BAKTERIOLOGI
Isolasi dan Identifikasi Staphylococcus
Disusun Oleh:
1.
Amal ma’ruf AKM
0713041
AKADEMI
ANALIS KESEHATAN MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2014/2015
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur
kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nyalah, sehingga penulisan makalah yang berjudul “ISOLASI DAN IDENTIFIKASI STPHYLOCOCCUS”, dapat terselesaikan dengan baik. Dalam penyusunan
makalah ini banyak tantangan dan hambatan yang kami alami, namun berkat ketekunan dan kerja keras
serta do’a sehingga semua itu dapat terlewati.
kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata kesempurnaan.Kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna untuk dapat memperbaiki
kesalahan-kesalahan dalam makalah ini
PENULIS
BAB I
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Staphylococcus aureus (S. aureus) adalah
bakteri gram positif yang menghasilkan pigmen kuning, bersifat aerob
fakultatif, tidak menghasilkan spora dan tidak motil, umumnya tumbuh
berpasangan maupun berkelompok, dengan diameter sekitar 0,8-1,0 pm.S. aureustumbuh dengan
optimum pada suhu 37°C dengan waktu pembelahan 0,47 jam. S. aureus merupakan
mikroflora normal manusia.Bakteri ini biasanya terdapat pada saluran pernafasan
atas dan kulit.Keberadaan S. aureus pada saluran pernafasan atas dan
kulit pada individu jarang menyebabkan penyakit,
individu sehat biasanya hanya berperan sebagai karier.Infeksi
serius akan terjadi ketika resistensi inang melemah karena adanya perubahan
hormon; adanya penyakit, luka, atau perlakuan menggunakan steroid atau obat
lain yang memengaruhi imunitas sehingga terjadi pelemahan inang
B.
Maksud dan
Tujuan
Adapun maksud dan tujuan penulisan
makalah ini adalah untuk mengenal dan mengetahui tentang bakteri Staphylococcus aureus secara umum.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Tinjauan umun
Staphylococcus merupakan penyebab penting penyakit pada manusia.
Dalam keadaan normal terdapat di saluran pernafasan atas, kulit, saluran cerna
dan vagina. Staphylococcus dapat dihembuskan
dari saluran pernafasan atas pada waktu bersin, benda-benda mati, debu dinding
dan lantai ruangan dapat menjadi sumber penularan ke orang lain. Staphylococcus dapat
ditularkan melalui tangan pengidap yang bergejala. Pegawai di rumah sakit
adalah yang terutama paling mungkin menularkan cara ini. Orang yang sehat juga
dapat menyebarkan Staphylococcus ke kulit dan pakaiannya sendiri
dengan cara bersin atau melalui tangan yang terkontaminasi.
Staphylococcus Aureus (S. aureus) adalah bakteri gram positif
yang menghasilkan pigmen kuning, bersifat aerob fakultatif, tidak menghasilkan spora
dan tidak motil, umumnya tumbuh berpasangan maupun berkelompok, dengan diameter
sekitar 0,8-1,0 µm.S. aureus tumbuh
dengan optimum pada suhu 37oC dengan waktu pembelahan 0,47 jam. S. aureus merupakan mikroflora normal manusia.Bakteri
ini biasanya terdapat pada saluran pernafasan atas dan kulit. Keberadaan S. aureus pada saluran pernafasan
atas dan kulit pada individu jarang menyebabkan penyakit, individu sehat
biasanya hanya berperan sebagai karier . Infeksi serius akan terjadi ketika
resistensi inang melemah karena adanya perubahan hormon; adanya penyakit, luka,
atau perlakuan menggunakan steroid
atau obat lain yang memengaruhi imunitas sehingga terjadi pelemahan inang.
Staphylococcus
aureus merupakan bakteri yang bersifat patogen. Infeksi yang disebabkan oleh
bakteri ini biasanya timbul dengan tanda – tanda khas yaitu peradangan,
nekrosis, dan pembentukan abses. Staphylococcus aureus bertanggung
jawab atas 80% penyakit supuratif dengan permukaan kulit sebagai habitat
alaminya. Infeksi kulit dan luka terbuka seperti ulkus, bekas terbakar, dan
luka bekas operasi memperbesar kemungkinan terinfeksi bakteri dan berakibat
infeksi sistemik. Infeksi oleh bakteri menimbulkan peradangan disertai rasa
sakit dan terjadi supurasi sehingga perlu adanya suatu tindakan untuk
mengeluarkan pus tersebut dan membatasi pertumbuhan serta penyebaran bakteri.
Infeksi Staphylococcus aureus dapat sendi pada tingkat
yang berat. Sendi prostetik menempatkan seseorang pada risiko tertentu untuk
arthritis septik, dan endokarditis staphylococcal (infeksi pada katup jantung)
dan pneumonia, yang dapat dengan cepat menyebar.
B. Klasifikasi
Genus Staphylococcus
mencakup 31 spesies.Kebanyakan tidak berbahaya dan tinggal di atas kulit dan
selaput lendir manusia dan organisme lainnya.Mereka juga menjadi mikroba
tanah.Genus ini dapat ditemui di seluruh dunia.
Kerajaan
: Bacteria
Filum : Firmicutes
Kelas : Cocci
Ordo
: Bacillales
Famili
: Staphylococcaceae
Genus : Staphylococcus
Spesies :
Staphylococcus sp
C. Morfologi
Bakteri Staphylococcus berbentuk
bulat menyerupai bentuk buah anggur yang tersusun rapi dan tidak teratur satu
sama lain. Sifat dari bakteri ini umumnya sama dengan bakteri coccus yang lain
yaitu :
·
Berbentuk bulat dengan diameter kira-kira 0,5 – 1,5 µm.
·
Warna koloni putih susu atau agak krem
·
Tersusun dalam kelompok secara tidak beraturan.
·
Bersifat fakultatif anaerobic.
·
Pada umumnya tidak memiliki kapsul.
·
Bakteri ini juga termasuk juga bakteri nonsporogenous (tidak
berspora).
·
Sel-selnya bersifat positif-Gram, dan tidak aktif melakukan
pergerakan (non motile).
·
Bersifat pathogen dan menyebabkan lesi local yang
oportunistik.
·
Menghasilkan katalase.
·
Tahan terhadap pengeringan, panas dan Sodium Khlorida (NaCl)
9 %
·
Pertumbuhannya dapat dihambat dengan cepat oleh bahan kimia
tertentu seperti Hexachlorophene 3%.
·
Sebagian besar adalah
saprofit yang hidup di alam bebas, namun habibat alamiahnya adalah pada
permukaan epitel golongan primate/mamalia.
Berikut
gambarnya :
D.
Sifat-sifat Biologi
Staphylococcus aureus
adalah bakteri aerob dan anaerob,
fakultatif yang mampu menfermentasikan manitol dan menghasilkan enzim
koagulase, hyalurodinase, fosfatase, protease dan lipase. Staphylococcus aureus
mengandung lysostaphin yang dapat
menyebabkan lisisnya sel darah merah.Toksin yang dibentuk oleh Staphylococcus aureus adalah
haemolysinalfa, beta, gamma, delta danapsilon. Toksin lain ialah leukosidin,
enterotoksindan eksfoliatin.
Enterotosin
dan eksoenzim dapat menyebabkan keracunan makanan terutama yang mempengaruhi
saluran pencernaan.Leukosid ini menyerang leukosit sehinggah daya tahan tubuh
akan menurun.Eksofoliatin merupakan toksin yang menyerang kulit dengan
tanda-tanda kulit terkena luka bakar.(Boyd, 1980; Schlegel, 1994).Suhu optimum
untuk pertumbuhan Staphylococcus aureus adalah
35o – 37oC dengan suhu minimum 6,7oC dan suhu
maksimum 45,4oC. Bakteri ini dapat tumbuh pada pH 4,0 – 9,8 dengan
pH optimum 7,0 – 7,5. Pertumbuhan pada pH mendekati 9,8 hanya mungkin bila
substratnya mempunyai komposisi yang baik untuk pertumbuhannya.
Bakteri
ini membutuhkan asam nikotinat untuk tumbuh dan akan distimulir pertumbuhannya
dengan adanya thiamin.
Pada keadaan
anaerobik, bakteri ini juga membutuhkan urasil.Untuk pertumbuhan optimum
diperlukansebelasasam amino, yaituvalin, leusin, threonin, phenilalanin,
tirosin, sistein, metionin, lisin, prolin, histidin dan arginin.Bakteri ini
tidak dapat tumbuh pada media sintetik yang tidak mengandung asam amino atau
protein.(SupardidanSukamto, 1999). Selain memproduksi koagulase, S.aureus
juga dapat memproduksi berbagai toksin, diantaranya:
·
Eksotoksin-a yang sangat beracun.
·
Eksotoksin-b yang terdiri dari hemosilin,
yaitu suatu komponen yang dapat menyebabkan lisis pada sel darah merah.
·
Toksin F dan S, yang merupakan
protein eksoseluler dan bersifat leukistik.
·
Hialuronidase, yaitu suatu enzim yang
dapat memecah asam hyaluronat di dalam tenunan sehingga mempermudah penyebaran bakteri keseluruh tubuh.
·
Grupenterotoksin yang terdiri dari protein
sederhana. (Supardidan Sukamto, 1999).
Staphylococcus aureus hidup sebagai saprofit di dalam saluran-saluran pengeluaran lender
dari tubuh manusia dan hewan-hewan seperti hidung, mulut dan tenggorokan dan
dapat dikeluarkan pada waktu batuk atau bersin.
Bakteri ini juga sering
terdapat pada pori-pori dan permukaan kulit, kelenjar keringat dan saluran
usus.Selain dapat menyebabkan intoksikasi, S. aureus juga dapat menyebabkan
bermacam-macam infeksi seperti jerawat, bisul, meningitis, osteomielitis,
pneumonia dan mastitis pada manusia dan hewan.(Supardi dan Sukamto, 1999).
E.
Struktur Antigen
Struktur antigen dari Staphylococcus terdiri atas :
·
Peptidoglikan
·
Asam teikhoik
·
Protein A
·
Kapsul
·
Enzim
dan toksin-toksin yang ada pada Staphylococcus menyebabkan penyakit
baik melalui kemampuannya untuk berkembang biak dan menyebar dalam jaringan,
maupun melalui bahan-bahan ekstraselular yang dihasilkannya. Bahan-bahan
tersebut adalah :
a) Katalase, enzim yang mengkatalisir
perubahan H2O2 menjadi air dan oksigen.
b) Koagulase, adalah protein mirip enzim yang
dihasilkan oleh Staphylococcus. Enzim ini dapat membekukan plasma oksalat
atau plasma sitrat bila di dalamnya terdapat faktor-faktor pembekuan.
Koagulase ini menyebabkan terjadinya deposit fibrin pada permukaan sel
Staphylococcus yang menghambat fagositosis.
c) Enzim-enzim yang lain, seperti
hialuronidase satu faktor penyebaran, staphylokinase yang menyebabkan
fibrinolisis, proteinase dan beta-laktamase.
d) Eksotoksin, yang bisa menyebabkan
nekrosis kulit.
e) Lekosidin, yang dihasilkan
Staphylococcus menyebabkan infeksi rekuren, karena leukosidin menyebabkan
Staphylococcus berkembang biak intraselular.
f) Toksin eksploatif, yang dihasilkan
oleh Staphylococcus aureus terdiri dua protein yang menyebabkan deskuamasi
kulit yang luas.
g) Toksik penyebab Sindroma Renjatan
Toksik, (toksik shock syndrome toxin) dihasilkan oleh sebagian besar
strain Staphylococcus yang menyebabkan sindroma shock toksik.
h)
Enterotoksin,
dihasilkan oleh Staphylococcus aureus yang berkembang biak pada makanan,
toksin ini tahan panas, dan bila tertelan oleh manusia bersama
makanan, akan menyebabkan gejala muntah berak (keracunan makanan)
F.
Sumber Penularan
Staphylococcus
aureus merupakan bakteri yang dapat hidup di tubuh orang.Banyak orang yang
sehat membawa Staphylococcus aureus tanpa terinfeksi.Fakta, 25-30 %
atau 1/3 bagian tubuh kita terdapat bakteri Staphylococcus aureus.Yang
terdapat pada permukaan kulit, hidung, tanpa menyebabkan infeksi. Jika sengaja
dimasukan dalam tubuh melalui luka akan menyebabkan infeksi. Biasanya sedikit
dan tidak membutuhkan perawatan khusus, Kadang-kadang, Staphylococcus
aureus dapat menyebabkan masalah serius seperti luka atau pneumonia
(radang paru-paru).
Penularan dapat terjadi
karena :
1) Mengkonsumsi
produk makanan yang tercemar
Mengkonsumsi
produk makanan yang mengandung enterotoksin staphylococcus. Terutama yg diolah
dengan tangan, baik yang tidak segera dimasak dengan baik ataupun karena proses
pemanasan atau penyimpanan yang tidak tepat. Jenis makanan tersebut seperti
pastries, custard, saus salad, sandwhich, daging cincang dan produk
daging. Bila makanan tersebut dibiarkan pada suhu kamar untuk beberapa jam sebelum
dikonsumsi, maka staphylococcus yang memproduksi toksin akan
berkembang biak dan akan memproduksi toksin tahan panas. Masa inkubasi mulai
dari saat mengkonsumsi makanan tercemar sampai dengan timbulnya gejala
klinis yang berlangsung antara 30 menit sampai dengan 8 jam, biasanya berkisar
antara 2-4 jam.
2) Ponsel
Karena sering dipegang dan disimpan di tempat yang hangat seperti tas atau saku celana, ponsel menjadi tempat pertumbuhan yang baik bagi Staphylococcus aureus. Bakteri yang secara normal terdapat di kulit manusia ini bisa menyebabkan bisul dan jerawat, atau bahkan pneumonia dan meningitis jika pertumbuhannya berlebihan. Menurut Joanna Verran, profesor mikrobiologi dari Manchester Metropolitan University menyarankan untuk rajin membersihkan ponsel dengan antiseptik. Selain itu, biasakan untuk menyimpannya di tempat yang kering dan sejuk.
Karena sering dipegang dan disimpan di tempat yang hangat seperti tas atau saku celana, ponsel menjadi tempat pertumbuhan yang baik bagi Staphylococcus aureus. Bakteri yang secara normal terdapat di kulit manusia ini bisa menyebabkan bisul dan jerawat, atau bahkan pneumonia dan meningitis jika pertumbuhannya berlebihan. Menurut Joanna Verran, profesor mikrobiologi dari Manchester Metropolitan University menyarankan untuk rajin membersihkan ponsel dengan antiseptik. Selain itu, biasakan untuk menyimpannya di tempat yang kering dan sejuk.
3) Make-up Tester
Penelitian di Jefferson Medical College menunjukkan, 100 persen sampel kosmetik di Pennsylvania ditumbuhi E. coli yang bisa menyebabkan kram perut serta diare. Beberapa di antaranya juga mengandung bakteri staphylococcus and streptococcus, bahkan HPV penyebab herpes.
Penelitian di Jefferson Medical College menunjukkan, 100 persen sampel kosmetik di Pennsylvania ditumbuhi E. coli yang bisa menyebabkan kram perut serta diare. Beberapa di antaranya juga mengandung bakteri staphylococcus and streptococcus, bahkan HPV penyebab herpes.
4)
Mesin ATM
Sebuah penelitian di Skotlandia mengungkap, bakteri staphylococcus yang memicu berbagai infeksi kulit juga banyak ditemukan di mesin ATM. Jenis bakteri lain yang juga ditemukan adalah bacillus, penyebab keracunan ketika mencemari makanan.Agar tidak tertular, tidak ada cara lain kecuali membersihkan tangan setelah bersentuhan dengan mesin ATM. Jangan memegang muka, mata, hidung dan mulut sebelum mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
Sebuah penelitian di Skotlandia mengungkap, bakteri staphylococcus yang memicu berbagai infeksi kulit juga banyak ditemukan di mesin ATM. Jenis bakteri lain yang juga ditemukan adalah bacillus, penyebab keracunan ketika mencemari makanan.Agar tidak tertular, tidak ada cara lain kecuali membersihkan tangan setelah bersentuhan dengan mesin ATM. Jangan memegang muka, mata, hidung dan mulut sebelum mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
G. Patogenesis
Staphylococcus merupakan penyebab terjadinya
infeksi yang bersifat poogenik. Untuk pembuatan kultur dapat diambil bahan dari
pernanahan kecil, bisul kecil, bisul besar, dan abces diberbagai bagian tubuh.
Bakteri ini dapat masuk ke dalam kulit melalui folikel-folikel rambut, muara
kelenjar keringat dan luka-luka kecil. Kemampuan yang menyebabkan penyakit dari
staphylococcus adalah gabungan dari efek yang ditimbulkan oleh produk-produk
ekstraseluler, daya infasi kuman dan kemampuan untuk berkembang biak.
Staphylococcus patogen mempunyai sifat sebagai berikut:
- Dapat
menghemolisa eritrosit
- Menghasilkan
koagulasi’dapat membentuk pigmen (kuning keemasan)
- Dapat
memecah manitol menjadi asam
Diantara staphylococcus yang mempunyai kemampuan
besar untuk menimbulkan penyakit ialah Staphylococcus aureus. Staphylococcus
nonpatogen bersifat:
- Non
hemolitik
- Tidak
menghasilkan koagulasi
- Koloni
berwarna putih
- Tidak
memecah manitol
Infeksi yang ditimbulkan
oleh Staphylococcus dapat meluas ke jaringan sekitarnya, perluasannya dapat
melalui darah atau limfe, sehingga pernanahan disitu bersifat menahun, misalnya
sampai pada sumsum sehingga terjadi radang sumsum tulang (osteomyelitis).
Perluasan ini dapat sampai ke paru-paru, selaput otak dan sebagainya.
H. Toksin dan Enzim
Staphylococcus dapat
menyebabkan penyakit karena kemampuannya berkembang biak dan menyebarluas dalam
jaringan tubuh serta adanya beberapa zat yang dapat diproduksi olehnya, zat
tersebut ialah:
ü Eksotoksin
Bahan ini dapat
diketemukan di dalam filtrat hasil pemisahan dari kuman dengan jalan menyaring
kultur.
Bahan ini bersifat tidak
tahan pemanasan dan bila disuntikkan kepada hewan percobaan dapat menimbulkan
kematian dan nekrose kulit. Eksotoksin ini mengandung hemolisin, yang dikenal
dalam beberapa jenis:
·
Alfa hemolisin ialah : putih telur yang
dapat menghancurkan eritrosit kelinci dan dapat mempengaruhi otot polos pembuluh darah.
·
Beta hemolisin ialah : suatu putih telur
yang dapat menghancurkan eritrosit kambing (tetapi tidak
pada eritrosit kelinci) dalam 1 jam pada suhu 37o
·
Gama hemolisin: bersifat antigen.
Eksotoksin ini bila ditambah formalin akan
kehilangan sifat toksinnya dan terbentuk toksoid yang dapat digunakan untuk
imunisasi, walaupun akhirnya tidak dipakai karena nilai imunitasnya tidak
ternilai.
ü Leukosidin
Yaitu suatu suspensi yang dihasilkan oleh Staphylococcus yang
bersifat membinasakan atau mematikan leukosit dari berbagai macam spesies
binatang. Leukosidin juga suatu antigen tetapi lebih termolabil daripada
eksotoksin.
ü Enterotoksin
Yaitu suatu suspensi yang dihasilkan oleh jenis
Staphylococcus tertentu, terutama bila ditanam pada media setengah padat dengan
konsentrasi CO2 yang tinggi (30 %).
Sifat-sifat enterotoksin:
- Bersifat
antigen
- Termostabil,
tidak mengalami perubahan pada perebusan selama 30 menit.
- Merupakan
salah satu penyebab gejala keracunan makanan dengan gejala
berupa:
lesu, kejang perut, berak-berak (diare), muntah-muntah, yang terjadi 1- 6 jam setelah makan makanan yang mengandung
enterotoksin.
ü Koagulase
Yaitu suspensi seperti enzim yang
terdiri atas putih telur yang dapat mengendapkan plasma sitrat atau plasma
oksalat. Staphylococcus patogen kebanyakan menghasilkan bahan ini.
ü Lain-lain produk ekstra
seluler dari Staphylococcus :
- Stafilokinase
yang dapat dengan lambat melarutkan fibrin seperti streptokinase.
- Penisilinase,
yang dapat merusak penisilin G.
- Hialuronidase
- Proteinase
- Lipase
I. Epidemiologi
Epidemi
di rumah sakit yang disebabkan oleh S. aureus merupakan masalah yang sering terjadi
berulang. Terjadinya wabah biasanya berhubungan dengan pasien yang telah
menjalani pembedahan atau tindakan invasif lainnya. Sumber wabah dapat berasal
dari pasien dengan infeksi S. aureus yang terbuka atau tertutup,
menyebar ke pasien lain melalui perantaraan udara tapi biasanya melalui tangan
paramedis. S. aureus sebagai flora normal kulit sering menimbulkan
infeksi pada luka bedah karena berpindah dari tempat semestinya ke organ atau
jaringan lainnya (Djafar, 1993).
Pengetahuan yang detail tentang bakteri Staphylococcus aureus
akan memberikan gambaran bahwa pemberantasan pada saat ini masih belum
memungkinkan, khususnya adanya Staphylococcus aureus yang memproduksi beberapa
faktor virulensi. Jadi investigasi dalam tingkat biologi molekuler harus
dilakukan untuk pemecahan masalah mastitis.
J.
Penyakit
Yang Ditimbulkan
1) Infeksi Staphylococcus dari kulit
dapat berlanjut ke impetigo (pengerasan dari kulit) atau cellulitis (peradanagn
dari jaringan penghubung dibawah kulit, menjurus pada pembengkakan dan
kemerahan dari area itu). Pada kasus-kasus yang jarang, komplikasi yang serius
yang dikenal sebagai scalded skin syndrom.
2) Pada wanita-wanita yang menyusui,
Staphylococcus dapat berakibat pada mastitis (peradangan
payudara) atau bisul bernanah dari payudara. Bisul-bisul bernanah
Staphylococcus dapat melepaskan bakteri-bakteri kedalam susu ibu.
3) Staphylococcal pneumonia sebagian besar mempengaruhi
orang-orang dengan penyakit paru yang mendasarinya dan dapat menjurus pada
pembentukan bisul bernanah didalam paru-paru.
4) Infeksi dari klep-klep jantung (endocarditis)
dapat menjurus pada gagal jantung.
5) Penyebaran dari Staphylococci ke
tulang-tulang dapat berakibat pada peradangan yang berat/parah dari tulang-tulang
dikenal sebagai osteomyelitis.
6) Staphylococcal sepsis (infeksi
yang menyebar luas dari aliran darah) adalah penyebab utama dari shock
(goncangan) dan keruntuhan peredaran, menjurus pada kematian, pada orang-orang
dengan luka-luka bakar yang parah pada area-area yang besar dari tubuh.
7) Keracunan makanan Staphylococcal
adalah penyakit dari usus-usus yang menyebabkan mual, muntah, diare, dan dehidrasi. Disebabkan oleh
memakan makanan-makanan yang dicemari dengan racun-racun yang dihasilkan oleh
Staphylococcus aureus. Gejala-gejala biasanya berkembang dalam waktu satu
sampai enam jam setelah memakan makanan yang tercemar. Penyakit biasanya
berlangsung untuk satu sampai tiga hari dan menghilang dengan sendirinya.
Pasien-pasien dengan penyakit ini adalah tidak menular, karena racun-racun
tidak ditularkan dari satu orang lainnya.
8) Toxic shock
syndrome adalah penyakit yang disebabkan oleh racun-racun yang dikeluarkan
bakteri-bakteri Staph aureus yang tumbuh dibawah kondisi-kondisi dimana ada
sedikit atau tidak ada oksigen. Toxic shock syndrome dikarakteristikan oleh
penimbulan tiba-tiba dari demam yang tinggi, muntah, diare, dan nyeri-nyeri
otot, diikuti okeh tekanan darah rendah (hipotensi), yang dapat
menjurus pada guncangan (shock) dan kematian. Mungkin ada ruam kulit yang
menirukan terbakar sinar matahari, dengan terkupasnya kulit. Toxic shock
syndrome pertamakali digambarkan dan masih terjadi terutama pada wanita-wanita
yang bermenstruasi yang menggunakan tampons.
K.
Diagnosa Laboratorium
Untuk pemeriksaan staphylococcus secara
laboratorium dapat dilakukan dengan bermacam-macam cara.
Bahan pemeriksaannya dapat berupa:
- Nanah
- Darah
- Cairan otak
- Usapan luka
Cara pemeriksaan
1) Pemeriksaan
langsung
Dari bahan dibuat sediaan/preparat,
kemudian diadakan pewarnaan.Dapat dipakai zat warna sederhana, tetapi lebih
baik dengan zat warna Gram.Umumnya bersifat gram positif.Secara mikroskopis
tidak dapat dibedakan antara staphylococcus patogen dan yang non patogen.
2) Penanaman
Kalau ditanam pada media agar darah selama
18 jam suhu 37O C akan tumbuh koloni. Untuk melihat ada
tidaknya hemolisin, atau terbentuknya pigmen.Pengeraman harus lebih lama lagi.
Pada infeksi campuran penanaman pada media ditambah 75 % NaCl agar flora lain
sukar tumbuh.
3) Tes Koagulase
Plasma sitrat yang telah diencerkan 1:5
dicampur dengan pertumbuhan Staphylococcus dalam media cair dalam jumlah yang
sama. Kemudian ditunggu selama 3 jam, apabila terjadi perjendelan berarti bahwa
Staphylococcus tersebut menghasilkan koagulase.Semua staphylococcus aureus yang
tes koagulase positif adalah bersifat patogen terhadap manusia, kecuali
staphylococcus albus yang dapat menyebabkan endocarditis (radang selaput dalam
jantung).
4) Tes
Manitol
Staphylococcus ditanam pada media cair (air
pepton) + 5 % manitol + phenol merah (sebagai indikator). Setelah dieramkan
18-24 jam akan terjadi perubahan warna menjadi kuning; karena terbentuk asam
L.
Pengobatan
Pengobatan bakteri Staphylococcus dapat dilakukan dengan
cara :
1) Pemberian antibiotik yang bersifat bakterisidal maupun yang bersifat
bakteriostatik.
2) Pemberian obat anti inflamasi untuk menurunkan radangnya untuk mengobati
penderita dengan tepat diperlukan data pemeriksaan kepekaan kuman penyebab infeksi terhadap berbagai obat antibiotik yang tersedia di pasaran.
Pemeriksaan kepekaan kuman terhadap antibiotik dapat dengan cara sebagai berikut:
1) Pemberian antibiotik yang bersifat bakterisidal maupun yang bersifat
bakteriostatik.
2) Pemberian obat anti inflamasi untuk menurunkan radangnya untuk mengobati
penderita dengan tepat diperlukan data pemeriksaan kepekaan kuman penyebab infeksi terhadap berbagai obat antibiotik yang tersedia di pasaran.
Pemeriksaan kepekaan kuman terhadap antibiotik dapat dengan cara sebagai berikut:
a) Cara Cakram
Dipakai cakram kertas saring yang telah mengandung antibiotik dengan kadar tertentu dan diletakkan diatas lempeng agar yang telah ditanami kuman. Diameter zona hambatan pertumbuhan kuman yang tampak menunjukkan sensitivitas kuman tersebut terhadap antibiotik bersangkutan.Penilaian terhadap zona hambatan dilakukan dengan membandingkan besarnya diameter zona hambatan dengan tabel
. Hasil penilaiannya berupa sensitif, resisten dan
intermediate. Kuman yang sensitif terhadap suatu jenis antibiotik akan
memperlihatkan zona hambatan yang lebih besar dari jangkauan nilai yang
terlihat pada tabel. Kuman yang resisten tidak menunjukkan adanya zona hambatan
pertumbuhan atau menunjukkan zona hambatan yang diameternya lebih kecil dari
jangkauan nilai pada tabel.Diameter zona hambatan kuman yang besarnya terletak
diantara jangkauan nilai pada tabel berarti kepekaan kuman terhadap suatu
antibiotik bersifat intermediate.
·
Bahan :
-
swap kapas
- kaldu BHI dalam 2 tabung, masing-masing 2 ml
- biakan kuman staphylococcus aureus pada agar miring
- lempeng agar Mueller Himton (MH) dua buah setiap kelompok
- cakram antibiotika : penicillin, kloramfenikol, dan gentamisin.
- pingset kecil
- kaldu BHI dalam 2 tabung, masing-masing 2 ml
- biakan kuman staphylococcus aureus pada agar miring
- lempeng agar Mueller Himton (MH) dua buah setiap kelompok
- cakram antibiotika : penicillin, kloramfenikol, dan gentamisin.
- pingset kecil
·
Cara kerjanya
- Buat ekspensi kuman dalam kaldu BHI dengan swap kapas
- Pada lempeng agar MH usapkan suspense kuman tadi dengan swap kapas secara merata
- Dengan pinset yang disterilkan diatas api, ambil cakram antibiotikan yang disediakan dan letakkan diatas lempengan agar yang telah ditanami kuman
- Gramkan lempeng agar tersebut dalam Inkubator 35 o C selama 16-18 jam. jangan lupa memberi label nama kuman.
- Buat ekspensi kuman dalam kaldu BHI dengan swap kapas
- Pada lempeng agar MH usapkan suspense kuman tadi dengan swap kapas secara merata
- Dengan pinset yang disterilkan diatas api, ambil cakram antibiotikan yang disediakan dan letakkan diatas lempengan agar yang telah ditanami kuman
- Gramkan lempeng agar tersebut dalam Inkubator 35 o C selama 16-18 jam. jangan lupa memberi label nama kuman.
b) Cara Tabung
Dalam hal ini dilakukan penipisan antibiotik dalam tabung-tabung rekasi dan dicari konsentrasi antibiotik terendah yang masih dapat menggambarkan pertumbuhan kuman. Ini disebut konsetrasi hambatan minimal (RHM) suatu antibiotika.KHM Lazon juga disebut MIC (Minimal Intibitory Consetrasion).
Dalam hal ini dilakukan penipisan antibiotik dalam tabung-tabung rekasi dan dicari konsentrasi antibiotik terendah yang masih dapat menggambarkan pertumbuhan kuman. Ini disebut konsetrasi hambatan minimal (RHM) suatu antibiotika.KHM Lazon juga disebut MIC (Minimal Intibitory Consetrasion).
BAB
III
METODE KERJA
A.
Alat Dan Bahan
Alat
·
Ose / nal
·
Bunsen/Hotplate
·
Inkubator
·
Rak Tabung
·
Cawan Petri
·
Autoclave
·
pH meter
·
Tabung Reaksi besar, sedang, dan tabung durham
·
Kapas
·
Pipet Tetes
·
Gelas Ukur
·
Erlenmeyer
·
Gelas Kimia
·
Batang Pengaduk
·
Sendok Tanduk
·
Timbangan
Bahan
·
Darah sebagai media
BA
·
Laktosa
·
Sukrosa
·
Glukosa
·
Maltosa
·
Simon Citrat
·
Mr
·
VP
·
SIM
·
TSIA
·
NA
·
BHI
Regensia
·
Larutan Covas
·
Larutan Metyl Red
·
KOH 40%
·
Larutan a-naftol
B.
Cara Isolasi dan Identifikasi
1.
Hari I
Siapkan alat dan bahan yang di
gunakan
Setelah ose di sterilkan ambillah
biakan bakteri
Kemudian masukkan ke dalam media
BHIB
Di lakukan pewarnaan gram
Buat sediaan
pada objek gelas, keringkan, kemudian rekatkan (fiksasi) 3x di atas api Bunsen.
Tuangi dengan
larutan karbol-gentian-violet (sesudah sediaan dingin), biarkan selama 2- 3 menit.
Cuci dengan air mengalir
Zat warna
dibuang dan bubuhi dengan larutan mordant (lugol), diamkan selama kira-kira 1-2 menit.
Lugol dibuang
dan preparat dicelupkan ke dalam alkohol 96%, sampai warna gentian violet lepas
(sampai gentian violet tidak ada luntur lagi).tunggu 20 – 40 detik
Cuci dengan air
kran sampai bersih, kemudian bubuhi dengan cat-penutup (counter stain) larutan
water-fuchsin, biarkan kira-kira 1-2 menit.
Cuci dengan air
kran, keringkan dalam temperatur kamar, lihat dengan mikroskop
Kemudian masukkan ke dalam
ingkubator pada media BHIB
dan
ingkubasi selama 24 Jam dengan suhu
37 °c
2.
Hari II
Biakan yang tumbuh pada media BHIB di wranai dengan padapengecetan
gram.
Selain itu biakan juga di tanami pada media BAP,Mac
concey.EMBA.dan endo agar.
Media yang telah di tanami kemudian di inkubasi pada suhu 37°C
seiama 24 jam didalam incubator.
3.
Hari III
PEWARNAAN GRAM
Buat sediaan
pada objek gelas, keringkan, kemudian rekatkan (fiksasi) 3x di atas api Bunsen.
Tuangi dengan
larutan karbol-gentian-violet (sesudah sediaan dingin), biarkan selama 2- 3 menit.
Cuci dengan air mengalir
Zat warna
dibuang dan bubuhi dengan larutan mordant (lugol), diamkan selama kira-kira 1-2 menit.
Lugol dibuang
dan preparat dicelupkan ke dalam alkohol 96%, sampai warna gentian violet lepas
(sampai gentian violet tidak ada luntur lagi).tunggu 20 – 40 detik
Cuci dengan air
kran sampai bersih, kemudian bubuhi dengan cat-penutup (counter stain) larutan
water-fuchsin, biarkan kira-kira 1-2 menit.
Cuci dengan air
kran, keringkan dalam temperatur kamar, lihat dengan mikroskop
Media TSIA
Setelah
nall di stelirkan ambil bakteri pada media ( emba ) dan tusukkan nall pada
media TSIA setelah di tusuk goreskan pada permukaan media dari babwah ke atas
fiksasi pada mulut tabung dan tutup dengan kapas steril dan ingkubasi selama 24
Jam dengan suhu 37 °c
4.
Hari IV
Dilakukan pembacaan pada media SCA,SIM,MrVP,dan gula-gula.
Hasit pembacaan di catat kemudian dicocokkan dengan table
identifikasi bakteri.
C.
Tes Uji biokimia
1) Buatlah suspensi bakteri dari coloni bakteri yang sebelumnya telah
di tanam pada media EMBA yang di ambil adalah coloni yang menunjukkan ciri
koloni bakteri proteus
2) Ambil satu mata nal suspensi bakteri dan tanam pada tiap media
dengan cara:
Ø Media SCA
Goreskan perlahan secara zig-zag mata nal (yang sudah suspensinya)
dari bagian dalam permukaan media miring sampai keluar
Sterilkan pada mulut tabung dan tutup dengan
menggunakan kapas steril
Pada media SCA, tidak perlu di tusuk dengan nal
Ingkubasi selama 24 jam dengan suhu 37°c
Ø Media SIM
Tusukkan nal yang sudah suspensi bakterinya ke tengah-tengah media
agar, jangan sampai menyentuh permukaan tabling/ mendekati.
Tutup dengan kapas steril yang sebelumnya
sudah di fiksasi pada mulut media
Ingkubasi selama 24 jam dengan suhu 37°c
Ø Media MR-VP dan gula-gula ( laktosa, maltosa , glukosa , sukrosa ,
manitol )
Ambil satu ose suspensi bakteri, masukkan dalam media cair, aduk-aduk agar
suspensi bakteri dan agarnya tercampur yang di dalamnya ada tabung durham.
Tutup kembali dengan kapas steril
Ingkubasi selama 24 jam dengan suhu 37°c
Ø Media Urea
Goreskan perlahan secara zig-zag mata nal (yang sudah suspensinya)
dari bagian dalam permukaan media miring sampai keluar
Sterilkan pada mulut tabung dan tutup dengan
menggunakan kapas steril
Pada media Urea, tidak perlu di tusuk dengan nal
Ingkubasi selama 24 jam dengan suhu 37°c
D.
Kerangka
identifikasi bakteri
Inkubasi
370C selama 24 jam
|
Inkubasi
370C selama 24
|
· Glukosa
· Laktosa
· Maltose
· Sukrosa
· Manitol
|
· SIM
· MR-VP
· SCA
· Urea
|
Pewarnaan
gram
|
EMBA
|
EMBA
|
MCA
|
EMBA
|
Pemusnahan
|
Pembacaan hasil
|
TSIA
|
Inkubasi
370C selama 24 jam
|
BHIB
|
Inkubasi
370C selama 24 jam
|
Pewarnaan
gram
|
sampel
|
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
1.
Pewarnaan Gram
Bentuk
:coccus
Susunan:
Staphylococcus
( untaian buah
anggur)
Warna
: ungu
Sifat
: (+) positif
|
Keterangan:
a.
Pewarnaan sampel air setelah ditanam di BHIB.
b.
Pewarnaan
dari koloni terduga pada media Mac conkey.
2.
Media BHIB
Media BHIB
3.
Isolasi
Keterangan
:
a.
Media
EMBA sebelum digores.
b.
Media
EMBA setelah digores dan diinkubasi.
4.
Uji Identifikasi
Uji Identifikasi
Keterangan :
Uji biokimia dari
koloni terduga pada EMBA
Tabel Uji Biokimia
Biokimia
|
Koloni dari ENDO
|
TSIA
|
Lereng : Kuning
Dasar : Kuning
H2S : Negatif
Gas :Negatif
|
Maltosa
Glukosa
Fruktosa
Sukrosa
|
Semua Positif (+)
Terdapat GAS pada tabung
durham
Terjadi perubahan warna dari
kuning menjadi kuning keruh
|
A.
Pembahasan
1) Pewarnaan
Gram :
Bakteri terlihat berbentuk coccus tersusun seperti
buah anggur dan bersifat gram (+) positif, Dikatakan bakteri bersifat gram
positif karena bakteri tersebut mengikat zat warna CGV (Carbol Gentian Violet).
2) Media
– media Pertumbuhan :
-
TSB (Tripticase soy
Broth) ialah media penyubur yang diperkaya
dengan berbagai nutrisi yang diperlukan bakteri untuk memperbanyak diri/ tumbuh
subur. Terjadinya pertumbuhan oleh bakteri dapat dilihat dari perubahan media
yang menjadi keruh.
-
MSA
: koloni terlihat berwarna putih-kuning dengan zona kunig di sekitarnya
menandakan bakteri mampu memfermentasikan mannitol yang kemudian mengubah
indicator yang terdapat dalam media dari warna merah menjadi kuning hingga pH
asam. MSA ini merupakan media selektif untuk bakteri Staphylococcus.
-
BAP :
koloni terlihat berwarna putih – abu-abu, hemolytic menandakan bakteri mampu
melisiskan eritrosit yang terdapat dalam media. Zona lisis yang ditunjukkan
tidak jelas, sehingga sulit untuk menentukan α,β, atau γ hemolytic. Hal itu
disebabkan karena dalam pembuatan media tersebut tidak digunakan darah domba
melainkan darah manusia sebagai alternative. Adanya sifat mucoid dari koloni
disebabkan sampel yang diperiksa adalah sputum.
-
NA :
koloni terlihat berwarna putih berukuran sedang menandakan bakteri cukup subur
dalam mengambil sejumlah nutrisi yang terkandung dalam media ini.
-
3) Media
Uji Biokimia :
-
Gula-gula : hasil positif (Glukosa, sukrosa, dan fruktosa) dengan
adanya perubahan warna indicator yang terdapat dalam media ini. Perubahan warna
tersebut disebabkan karena bakteri yang tumbuh di dalamnya mampu
memfermentasikan gula-gula tersebut berupa produk asam. Namun pada mannitol,
tidak terjadi reaksi apapun karena bakteri tidak mampu meragikan gula dari
mannitol tersebut.
-
SIM
:
·
S
(Sulfur). Adanya sulfur dapat dilihat ketika media berubah menjadi hitam. Namun pada hasil pertumbuhan bakteri pada media ini,
tidak terjadi perubahan warna tersebut. Hal ini menandakan bakteri yang tumbuh
tidak mampu mendesulfurasi cysteine yang terkandung dalam media SIM.
·
I
(indol). Reaksi indol hanya bisa dilihat ketika pertumbuhan bakteri pada media
ini ditambahkan dengan reagen Covac’s. Indol dikatakan positif jika terdapat
cincin merah pada permukaannya. Warna merah dihasilkan dari resindol yang
merupakan hasil reaksi dari asam amino tryptopan menjadi indol dengan
penambahan Covac's. Bakteri yang mampu menghasilkan indol menandakan bakteri
tersebut menggunakan asam amino tryptopan sebagai sumber carbon. Pada hasil
pengamatan diperoleh Indol negative sehingga dapat disimpulkan bakteri yang
tumbuh tidak menggunakan asam amino tryptopan sebagai sumber carbonnya.
·
M
(motility). Pergerakan bakteri dapat terlihat pada media ini berupa berkas
putih di sekitar tusukan. Adanya pergerakan ini bisa dilihat karena media SIM
merupakan media yang semi solid. Pada hasil pengamatan diperoleh motility
positif. Hal ini menandakan bakteri mempunyai alat gerak dalam proses
pertumbuhannya.
-
MR : setelah ditambahkan dengan indicator metil red, media
berubah menjadi merah (positif). Berarti
terjadi fermentasi asam campuran (asam laktat, asam asetat, dan asam formiat)
oleh bakteri.
-
VP : setelah
penambahan KOH 10 % dan α-nafto 1 %, warna media tetap tidak berubah (negative). Ini
disebabkan bakteri tidak memfermentasikan butanadiol oleh bakteri.
BAB V
BAB V
-
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dalam
Mengidentifikasi dan mengisolasi bakteri baik itu Staphylococcus aureus.
dengan menggunakan sampel biakan murni dalam hal ini dapat di simpulkan bahwa:
dari hasil penanaman
bakteri Staphylococcus
aureus
pada media identifikasi di dapat hasil TSIA(+), SIM(+), VP(+),
laktosa(+), maltosa(+), glukosa(+), sukrosa (+)
B.
Saran
Adapun
saran yang ingin disampaikan praktikan melalui laporan adalah sebagai berikut :
1. Diharapkan didalam praktikum,praktikan
harus menggunakan APD lengkap
2. Menggunakan alat-alat yang steril
dan bersih.
3. Memperhatikan reagen yang akan
digunakan.masih dapat diguanakan atau suadah rusak.
4. Menghindari terjadinya kontaminasi.
5. Mengikuti aturan praktikum.
DAFTAR
PUSTAKA
Ditlabkes RI, 2005, Pedoman Pemeriksaan Laboratorium
Untuk Penyakit yang di sebabkan oleh mikroorganisme Depkes. Jakarta.
Colby Diane S, 1988. Ringkasan Biokimia Harper.
Adji Dharma.Jakarta
Hardjoeno, 2006. Interprestasi Hasil Tes
Laboratorium Diagnostik. Lembaga Penerbitan UNHAS. Makassar
Kartasapoetra G.Marsetyo H. 2003. Ilmu
Gizi (Korelasi Gizi. Kesehatan dan Produktifitas Kerja). Rineka
Cipta. Jakarta
Mayes, P. A. Granner. D. K Rodwell. V. W.
Martin Jr. D.W, 1987. Penyakit menular yang di sebabkan
mikroorganisme Edisi 20. 25. Jakarta, Alih Bahasa Darmawan.J. Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar