Senin, 16 November 2015

Isolasi dan Identifikasi Staphylococcus



BAKTERIOLOGI
Isolasi dan Identifikasi Staphylococcus
Disusun Oleh:
1.     Amal ma’ruf                          AKM 0713041

AKADEMI ANALIS KESEHATAN MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2014/2015


KATA PENGANTAR
            Puji dan syukur  kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nyalah, sehingga penulisan makalah yang berjudul “ISOLASI DAN IDENTIFIKASI STPHYLOCOCCUS”, dapat terselesaikan dengan baik. Dalam penyusunan makalah ini banyak tantangan dan hambatan yang kami  alami, namun berkat ketekunan dan kerja keras serta do’a sehingga semua itu dapat terlewati.
            kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata kesempurnaan.Kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna untuk dapat memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam makalah ini


                                               PENULIS
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
            Staphylococcus aureus (S. aureus) adalah bakteri gram positif yang menghasilkan pigmen kuning, bersifat aerob fakultatif, tidak menghasilkan spora dan tidak motil, umumnya tumbuh berpasangan maupun berkelompok, dengan diameter sekitar 0,8-1,0 pm.S. aureustumbuh dengan optimum pada suhu 37°C dengan waktu pembelahan 0,47 jam. S. aureus merupakan mikroflora normal manusia.Bakteri ini biasanya terdapat pada saluran pernafasan atas dan kulit.Keberadaan S. aureus pada saluran pernafasan atas dan kulit pada individu jarang menyebabkan penyakit, individu sehat biasanya hanya berperan sebagai karier.Infeksi serius akan terjadi ketika resistensi inang melemah karena adanya perubahan hormon; adanya penyakit, luka, atau perlakuan menggunakan steroid atau obat lain yang memengaruhi imunitas sehingga terjadi pelemahan inang

B.     Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengenal dan mengetahui tentang bakteri Staphylococcus aureus secara umum.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.    Tinjauan umun
            Staphylococcus merupakan penyebab penting penyakit pada manusia. Dalam keadaan normal terdapat di saluran pernafasan atas, kulit, saluran cerna dan vagina. Staphylococcus dapat dihembuskan dari saluran pernafasan atas pada waktu bersin, benda-benda mati, debu dinding dan lantai ruangan dapat menjadi sumber penularan ke orang lain. Staphylococcus dapat ditularkan melalui tangan pengidap yang bergejala. Pegawai di rumah sakit adalah yang terutama paling mungkin menularkan cara ini. Orang yang sehat juga dapat menyebarkan Staphylococcus ke kulit dan pakaiannya sendiri dengan cara bersin atau melalui tangan yang terkontaminasi. 
            Staphylococcus Aureus (S. aureus) adalah bakteri gram positif yang menghasilkan pigmen kuning, bersifat aerob fakultatif, tidak menghasilkan spora dan tidak motil, umumnya tumbuh berpasangan maupun berkelompok, dengan diameter sekitar 0,8-1,0 µm.S. aureus tumbuh dengan optimum pada suhu 37oC dengan waktu pembelahan 0,47 jam. S. aureus merupakan mikroflora normal manusia.Bakteri ini biasanya terdapat pada saluran pernafasan atas dan kulit. Keberadaan S. aureus pada saluran pernafasan atas dan kulit pada individu jarang menyebabkan penyakit, individu sehat biasanya hanya berperan sebagai karier . Infeksi serius akan terjadi ketika resistensi inang melemah karena adanya perubahan hormon; adanya penyakit, luka, atau perlakuan menggunakan steroid atau obat lain yang memengaruhi imunitas sehingga terjadi pelemahan inang.
            Staphylococcus aureus merupakan bakteri yang bersifat patogen. Infeksi yang disebabkan oleh bakteri ini biasanya timbul dengan tanda – tanda khas yaitu peradangan, nekrosis, dan pembentukan abses. Staphylococcus aureus bertanggung jawab atas 80% penyakit supuratif dengan permukaan kulit sebagai habitat alaminya. Infeksi kulit dan luka terbuka seperti ulkus, bekas terbakar, dan luka bekas operasi memperbesar kemungkinan terinfeksi bakteri dan berakibat infeksi sistemik. Infeksi oleh bakteri menimbulkan peradangan disertai rasa sakit dan terjadi supurasi sehingga perlu adanya suatu tindakan untuk mengeluarkan pus tersebut dan membatasi pertumbuhan serta penyebaran bakteri.
            Infeksi Staphylococcus aureus dapat sendi pada tingkat yang berat. Sendi prostetik menempatkan seseorang pada risiko tertentu untuk arthritis septik, dan endokarditis staphylococcal (infeksi pada katup jantung) dan pneumonia, yang dapat dengan cepat menyebar.


B.     Klasifikasi
Genus Staphylococcus mencakup 31 spesies.Kebanyakan tidak berbahaya dan tinggal di atas kulit dan selaput lendir manusia dan organisme lainnya.Mereka juga menjadi mikroba tanah.Genus ini dapat ditemui di seluruh dunia.
Kerajaan          : Bacteria
Filum               : Firmicutes
Kelas               : Cocci
Ordo                : Bacillales
Famili              : Staphylococcaceae
Genus              : Staphylococcus
Spesies            : Staphylococcus sp

C.    Morfologi
Bakteri Staphylococcus berbentuk bulat menyerupai bentuk buah anggur yang tersusun rapi dan tidak teratur satu sama lain. Sifat dari bakteri ini umumnya sama dengan bakteri coccus yang lain yaitu :
·         Berbentuk bulat dengan diameter kira-kira 0,5 – 1,5 µm.
·         Warna koloni putih susu atau agak krem
·         Tersusun dalam kelompok secara tidak beraturan.
·         Bersifat fakultatif anaerobic.
·         Pada umumnya tidak memiliki kapsul.
·         Bakteri ini juga termasuk juga bakteri nonsporogenous (tidak berspora).
·         Sel-selnya bersifat positif-Gram, dan tidak aktif melakukan pergerakan (non motile).
·         Bersifat pathogen dan menyebabkan lesi local yang oportunistik.
·         Menghasilkan katalase.
·         Tahan terhadap pengeringan, panas dan Sodium Khlorida (NaCl) 9 %
·         Pertumbuhannya dapat dihambat dengan cepat oleh bahan kimia tertentu seperti Hexachlorophene 3%.
·          Sebagian besar adalah saprofit yang hidup di alam bebas, namun habibat  alamiahnya adalah pada permukaan epitel golongan primate/mamalia.
Berikut gambarnya :


D.    Sifat-sifat Biologi
Staphylococcus aureus adalah bakteri aerob dan anaerob, fakultatif yang mampu menfermentasikan manitol dan menghasilkan enzim koagulase, hyalurodinase, fosfatase, protease dan lipase. Staphylococcus aureus mengandung lysostaphin yang dapat menyebabkan lisisnya sel darah merah.Toksin yang dibentuk oleh Staphylococcus aureus adalah haemolysinalfa, beta, gamma, delta danapsilon. Toksin lain ialah leukosidin, enterotoksindan eksfoliatin.
Enterotosin dan eksoenzim dapat menyebabkan keracunan makanan terutama yang mempengaruhi saluran pencernaan.Leukosid ini menyerang leukosit sehinggah daya tahan tubuh akan menurun.Eksofoliatin merupakan toksin yang menyerang kulit dengan tanda-tanda kulit terkena luka bakar.(Boyd, 1980; Schlegel, 1994).Suhu optimum untuk pertumbuhan Staphylococcus aureus adalah 35o – 37oC dengan suhu minimum 6,7oC dan suhu maksimum 45,4oC. Bakteri ini dapat tumbuh pada pH 4,0 – 9,8 dengan pH optimum 7,0 – 7,5. Pertumbuhan pada pH mendekati 9,8 hanya mungkin bila substratnya mempunyai komposisi yang baik untuk pertumbuhannya.
Bakteri ini membutuhkan asam nikotinat untuk tumbuh dan akan distimulir pertumbuhannya dengan adanya thiamin.
Pada keadaan anaerobik, bakteri ini juga membutuhkan urasil.Untuk pertumbuhan optimum diperlukansebelasasam amino, yaituvalin, leusin, threonin, phenilalanin, tirosin, sistein, metionin, lisin, prolin, histidin dan arginin.Bakteri ini tidak dapat tumbuh pada media sintetik yang tidak mengandung asam amino atau protein.(SupardidanSukamto, 1999). Selain memproduksi koagulase, S.aureus juga dapat memproduksi berbagai toksin, diantaranya:
·         Eksotoksin-a yang sangat beracun.
·         Eksotoksin-b yang terdiri dari hemosilin, yaitu suatu komponen yang dapat menyebabkan lisis pada sel darah merah.
·         Toksin F dan S, yang merupakan protein eksoseluler dan bersifat leukistik.
·         Hialuronidase, yaitu suatu enzim yang dapat memecah asam hyaluronat di dalam tenunan sehingga mempermudah penyebaran bakteri keseluruh tubuh.
·         Grupenterotoksin yang terdiri dari protein sederhana. (Supardidan Sukamto, 1999).
Staphylococcus aureus hidup sebagai saprofit di dalam saluran-saluran pengeluaran lender dari tubuh manusia dan hewan-hewan seperti hidung, mulut dan tenggorokan dan dapat dikeluarkan pada waktu batuk atau bersin.
Bakteri ini juga sering terdapat pada pori-pori dan permukaan kulit, kelenjar keringat dan saluran usus.Selain dapat menyebabkan intoksikasi, S. aureus juga dapat menyebabkan bermacam-macam infeksi seperti jerawat, bisul, meningitis, osteomielitis, pneumonia dan mastitis pada manusia dan hewan.(Supardi dan Sukamto, 1999).

E.     Struktur Antigen
Struktur antigen dari Staphylococcus terdiri atas :
·         Peptidoglikan
·         Asam teikhoik
·         Protein A
·         Kapsul
·         Enzim dan toksin-toksin yang ada pada Staphylococcus menyebabkan penyakit baik melalui kemampuannya untuk berkembang biak dan menyebar dalam jaringan, maupun melalui bahan-bahan ekstraselular yang dihasilkannya. Bahan-bahan tersebut adalah :
a)      Katalase, enzim yang mengkatalisir perubahan H2O2 menjadi air dan oksigen.
b)      Koagulase, adalah protein mirip enzim yang dihasilkan oleh Staphylococcus. Enzim ini dapat membekukan plasma oksalat atau plasma sitrat bila di dalamnya terdapat faktor-faktor pembekuan. Koagulase ini menyebabkan terjadinya deposit fibrin pada permukaan sel Staphylococcus yang menghambat fagositosis.
c)      Enzim-enzim yang lain, seperti hialuronidase satu faktor penyebaran, staphylokinase yang menyebabkan fibrinolisis, proteinase dan beta-laktamase.
d)     Eksotoksin, yang bisa menyebabkan nekrosis kulit.
e)      Lekosidin, yang dihasilkan Staphylococcus menyebabkan infeksi rekuren, karena leukosidin menyebabkan Staphylococcus berkembang biak intraselular.
f)       Toksin eksploatif, yang dihasilkan oleh Staphylococcus aureus terdiri dua protein yang menyebabkan deskuamasi kulit yang luas.
g)      Toksik penyebab Sindroma Renjatan Toksik, (toksik shock syndrome toxin) dihasilkan oleh sebagian besar strain Staphylococcus yang menyebabkan sindroma shock toksik.
h)      Enterotoksin, dihasilkan oleh Staphylococcus aureus yang berkembang biak pada makanan, toksin ini tahan panas, dan bila tertelan oleh manusia bersama makanan, akan menyebabkan gejala muntah berak (keracunan makanan)

F.     Sumber Penularan
Staphylococcus aureus merupakan bakteri yang dapat hidup di tubuh orang.Banyak orang yang sehat membawa Staphylococcus aureus tanpa terinfeksi.Fakta, 25-30 % atau 1/3 bagian tubuh kita terdapat bakteri Staphylococcus aureus.Yang terdapat pada permukaan kulit, hidung, tanpa menyebabkan infeksi. Jika sengaja dimasukan dalam tubuh melalui luka akan menyebabkan infeksi. Biasanya sedikit dan tidak membutuhkan perawatan khusus, Kadang-kadang, Staphylococcus aureus dapat menyebabkan masalah serius seperti luka atau pneumonia (radang paru-paru).
Penularan dapat terjadi karena :
1)      Mengkonsumsi produk makanan yang tercemar
Mengkonsumsi produk makanan yang mengandung enterotoksin staphylococcus. Terutama yg diolah dengan tangan, baik yang tidak segera dimasak dengan baik ataupun karena proses pemanasan atau penyimpanan yang tidak tepat. Jenis makanan tersebut seperti pastries, custard, saus salad, sandwhich, daging cincang dan produk daging. Bila makanan tersebut dibiarkan pada suhu kamar untuk beberapa jam sebelum dikonsumsi, maka staphylococcus yang memproduksi toksin akan berkembang biak dan akan memproduksi toksin tahan panas. Masa inkubasi mulai dari saat mengkonsumsi makanan tercemar sampai dengan timbulnya gejala klinis yang berlangsung antara 30 menit sampai dengan 8 jam, biasanya berkisar antara 2-4 jam.

2)      Ponsel
           
Karena sering dipegang dan disimpan di tempat yang hangat seperti tas atau saku celana, ponsel menjadi tempat pertumbuhan yang baik bagi Staphylococcus aureus. Bakteri yang secara normal terdapat di kulit manusia ini bisa menyebabkan bisul dan jerawat, atau bahkan pneumonia dan meningitis jika pertumbuhannya berlebihan. Menurut Joanna Verran, profesor mikrobiologi dari Manchester Metropolitan University menyarankan untuk rajin membersihkan ponsel dengan antiseptik. Selain itu, biasakan untuk menyimpannya di tempat yang kering dan sejuk.

3)      Make-up  Tester
              Penelitian di Jefferson Medical College menunjukkan, 100 persen
sampel kosmetik di Pennsylvania ditumbuhi E. coli yang bisa menyebabkan kram perut serta diare. Beberapa di antaranya juga mengandung bakteri staphylococcus and streptococcus, bahkan HPV penyebab herpes.

4)      Mesin  ATM
            Sebuah penelitian di Skotlandia mengungkap, bakteri staphylococcus yang memicu berbagai infeksi kulit juga banyak ditemukan di mesin ATM. Jenis bakteri lain yang juga ditemukan adalah bacillus, penyebab keracunan ketika mencemari makanan.Agar tidak tertular, tidak ada cara lain kecuali membersihkan tangan setelah bersentuhan dengan mesin ATM. Jangan memegang muka, mata, hidung dan mulut sebelum mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.

G.    Patogenesis
Staphylococcus merupakan penyebab terjadinya infeksi yang bersifat poogenik. Untuk pembuatan kultur dapat diambil bahan dari pernanahan kecil, bisul kecil, bisul besar, dan abces diberbagai bagian tubuh. Bakteri ini dapat masuk ke dalam kulit melalui folikel-folikel rambut, muara kelenjar keringat dan luka-luka kecil. Kemampuan yang menyebabkan penyakit dari staphylococcus adalah gabungan dari efek yang ditimbulkan oleh produk-produk ekstraseluler, daya infasi kuman dan kemampuan untuk berkembang biak. Staphylococcus patogen mempunyai sifat sebagai berikut:
-        Dapat menghemolisa eritrosit
-        Menghasilkan koagulasi’dapat membentuk pigmen (kuning keemasan)
-        Dapat memecah manitol menjadi asam

Diantara staphylococcus yang mempunyai kemampuan besar untuk menimbulkan penyakit ialah Staphylococcus aureus. Staphylococcus nonpatogen bersifat:
-        Non hemolitik
-        Tidak menghasilkan koagulasi
-        Koloni berwarna putih
-        Tidak memecah manitol

Infeksi yang ditimbulkan oleh Staphylococcus dapat meluas ke jaringan sekitarnya, perluasannya dapat melalui darah atau limfe, sehingga pernanahan disitu bersifat menahun, misalnya sampai pada sumsum sehingga terjadi radang sumsum tulang (osteomyelitis). Perluasan ini dapat sampai ke paru-paru, selaput otak dan sebagainya.

H.      Toksin dan Enzim
            Staphylococcus dapat menyebabkan penyakit karena kemampuannya berkembang biak dan menyebarluas dalam jaringan tubuh serta adanya beberapa zat yang dapat diproduksi olehnya, zat tersebut ialah:
ü  Eksotoksin
Bahan ini dapat diketemukan di dalam filtrat hasil pemisahan dari kuman dengan jalan menyaring kultur.
Bahan ini bersifat tidak tahan pemanasan dan bila disuntikkan kepada hewan percobaan dapat menimbulkan kematian dan nekrose kulit. Eksotoksin ini mengandung hemolisin, yang dikenal dalam beberapa jenis:

·         Alfa hemolisin ialah : putih telur yang dapat menghancurkan eritrosit kelinci  dan dapat mempengaruhi otot polos pembuluh darah.
·         Beta hemolisin ialah : suatu putih telur yang dapat menghancurkan eritrosit kambing (tetapi tidak pada eritrosit kelinci) dalam 1 jam pada suhu 37o
·         Gama hemolisin: bersifat antigen.

Eksotoksin ini bila ditambah formalin akan kehilangan sifat toksinnya dan terbentuk toksoid yang dapat digunakan untuk imunisasi, walaupun akhirnya tidak dipakai karena nilai imunitasnya tidak ternilai.

ü  Leukosidin
Yaitu suatu suspensi yang dihasilkan oleh Staphylococcus yang bersifat membinasakan atau mematikan leukosit dari berbagai macam spesies binatang. Leukosidin juga suatu antigen tetapi lebih termolabil daripada eksotoksin.

ü  Enterotoksin
Yaitu suatu suspensi yang dihasilkan oleh jenis Staphylococcus tertentu, terutama bila ditanam pada media setengah padat dengan konsentrasi CO2 yang tinggi (30 %).

Sifat-sifat enterotoksin:
-        Bersifat antigen
-        Termostabil, tidak mengalami perubahan pada perebusan selama 30 menit.
-        Merupakan salah satu penyebab gejala keracunan makanan dengan gejala
berupa: lesu, kejang perut, berak-berak (diare), muntah-muntah, yang terjadi 1-   6 jam setelah makan makanan yang mengandung enterotoksin.
ü  Koagulase
            Yaitu suspensi seperti enzim yang terdiri atas putih telur yang dapat mengendapkan plasma sitrat atau plasma oksalat. Staphylococcus patogen kebanyakan menghasilkan bahan ini.

ü  Lain-lain produk ekstra seluler dari Staphylococcus :
-        Stafilokinase yang dapat dengan lambat melarutkan fibrin seperti streptokinase.
-        Penisilinase, yang dapat merusak penisilin G.
-        Hialuronidase
-        Proteinase
-        Lipase

I.       Epidemiologi
Epidemi di rumah sakit yang disebabkan oleh S. aureus  merupakan masalah yang sering terjadi berulang. Terjadinya wabah biasanya berhubungan dengan pasien yang telah menjalani pembedahan atau tindakan invasif lainnya. Sumber wabah dapat berasal dari pasien dengan infeksi S. aureus yang terbuka atau tertutup, menyebar ke pasien lain melalui perantaraan udara tapi biasanya melalui tangan paramedis. S. aureus sebagai flora normal kulit sering menimbulkan infeksi pada luka bedah karena berpindah dari tempat semestinya ke organ atau jaringan lainnya (Djafar, 1993).
Pengetahuan yang detail tentang bakteri Staphylococcus aureus akan memberikan gambaran bahwa pemberantasan pada saat ini masih belum memungkinkan, khususnya adanya Staphylococcus aureus yang memproduksi beberapa faktor virulensi. Jadi investigasi dalam tingkat biologi molekuler harus dilakukan untuk pemecahan masalah mastitis.

J.      Penyakit Yang Ditimbulkan
1)      Infeksi Staphylococcus dari kulit dapat berlanjut ke impetigo (pengerasan dari kulit) atau cellulitis (peradanagn dari jaringan penghubung dibawah kulit, menjurus pada pembengkakan dan kemerahan dari area itu). Pada kasus-kasus yang jarang, komplikasi yang serius yang dikenal sebagai scalded skin syndrom.
2)      Pada wanita-wanita yang menyusui, Staphylococcus dapat berakibat pada mastitis (peradangan payudara) atau bisul bernanah dari payudara. Bisul-bisul bernanah Staphylococcus dapat melepaskan bakteri-bakteri kedalam susu ibu.
3)      Staphylococcal pneumonia sebagian besar mempengaruhi orang-orang dengan penyakit paru yang mendasarinya dan dapat menjurus pada pembentukan bisul bernanah didalam paru-paru.
4)      Infeksi dari klep-klep jantung (endocarditis) dapat menjurus pada gagal jantung.
5)      Penyebaran dari Staphylococci ke tulang-tulang dapat berakibat pada peradangan yang berat/parah dari tulang-tulang dikenal sebagai osteomyelitis.
6)       Staphylococcal sepsis (infeksi yang menyebar luas dari aliran darah) adalah penyebab utama dari shock (goncangan) dan keruntuhan peredaran, menjurus pada kematian, pada orang-orang dengan luka-luka bakar yang parah pada area-area yang besar dari tubuh.
7)      Keracunan makanan Staphylococcal adalah penyakit dari usus-usus yang menyebabkan mual, muntahdiare, dan dehidrasi. Disebabkan oleh memakan makanan-makanan yang dicemari dengan racun-racun yang dihasilkan oleh Staphylococcus aureus. Gejala-gejala biasanya berkembang dalam waktu satu sampai enam jam setelah memakan makanan yang tercemar. Penyakit biasanya berlangsung untuk satu sampai tiga hari dan menghilang dengan sendirinya. Pasien-pasien dengan penyakit ini adalah tidak menular, karena racun-racun tidak ditularkan dari satu orang lainnya.
8)      Toxic shock syndrome adalah penyakit yang disebabkan oleh racun-racun yang dikeluarkan bakteri-bakteri Staph aureus yang tumbuh dibawah kondisi-kondisi dimana ada sedikit atau tidak ada oksigen. Toxic shock syndrome dikarakteristikan oleh penimbulan tiba-tiba dari demam yang tinggi, muntah, diare, dan nyeri-nyeri otot, diikuti okeh tekanan darah rendah (hipotensi), yang dapat menjurus pada guncangan (shock) dan kematian. Mungkin ada ruam kulit yang menirukan terbakar sinar matahari, dengan terkupasnya kulit. Toxic shock syndrome pertamakali digambarkan dan masih terjadi terutama pada wanita-wanita yang bermenstruasi yang menggunakan tampons.
K.    Diagnosa Laboratorium
Untuk pemeriksaan staphylococcus secara laboratorium dapat dilakukan dengan bermacam-macam cara.
Bahan pemeriksaannya dapat berupa:
-        Nanah
-        Darah
-        Cairan otak
-        Usapan luka
Cara pemeriksaan
1)       Pemeriksaan langsung
Dari bahan dibuat sediaan/preparat, kemudian diadakan pewarnaan.Dapat dipakai zat warna sederhana, tetapi lebih baik dengan zat warna Gram.Umumnya bersifat gram positif.Secara mikroskopis tidak dapat dibedakan antara staphylococcus patogen dan yang non patogen.

2)        Penanaman
Kalau ditanam pada media agar darah selama 18 jam suhu 37O C akan tumbuh koloni. Untuk melihat ada tidaknya hemolisin, atau terbentuknya pigmen.Pengeraman harus lebih lama lagi. Pada infeksi campuran penanaman pada media ditambah 75 % NaCl agar flora lain sukar tumbuh.

3)       Tes Koagulase
Plasma sitrat yang telah diencerkan 1:5 dicampur dengan pertumbuhan Staphylococcus dalam media cair dalam jumlah yang sama. Kemudian ditunggu selama 3 jam, apabila terjadi perjendelan berarti bahwa Staphylococcus tersebut menghasilkan koagulase.Semua staphylococcus aureus yang tes koagulase positif adalah bersifat patogen terhadap manusia, kecuali staphylococcus albus yang dapat menyebabkan endocarditis (radang selaput dalam jantung).

4)        Tes Manitol
Staphylococcus ditanam pada media cair (air pepton) + 5 % manitol + phenol merah (sebagai indikator). Setelah dieramkan 18-24 jam akan terjadi perubahan warna menjadi kuning; karena terbentuk asam
L.     Pengobatan
Pengobatan bakteri Staphylococcus dapat dilakukan dengan cara :
1) Pemberian antibiotik yang bersifat bakterisidal maupun yang bersifat                 
bakteriostatik.
2) Pemberian obat anti inflamasi untuk menurunkan radangnya untuk mengobati
penderita dengan tepat diperlukan data pemeriksaan kepekaan kuman penyebab infeksi terhadap berbagai obat antibiotik yang tersedia di pasaran.
Pemeriksaan kepekaan kuman terhadap antibiotik dapat dengan cara sebagai
berikut:

a)
  Cara  Cakram
     Dipakai cakram kertas saring yang telah mengandung antibiotik dengan kadar tertentu dan diletakkan diatas lempeng agar yang telah ditanami kuman. Diameter zona hambatan pertumbuhan kuman yang tampak menunjukkan sensitivitas kuman tersebut terhadap antibiotik bersangkutan.Penilaian terhadap zona hambatan dilakukan dengan membandingkan besarnya diameter zona hambatan dengan tabel
. Hasil penilaiannya berupa sensitif, resisten dan intermediate. Kuman yang sensitif terhadap suatu jenis antibiotik akan memperlihatkan zona hambatan yang lebih besar dari jangkauan nilai yang terlihat pada tabel. Kuman yang resisten tidak menunjukkan adanya zona hambatan pertumbuhan atau menunjukkan zona hambatan yang diameternya lebih kecil dari jangkauan nilai pada tabel.Diameter zona hambatan kuman yang besarnya terletak diantara jangkauan nilai pada tabel berarti kepekaan kuman terhadap suatu antibiotik bersifat intermediate.
·         Bahan  :
-  swap kapas
-  kaldu BHI dalam 2 tabung, masing-masing 2 ml
-  biakan kuman staphylococcus aureus pada agar miring
-  lempeng agar Mueller Himton (MH) dua buah setiap kelompok
-  cakram antibiotika : penicillin, kloramfenikol, dan gentamisin.
-  pingset kecil
·          Cara kerjanya
- Buat ekspensi kuman dalam kaldu BHI dengan swap kapas
- Pada lempeng agar MH usapkan suspense kuman tadi dengan swap   kapas secara merata
- Dengan pinset yang disterilkan diatas api, ambil cakram antibiotikan yang disediakan dan letakkan diatas lempengan agar yang telah ditanami kuman
-  Gramkan lempeng agar tersebut dalam Inkubator 35 o C selama 16-18 jam. jangan lupa memberi label nama kuman.

b) Cara  Tabung
    
          Dalam hal ini dilakukan penipisan antibiotik dalam tabung-tabung rekasi dan dicari konsentrasi antibiotik terendah yang masih dapat menggambarkan pertumbuhan kuman. Ini disebut konsetrasi hambatan minimal (RHM) suatu antibiotika.KHM Lazon juga disebut MIC (Minimal Intibitory Consetrasion).


BAB  III
METODE KERJA
A.    Alat Dan Bahan
*        Alat
·         Ose / nal
·         Bunsen/Hotplate
·         Inkubator
·         Rak Tabung
·         Cawan Petri
·         Autoclave
·         pH meter
·         Tabung Reaksi besar, sedang, dan tabung durham
·         Kapas
·         Pipet Tetes
·         Gelas Ukur
·         Erlenmeyer
·         Gelas Kimia
·         Batang Pengaduk
·         Sendok Tanduk
·         Timbangan
*        Bahan
·          Darah sebagai media BA
·         Laktosa                                                          
·         Sukrosa
·         Glukosa
·         Maltosa
·         Simon Citrat
·         Mr
·         VP
·         SIM
·         TSIA
·         NA
·         BHI
*        Regensia
·      Larutan Covas
·      Larutan Metyl Red
·      KOH 40%
·      Larutan a-naftol

B.     Cara Isolasi dan Identifikasi
1.      Hari I
*   Siapkan alat dan bahan yang di gunakan
*   Setelah ose di sterilkan ambillah biakan bakteri
*   Kemudian masukkan ke dalam media BHIB
Di lakukan pewarnaan gram
*   Buat sediaan pada objek gelas, keringkan, kemudian rekatkan (fiksasi) 3x di atas api Bunsen.
*   Tuangi dengan larutan karbol-gentian-violet (sesudah sediaan dingin), biarkan selama 2- 3 menit.
*   Cuci dengan air mengalir
*   Zat warna dibuang dan bubuhi dengan larutan mordant (lugol), diamkan selama kira-kira 1-2 menit.
*   Lugol dibuang dan preparat dicelupkan ke dalam alkohol 96%, sampai warna gentian violet lepas (sampai gentian violet tidak ada luntur lagi).tunggu 20 – 40 detik
*   Cuci dengan air kran sampai bersih, kemudian bubuhi dengan cat-penutup (counter stain) larutan water-fuchsin, biarkan kira-kira 1-2 menit.
*   Cuci dengan air kran, keringkan dalam temperatur kamar, lihat dengan mikroskop
*   Kemudian masukkan ke dalam ingkubator pada media BHIB dan  
*   ingkubasi selama 24 Jam dengan suhu 37 °c

2.      Hari II
*  Biakan yang tumbuh pada media BHIB di wranai dengan padapengecetan gram.
*  Selain itu biakan juga di tanami pada media BAP,Mac concey.EMBA.dan endo agar.
*  Media yang telah di tanami kemudian di inkubasi pada suhu 37°C seiama 24 jam didalam incubator.

3.      Hari III
PEWARNAAN GRAM
*   Buat sediaan pada objek gelas, keringkan, kemudian rekatkan (fiksasi) 3x di atas api Bunsen.
*   Tuangi dengan larutan karbol-gentian-violet (sesudah sediaan dingin), biarkan selama 2- 3 menit.
*   Cuci dengan air mengalir
*   Zat warna dibuang dan bubuhi dengan larutan mordant (lugol), diamkan selama kira-kira 1-2 menit.
*   Lugol dibuang dan preparat dicelupkan ke dalam alkohol 96%, sampai warna gentian violet lepas (sampai gentian violet tidak ada luntur lagi).tunggu 20 – 40 detik
*   Cuci dengan air kran sampai bersih, kemudian bubuhi dengan cat-penutup (counter stain) larutan water-fuchsin, biarkan kira-kira 1-2 menit.
*   Cuci dengan air kran, keringkan dalam temperatur kamar, lihat dengan mikroskop


*   Media TSIA
Setelah nall di stelirkan ambil bakteri pada media ( emba ) dan tusukkan nall pada media TSIA setelah di tusuk goreskan pada permukaan media dari babwah ke atas fiksasi pada mulut tabung dan tutup dengan kapas steril dan ingkubasi selama 24 Jam dengan suhu 37 °c
4.      Hari IV
*  Dilakukan pembacaan pada media SCA,SIM,MrVP,dan gula-gula.
*  Hasit pembacaan di catat kemudian dicocokkan dengan table identifikasi bakteri.

C.    Tes Uji biokimia
1)   Buatlah suspensi bakteri dari coloni bakteri yang sebelumnya telah di tanam pada media EMBA yang di ambil adalah coloni yang menunjukkan ciri koloni bakteri proteus
2)   Ambil satu mata nal suspensi bakteri dan tanam pada tiap media dengan cara:

Ø Media SCA
*   Goreskan perlahan secara zig-zag mata nal (yang sudah suspensinya) dari bagian dalam permukaan media miring sampai keluar
*   Sterilkan pada mulut tabung dan tutup dengan menggunakan kapas steril
*   Pada media SCA, tidak perlu di tusuk dengan nal
*   Ingkubasi selama 24 jam dengan suhu 37°c

Ø Media SIM
*   Tusukkan nal yang sudah suspensi bakterinya ke tengah-tengah media agar, jangan sampai menyentuh permukaan tabling/ mendekati.
*   Tutup dengan kapas steril yang sebelumnya sudah di fiksasi pada mulut media
*   Ingkubasi selama 24 jam dengan suhu 37°c

Ø Media MR-VP dan gula-gula ( laktosa, maltosa , glukosa , sukrosa , manitol )
*   Ambil satu ose suspensi bakteri, masukkan dalam media cair, aduk-aduk agar suspensi bakteri dan agarnya tercampur yang di dalamnya ada tabung durham.
*   Tutup kembali dengan kapas steril
*   Ingkubasi selama 24 jam dengan suhu 37°c

Ø Media Urea
*   Goreskan perlahan secara zig-zag mata nal (yang sudah suspensinya) dari bagian dalam permukaan media miring sampai keluar
*   Sterilkan pada mulut tabung dan tutup dengan menggunakan kapas steril
*   Pada media Urea, tidak perlu di tusuk dengan nal
*   Ingkubasi selama 24 jam dengan suhu 37°c


D.    Kerangka identifikasi bakteri
Inkubasi 370C selama 24 jam
Inkubasi 370C selama 24
·      Glukosa
·      Laktosa
·      Maltose
·      Sukrosa
·      Manitol
·      SIM
·      MR-VP
·      SCA
·      Urea

Pewarnaan gram

EMBA
EMBA
MCA
EMBA
Pemusnahan

Pembacaan hasil

TSIA
Inkubasi 370C selama 24 jam
BHIB

Inkubasi 370C selama 24 jam
Pewarnaan gram

sampel



BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.    Hasil
1.      Pewarnaan Gram   
Bentuk :coccus
Susunan: Staphylococcus                   ( untaian buah                    anggur)
Warna : ungu
Sifat : (+) positif

     Basil Gram




Keterangan:
a.       Pewarnaan sampel air setelah ditanam di BHIB.
b.      Pewarnaan dari koloni terduga pada media Mac conkey.
2.     
Media BHIB


3.      Isolasi


               Keterangan :
a.       Media EMBA sebelum digores.
b.      Media EMBA setelah digores dan diinkubasi.
4.     
Uji Identifikasi
Keterangan :
Uji biokimia dari koloni terduga pada EMBA

*      Tabel Uji Biokimia
Biokimia
Koloni dari ENDO
TSIA
Lereng : Kuning
Dasar : Kuning
H2S : Negatif
Gas :Negatif

Maltosa
Glukosa

Fruktosa
Sukrosa
Semua Positif (+)
Terdapat GAS pada tabung durham
Terjadi perubahan warna dari kuning menjadi kuning keruh





A.    Pembahasan
1)      Pewarnaan Gram :
Bakteri terlihat berbentuk coccus tersusun seperti buah anggur dan bersifat gram (+) positif, Dikatakan bakteri bersifat gram positif karena bakteri tersebut mengikat zat warna CGV (Carbol Gentian Violet).

2)      Media – media Pertumbuhan :
-            TSB (Tripticase soy Broth) ialah media penyubur yang diperkaya dengan berbagai nutrisi yang diperlukan bakteri untuk memperbanyak diri/ tumbuh subur. Terjadinya pertumbuhan oleh bakteri dapat dilihat dari perubahan media yang menjadi keruh.
-            MSA : koloni terlihat berwarna putih-kuning dengan zona kunig di sekitarnya menandakan bakteri mampu memfermentasikan mannitol yang kemudian mengubah indicator yang terdapat dalam media dari warna merah menjadi kuning hingga pH asam. MSA ini merupakan media selektif untuk bakteri Staphylococcus.
-            BAP : koloni terlihat berwarna putih – abu-abu, hemolytic menandakan bakteri mampu melisiskan eritrosit yang terdapat dalam media. Zona lisis yang ditunjukkan tidak jelas, sehingga sulit untuk menentukan α,β, atau γ hemolytic. Hal itu disebabkan karena dalam pembuatan media tersebut tidak digunakan darah domba melainkan darah manusia sebagai alternative. Adanya sifat mucoid dari koloni disebabkan sampel yang diperiksa adalah sputum.
-            NA : koloni terlihat berwarna putih berukuran sedang menandakan bakteri cukup subur dalam mengambil sejumlah nutrisi yang terkandung dalam media ini.
-             
3)      Media Uji Biokimia :
-            Gula-gula : hasil positif (Glukosa, sukrosa, dan fruktosa) dengan adanya perubahan warna indicator yang terdapat dalam media ini. Perubahan warna tersebut disebabkan karena bakteri yang tumbuh di dalamnya mampu memfermentasikan gula-gula tersebut berupa produk asam. Namun pada mannitol, tidak terjadi reaksi apapun karena bakteri tidak mampu meragikan gula dari mannitol tersebut.
-            SIM :
·      S (Sulfur). Adanya sulfur dapat dilihat ketika media berubah menjadi hitam. Namun pada hasil pertumbuhan bakteri pada media ini, tidak terjadi perubahan warna tersebut. Hal ini menandakan bakteri yang tumbuh tidak mampu mendesulfurasi cysteine yang terkandung dalam media SIM.
·      I (indol). Reaksi indol hanya bisa dilihat ketika pertumbuhan bakteri pada media ini ditambahkan dengan reagen Covac’s. Indol dikatakan positif jika terdapat cincin merah pada permukaannya. Warna merah dihasilkan dari resindol yang merupakan hasil reaksi dari asam amino tryptopan menjadi indol dengan penambahan Covac's. Bakteri yang mampu menghasilkan indol menandakan bakteri tersebut menggunakan asam amino tryptopan sebagai sumber carbon. Pada hasil pengamatan diperoleh Indol negative sehingga dapat disimpulkan bakteri yang tumbuh tidak menggunakan asam amino tryptopan sebagai sumber carbonnya.
·      M (motility). Pergerakan bakteri dapat terlihat pada media ini berupa berkas putih di sekitar tusukan. Adanya pergerakan ini bisa dilihat karena media SIM merupakan media yang semi solid. Pada hasil pengamatan diperoleh motility positif. Hal ini menandakan bakteri mempunyai alat gerak dalam proses pertumbuhannya.

-          MR : setelah ditambahkan dengan indicator metil red, media berubah menjadi merah (positif).  Berarti terjadi fermentasi asam campuran (asam laktat, asam asetat, dan asam formiat) oleh bakteri.

-          VP :  setelah penambahan KOH 10 % dan α-nafto 1 %, warna media tetap tidak berubah (negative). Ini disebabkan bakteri tidak memfermentasikan butanadiol oleh bakteri.
BAB  V
-          PENUTUP
A.    Kesimpulan
            Dalam Mengidentifikasi dan mengisolasi bakteri baik itu Staphylococcus aureus. dengan menggunakan sampel biakan murni dalam hal ini dapat di simpulkan bahwa:
            dari hasil penanaman bakteri  Staphylococcus aureus pada media identifikasi  di dapat hasil TSIA(+), SIM(+), VP(+), laktosa(+), maltosa(+), glukosa(+), sukrosa (+)

B.     Saran
Adapun saran yang ingin disampaikan praktikan melalui laporan adalah sebagai berikut :
1.      Diharapkan  didalam praktikum,praktikan harus menggunakan APD lengkap
2.      Menggunakan alat-alat yang steril dan bersih.
3.      Memperhatikan reagen yang akan digunakan.masih dapat diguanakan atau suadah rusak.
4.      Menghindari terjadinya kontaminasi.
5.      Mengikuti aturan praktikum.



DAFTAR  PUSTAKA
Ditlabkes RI, 2005, Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Untuk Penyakit yang di sebabkan oleh mikroorganisme Depkes. Jakarta.

Colby Diane S, 1988. Ringkasan Biokimia Harper. Adji Dharma.Jakarta

Hardjoeno, 2006. Interprestasi Hasil Tes Laboratorium Diagnostik. Lembaga Penerbitan UNHAS. Makassar

Kartasapoetra G.Marsetyo H. 2003. Ilmu Gizi (Korelasi Gizi. Kesehatan dan Produktifitas Kerja). Rineka Cipta. Jakarta

Mayes, P. A. Granner. D. K Rodwell. V. W. Martin Jr. D.W, 1987. Penyakit menular yang di sebabkan mikroorganisme Edisi 20. 25. Jakarta, Alih Bahasa Darmawan.J. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar