebut program kesehatan yang bertanggung jawab adalah
Promosi Kesehatan. Promosi Kesehatan harus menjadi ujung tombak mewakili
program kesehatan secara keseluruhan, baik sebagai pemasaran-sosial Visi
Indonesia Sehat 2010 untuk merubah paradigma (Paradigma Sehat)petugas
kesehatan dan masyarakat. Tugas lain promosi kesehatan melakukan advokasi,
komunikasi kesehatan dan mobilisasi sosial, baik kepada pihak legislatif,
eksekutif maupun masyarakat itu sendiri. Terutama melalui kemitraan dengan
LSM-LSM tersebut. Dengan kata lain pada era otonomi/desentralisasi saat ini
sektor kesehatan harus diperjuangkan juga secara politik karena sebenarnya saat
ini bidang kesehatan disebut juga sebagai era ’Political Health’, maka peranan
promosi kesehatan sangat menonjol dalam ikut mengakomodasi upaya tersebut
dengan berbagai strategi.
Tabel
1.1 : Era Perkembangan Kesehatan Masyarakat
Unsur
Pengembangan
|
Empirical
Health Era
< 1850
|
Basic Science Era
(1850-1900)
|
Clinical Science Era (1900-1950)
|
Public Health Science Era
(1950-1900)
|
Political Science Era
> 1900
|
Titik Berat Pelayanan
|
Gejala-Gejala
Penyakit
|
Bakteri
& Penyakit
|
Pasien
(Penderita)
|
Masyarakat/
penduduk
|
Masyarakat
dan Lingkungan Kesehatan
|
Cara Penyelanggaraan Pendidikan
|
Mengikuti
petunjuk secara mutlak dari pengajar
|
Diagnosa
Laboratorium
|
Polikinilk/
Balai Pengobatan sebagai tempat praktik
|
Kelinik
& balai Kesehatan Masyarakat dan masyakrakjat sebagai tempat praktik
|
RS
Pendidikan dan daerah lokasi praktik
|
Penelitian dan Pengembangan
|
Pengalaman
Empiris (historical)
|
Pengembangan
Laboratorium
|
Pengembangan
Iptek Kedokteran
|
Pengembangan
masyarakat dan dengan pengembangan tolok ukur dan kreteria-kreteria
|
Selain
pengembangan Iptek Kedokteran dan masy, juga dikembangankan bidang ilmu yang
lain seperti ekonomi, sosial dan politik.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar