BAKTERIOLOGI
Isolasi dan Identifikasi Salmonella
Disusun Oleh:
1.
Amal ma’ruf AKM
0713041
AKADEMI
ANALIS KESEHATAN MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2014/2015
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke
hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nyalah,
sehingga penulisan makalah yang berjudul “ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SALMONELLA”, dapat terselesaikan dengan baik. Dalam penyusunan
makalah ini banyak tantangan dan hambatan yang kami alami, namun berkat ketekunan dan kerja keras
serta do’a sehingga semua itu dapat terlewati.
kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata
kesempurnaan.Kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna
untuk dapat memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam makalah ini.
PENULIS
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pangan
(makanan) adalah bahan-bahan yang dimakan setiap hari untuk memenuhi kebutuhan
bagi pemeliharaan, pertumbuhan, kerja dan penggantian sel tubuh yang rusak. Oleh karena itu pangan atau makanan
sangat dibutuhkan oleh manusia sebagai sumber zat gizi dan juga sumber energi.
Namun pangan juga dapat sebagai sarana penggangu kesehatan bagi manusia karena
pangan dapat terkontaminasi oleh cemaran fisik, kimia maupun mikrobia.
Hampir semua bahan pangan tercemar
oleh berbagai mikroorganisme dari lingkungan sekitarnya. Beberapa jenis mikroba
yang terdapat pada bahan pangan adalah Salmonella sp, Staphylococcus aureus,
Escherichia coli, kapang, khamir serta mikroba patogen lainnya. Pencemaran
mikroba pada bahan pangan merupakan hasil kontaminasi langsung atau tidak
langsung dengan sumber–sumber pencemaran mikroba, seperti tanah, udara, air,
debu, saluran pencernaan dan pernafasan manusia maupun hewan. Hanya sebagian
saja dari berbagai sumber pencemar yang berperan sebagai sumber mikroba awal
yang selanjutnya akan berkembang biak pada bahan pangan sampai jumlah tertentu.
Bahan pangan dapat bertindak sebagai
perantara atau substrat untuk tumbuhnya mikroorganisme yang bersifat patogenik
terhadap manusia.Penyakit menular yang cukup berbahaya seperti tipes, kolera,
disentri, tbc, poliomilitis dengan mudah disebarkan melalui bahan pangan yang
disebabkan oleh mikroorganisme patogenik seperti salmonella yang akan dibahas pada makalah ini.
Salmonella adalah salah satu bakteri yang
seringkali menyebabkan penyakit yang cukup serius apabila mencemari makanan
maupun minuman yang dikonsumsi manusia. Salmonella juga dapat hidup pada
tubuh makhluk hidup yang berdarah dingin maupun berdarah panas. Untuk dapat
mewaspadai mikroorganisme ini oleh karena itu diperlukan adanya identifikasi Salmonella pada makanan yang sering
dikonsumsi manusia yang akan dibahas lebih lanjut pada makalah ini.
B.
Tujuan
Untuk
mengetahui dan memahami mengenai metode yang digunakan dalam mengidentifikasi Salmonella dalam makanan
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Tinjauan umum
Salmonella adalah suatu genus bakteri enterobakteria gram-negatif
berbentuk tongkat yang
menyebabkan tifoid, paratifod, dan penyakit foodborne. Spesies-spesies
Salmonella dapat bergerak bebas dan menghasilkan hidrogen sulfida. Salmonella
dinamai dari Daniel Edward Salmon, ahli patologi Amerika, walaupun sebenarnya,
rekannya Theobald Smith (yang terkenal akan hasilnya pada anafilaksis) yang
pertama kali menemukan bakterium tahun 1885 pada tubuh babi.
Habitat
Inang bagi Salmonella adalah usus halus manusia dan hewan. Makanan dan minuman
terkontaminasi merupakan mekanisme transmisi kuman Salmonella dan carrier
adalah sumber infeksi. Salmonella Thipy
bisa berada dalam air, es, debu, sampah kering yang bila organisme ini masuk ke
dalam vehicle yang cocok (daging, kerang dan sebagainya) akan berkembang biak
mencapai dosis infektif.
B. Klasifikasi
·
Kingdom :
Bakteria
·
Philum
: Proteobakteria
·
Class
: Gamma Proteobakteria
·
Ordo
: Enterobakteriales
·
Famili
: Enterobakteriaceae
·
Genus
: Salmonella
·
Spesies
: S. Typhi
Secara
praktis salmonella dapat dibagi menjadi :
a. Salmonella tifoid yaitu Salmonella typhi, Salmonella paratyphi
A,B, dan C penyebab demam enterik (typhoid)
pada manusia. Kelompok ini telah beradaptasi pada manusia.
b. Salmonellanon-tifoid yaitu Salmonelladublin
(sapi),Salmonella
cholera suis (babi),Salmonellagallinarum dan
Salmonella pullarum
(unggas), Salmonella aborius equi (kuda)
dan Salmonella
aborius ovis (domba). Salmonella
sp yang beradaptasi pada jenis hewan tertentu jarang menimbulkan penyakit
pada manusia.
C.
Morfologi
Salmonella pertama ditemukan (diamati) pada penderita
demam tifoid pada tahun 1880 oleh Eberth dan dibenarkan oleh Robert Koch dalam
kultur bakteri pada tahun 1881. Salmonella adalah bakteri
berbentuk batang, pada pengecatan gram berwarna merah muda (gram negatif). Salmonella
berukuran 2 µ sampai 4 µ × 0,6 µ, mempunyai flagel (kecuali S.
gallinarum dan S. pullorum), dan tidak berspora. Habitat Salmonella
adalah di saluran pencernaan (usus halus) manusia dan hewan.
Dalam skema kauffman dan white tatanama Salmonella di
kelompokkan berdasarkan antigen atau DNA yaitu kelompok I enteric, II salamae,
IIIa arizonae, IIIb houtenae, IV diarizonae, V bongori, dan VI indica.
Komposisi dasar DNA Salmonella adalah 50-52 mol% G+C, mirip
dengan Escherichia, Shigella, dan Citrobacter.
Namun klasifikasi atau penggunaan tatanama yang sering dipakai pada Salmonella
berdasarkan epidemiologi, jenis inang, dan jenis struktur antigen
(misalnya S.typhi, S. thipirium). Jenis atau
spesies Salmonella yang utama adalah S. typhi (satu
serotipe), S. choleraesuis, dan S. enteritidis (lebih
dari 1500 serotipe). Sedangkang spesies S. paratyphi A, S. paratyphi B,
S. paratyphi C termasuk dalam S. enteritidis.
D.
Sifat-sifat
Biologi
Ø Host
reservoar: unggas, babi, hewan pengerat, hewan ternak, binatang piaraan, dsb.
Ø Menghasilkan
hasil positif terhadap reaksi fermentasi manitol dan sorbitol.
Ø Memberikan
hasil negatif pada reaksi indol, DNase, fenilalanin deaminase, urease, Voges
Proskauer, reaksi fermentasi terhadap sukrosa, laktosa, dan adonitol.
Ø Pada agar SS, Endo, EMB, dan McConkey, koloni
kuman berbentuk bulat, kecil, dan tidak berwarna. Pada agar Wilson-Blair,
koloni kuman berwarna hitam.
Ø Dapat
masuk ke dalam tubuh secara oral, melalui makanan dan minuman yang
terkontaminasi.
Ø Dosis
infektif rata-rata untuk menimbulkan infeksi klinis atau subklinis pada manusia
pada manusia adalah 105–108 organisme.
Ø Faktor
pejamu yang menimbulkan resistensi terhadap infeksi Salmonella adalah keasaman
lambung, flora mikroba normal usus, dan kekebalan usus setempat.
Ø Dapat
bertahan dalam air yang membeku untuk waktu yang lama (+ 4 minggu).
Ø Mati
pada suhu 56oC, juga pada keadaan kering.
Ø Hidup
subur dalam medium yang mengandung garam empedu.
Ø Resisten
terhadap zat warna hijau brilian, natrium tetrationat, dan natrium deoksikolat
yang menghambat pertumbuhan kuman koliform sehingga senyawa-sennyawa tersebut
dapat digunakan untuk inklusi isolat Salmonella dari feses pada medium.
Adapun sifat biakannya yaitu;
Koloni-koloni yang tersangka dari isolasi media yang ditumbuhi Salmonella
:
þ Endo Agar : Rose, kecil-sedang, smooth, jernih,
keping
þ EMBA : Tidak berwarna, sedang,
smooth, jernih, dan keping
þ MC :
Rose, kecil-sedang, smooth, jernih, keping
þ S.S A :Tidak berwarna, rose,
kecil-kecil, smooth, jernih,
þ WB : Hijau muda tengah-tengah,
hitam, kecil-kecil, tepinya jernih, smooth, sedikit cembung.
Identifikasi Enterobacteriaceae yang patogen dengan semi solid dan
gula-gula pendek :
TSIA
|
Manit
|
Indol
|
Gerak
|
Enterobacteriaceae
|
K/M H2S ±
|
+
|
-
|
+
|
Salmonella typhy
|
K/M H2S +/-
|
+g
|
-
|
+
|
Salmonella paratyphy
A, B, C
|
K/M H2S ++
|
+g
|
-
|
+
|
Salmonella paratyphy
B, C
|
K/M H2S -
|
+g
|
-
|
+
|
Salmonella paratyphy A
|
K/M H2S -
|
+
|
-
|
-
|
Salmonella typhy
|
Ket :
K = Kuning
(asam)
g = Gas
M = Merah (basa)
- = Negatif
+/- = Positif atau
Negatif
± = Sedikit
++ = Banyak terbentuk (kuat)
E.
Struktur Antigen
Salmonella mempunyai tiga macam
antigen utama untuk diagnostik atau mengidentifikasinya yaitu : somatik antigen
(O), antigen flagel (H) dan antigen Vi (kasul). Antigen O (Cell Wall
Antigens ) merupakan kompleks fosfolipid protein polisakarida yang
tahan panas (termostabil), dan alkohol asam. Antibodi yang dibentuk
adalah IgM. Namun antigen O kurang imunogenik dan aglutinasi berlangsung
lambat. Maka kurang bagus untuk pemeriksaan serologi karena terdapat 67
faktor antigen, tiap-tiap spesies memiliki beberapa faktor. Oleh karena itu
titer antibodi O sesudah infeksi lebih rendah dari pada antibodi H.
Antigen
H pada Salmonella dibagi dalam 2 fase yaitu fase I : spesifik
dan fase II : non spesifik. Antigen H adalah protein yang tidak tahan panas
(termolabil), dapat dirusak dengan pemanasan di atas 60ºC dan alkohol asam.
Antigen H sangat imunogenik dan antibodi yang dibentuk adalah IgG. Sedangkan
Antigen Vi adalah polimer dari polisakarida yang bersifat asam. Terdapat
dibagian paling luar dari badan kuman bersifai termolabil. Dapat dirusak dengan
pemanasan 60oC selama 1 jam. Kuman yang mempunyai antigen Vi
bersifat virulens pada hewan dan mausia. Antigen Vi juga menentukan kepekaan
terhadap bakteriofaga dan dalam laboratorium sangat berguna untuk diagnosis
cepat kuman S. typhi. Adanya antigen Vi menunjukkan individu yang bersangkutan
merupakan pembawa kuman (carrier).
F.
Sumber Penularan
Infeksi
terjadi dari memakan makanan yang terkontaminasi dengan feses yang terdapat
bakteri Salmonella typhi dari organisme pembawa (host). Setelah masuk dalam saluran pencernaan, maka
S. typhi menyerang dinding usus yang menyebabkan kerusakan dan peradangan.
Infeksi dapat menyebar ke seluruh tubuh
melalui aliran darah karena§ dapat menembus
dinding usus tadi ke organ-organ lain, seperti hati, limpa, paru-paru,
tulang-tulang sendi, plasenta dan dapat menembus sehingga menyerang fetus pada
wanita atau hewan betina yang hamil, serta menyerang membran yang menyelubungi
otak. Substansi racun dapat diproduksi
oleh bakteri dan dapat dilepaskan dan mempengaruhi keseimbangan tubuh.
Di dalam hewan atau manusia yang terinfeksi,
pada fesesnya terdapat kumpulan S. typhi yang dapat bertahan sampai
berminggu-minggu atau berbulan-bulan. Bakteri tersebut tahan terhadap range
temperatur yang luas sehingga dapat bertahan hidup berbulan-bulan dalam tanah
atau air.
G.
Patogenitas
Salmonella
adalah penyebab utama dari penyakit yang disebarkan
melalui makanan (foodborne diseases. Pada umumnya, serotipe Salmonella menyebabkan penyakit pada
organ pencernaan. Penyakit yang disebabkan oleh Salmonella disebut salmonellosis. Ciri-ciri
orang yang mengalami salmonellosis adalah diare, keram perut,
dan demam dalam waktu 8-72 jam setelah memakan makanan yang terkontaminasi oleh
Salmonella.
Gejala lainnya
adalah demam, sakit kepala, mual dan muntah-muntah. Tiga serotipe
utama dari jenis S. enterica adalah S. typhi, S. typhimurium,
dan S. enteritidis. S. typhi menyebabkan penyakit demam tifus (Typhoid
fever), karena invasi bakteri ke
dalam pembuluh darah dan gastroenteritis, yang disebabkan oleh keracunan
makanan/intoksikasi. Gejala demam tifus meliputi demam, mual-mual, muntah dan
kematian. S. typhi memiliki
keunikan hanya menyerang manusia, dan tidak ada inang lain. Infeksi Salmonella
dapat berakibat fatal kepada bayi, balita, ibu hamil dan kandungannya serta
orang lanjut usia. Hal ini disebabkan karena kekebalan tubuh mereka yang
menurun. Kontaminasi Salmonella dapat dicegah dengan mencuci tangan dan menjaga
kebersihan makanan yang dikonsumsi.
Salmonella
Thypi, Salmonella Choleraesuis, dan mungkin juga Salmonella Paratyphi B
bersifat infeksius untuk manusia, dan infeksi oleh organisme tersebut
didapatkan dari manusia. Namun, sebagian besar salmonella bersifat pathogen
terutama bagi hewan yang menjadi reservoir untuk menjadi manusia: unggas, babi,
hewan pengerat, hewan ternak, binatang piaraan (dari kura-kura hingga burung
kakatua), dan banyak lainnya.
Organisme
ini hampir selalu masuk melalui rute oral, biasanya bersama makanan atau
minuman yang terkontaminasi. Dosis efektif rata-rata untuk menimbulakn infeksi
klinis atau subklinis pada manusia adalah 105-108
Salmonella. Beberapa factor pejamu yang menimbulkan resistensi terhadap infeksi
Salmonella adalah keasaman lambung, flora normal usus dan kekebalan usus.
H.
Epidemiologi
Feses yang
berasal dari orang tidak dicurigai mengidap penyakit subklinis atau carrier
merupakan sumber kontaminasi yang lebih penting daripada kasus klinis yang
jelas segera diisolasi; misal, bila carrier yang bekerja sebagai pengelola
makanan akan ”mengeluarkan” organisme itu. Banyak hewan, termasuk hewan ternak,
binatang pengerat, dan unggas, secara alami terinfeksi dengan berbagai
salmonela dan mengandung bakteri salmonela yang tinggi pada ayam kemasan telah
dipublikasikan secara luas.
à Carrier
Setelah infeksi nyata atau
subklinis, beberapa individu terus menyimpan salmonela di dalam jaringannya
selama waktu yang tidak tentu. Tiga persen individu yang sembuh dari tifoid
menjadi carrier permanen, mempunyai organisme di dalam kandung empedu, saluran
empedu, atau kadang-kadang di dalam usus atau saluran kemih.
à Sumber Infeksi
Sumber infeksi adalah makanan dan
minuman yang terkontaminasi dengan salmonela. Berikut adalah sumber-sumber
infeksi yang penting:
Ø Air, kontaminasi dengan feses sering
menimbulkan epidemik yang luas.
Ø Susu dan produk susu lainnya (es
krim, keju, puding), kontaminasi dengan feses dan paterurisasi yang tidak
adekuat atau penanganan yang salah. Beberapa wabah dapat ditelusuri sampai
sumber kumannya.
Ø Kerang, dari air yang
terkontaminasi.
Ø Telur beku atau dikeringkan, dari
unggas yang terinfeksi atau terkontaminasi saat pemrosesan.
Ø Daging dan produk daging, dari hewan
yang terinfeksi (ternak) atau kontaminasi oleh feses melalui hewan pengerat
atau manusia.
Ø Obat ”rekresai”, mariyuana atau obat
lainnya.
Ø Pewarna hewan, pewarnaan (misal,
carmine) digunakan untuk obat, makanan, dan kosmetik.
Ø Hewan piaraan, kura-kura, anjing,
kucing, dll.
I.
Penyakit yang ditimbulkan
Adapun penyakit yang ditimbulkan
yaitu:
a.
Demam Enterik (Demam Tifoid)
HCL
dalam lambung berperan sebagai penghambat masuknya Salmonella typhi dan bakteri
lain. Jika Salmonella typhi masuk bersama-sama cairan, maka terjadi pengenceran
HCL yang mengurangi daya hambat terhadap mikroorganisme penyebab penyakit
yang masuk. Daya hambat HCL ini akan menurun pada waktu terjadi pengosongan
lambung, sehingga Salmonella typhi dapat masuk ke dalam usus penderita.
Salmonella typhi seterusnya memasuki folikel-folikel limfe yang terdapat di
dalam lapisan mukosa atau submukosa usus, bereplikasi dengan cepat
untuk menghasilkan lebih banyak Salmonella typhi. Setelah itu, Salmonella
typhi memasuki saluran limfe dan akhirnya mencapai aliran darah. Dengan
demikian terjadilah bakteremia pada penderita. Dengan melewati
kapiler-kapiler yang terdapat dalam dinding kandung empedu atau secara tidak
langsung melalui kapiler-kapiler hati dan kanalikuli empedu, maka bakteri dapat
mencapai empedu dan larut disana.
Melalui
empedu yang infektif terjadilah invasi ke dalam usus untuk kedua kalinya yang
lebih berat daripada invasi tahap pertama. Invasi tahap kedua ini menimbulkan
lesi yang luas pada jaringan limfe usus kecil sehingga gejala-gejala klinik
menjadi jelas. Demam tifoid merupakan salah satu bekteremia yang disertai oleh
infeksi menyeluruh dan toksemia yang dalam. Berbagai macam organ mengalami
kelainan, contohnya sistem hematopoietik yang membentuk darah, terutama
jaringan limfoid usus kecil, kelenjar limfe abdomen, limpa dan sumsum tulang.
Kelainan utama terjadi pada usus kecil, hanya kadang-kadang pada
kolon bagian atas, maka Salmonella paratyphi B dapat menimbulkan lesi pada
seluruh bagian kolon dan lambung.
Pada
awal minggu kedua dari penyakit demam tifoid terjadi nekrosissuperfisial yang
disebabkan oleh toksin bakteri atau yang lebih utama disebabkanoleh pembuntuan
pembuluh-pembuluh darah kecil oleh hiperplasia sel limfoid(disebut sel tifoid).
Mukosa
yang nekrotik kemudian membentuk kerak, yang dalam minggu ketiga akan lepas
sehingga terbentuk ulkus yang berbentuk bulat atau lonjong tak teratur. Pada
umumnya ulkus tidak dalam meskipun tidak jarang jika submukosa terkena, dasar
ulkus dapat mencapai dinding otot dari usus bahkan dapat mencapai membran
serosa.
Pada
waktu kerak lepas dari mukosa yang nekrotik dan terbentuk ulkus,
maka perdarahan yang hebat dapat terjadi atau juga perforasi dari usus.
Kedua komplikasi tersebut yaitu perdarahan hebat dan perforasi merupakan
penyebab yang paling sering menimbulkan kematian pada penderita demam tifoid.
Meskipun demikian, beratnya penyakit demam tifoid tidak selalu sesuai
dengan beratnya ulserasi. Toksemia yang hebat akan menimbulkan demam tifoid
yang berat sedangkan terjadinya perdarahan usus dan perforasi menunjukkan bahwa
telah terjadi ulserasi yang berat. Sedangkan perdarahan usus dan perforasi
menunjukkan bahwa telah terjadi ulserasi yang berat. Pada serangan demam tifoid
yang ringan dapat terjadi baik perdarahan maupun perforasi.Pada stadium
akhir dari demam tifoid, ginjal kadang-kadang masih tetap mengandung kuman
Salmonella typhi sehingga terjadi bakteriuria.
Maka
penderita merupakan urinary karier penyakit tersebut. Akibatnya terjadi
miokarditis toksik, otot jantung membesar dan melunak. Anak-anak dapat
mengalami perikarditis tetapi jarang terjadi endokaritis. Tromboflebitis,
periostitis dan nekrosis tulang dan juga bronkhitis serta meningitis
kadang-kadang dapat terjadi pada demam tifoid.
b.
Bakterimia dengan
Lesi Fokal
Keadaan
ini umumnya disebabkan oleh S.choleraesuis, tetapi juga dapat disebabkan oleh
serotype salmonella apapun. Setelah infeksi melalui mulut, terjadi invasi dini
kealiran darah (dengan kemungkinan lesi fokal di paru, tulang, meningens, dan
lain-lain), tetapi manifestasi di usus sering tidak ada.
Bayi
dan anak-anak jauh lebih rentan terhadap infeksi terutama Salmonella, mudah
dicapai dengan menelan sejumlah kecil bakteri. Telah menunjukkan bahwa,
pada bayi, pencemaran bisa melalui inhalasi debu bakteri-sarat.
Setelah
masa inkubasi singkat beberapa jam sampai satu hari, kuman berkembang biak
di dalam lumen usus menyebabkan radang usus dengan diare yang sering
muco-bernanah dan berdarah. Pada bayi, dehidrasi dapat menyebabkan keadaan
parah toksikosis. Normalnya tidak adasepsis, tetapi bisa terjadi sebagai
komplikasi pada pasien usia lanjut melemah (penyakit Hodgkin), misalnya.
Lokalisasi ekstraintestinal yang mungkin, terutama Salmonella meningitis pada
anak-anak, osteitis, dll. Salmonella (misalnya, Salmonella entericasub sp.
enterica serovar enteritidis) dapat menyebabkan diare, yang biasanya
tidak memerlukan antibiotik pengobatan. Namun, pada orang yang berisiko
seperti bayi, anak kecil, orang tua, infeksi Salmonella bisa menjadi
sangat serius, mengarah ke komplikasi. Jika hal ini tidak diobati, pada pasien
HIV dan orang-orang dengan kekebalan tubuh rendah bisa menjadi sakit parah Anak
dengan anemia sel sabit yang terinfeksi Salmonella bisa terjadi osteomyelitis.
c.
Enterokolitis
Enterokolitis
merupakan manifestasi infeksi salmonella yang paling sering terjadi. Di AS
Salmonella thypimurium dan Salmonella enteriditis lebih menonjol, tetapi enterokolitis
dapat disebabkan oleh lebih dari 1400 serotype Salmonella grup 1. Delapan
hingga 48 jam setelah tertelannya salmonella timbul mual, sakit kepala, muntah
dan diare hebat, dengan beberapa leukosit di dalam feses. Sering timbul demam
ringan tetapi biasanya sembuh sendiri dalam 2-3 hari. Terdapat lesi
inflamasi pada usus halus dan usus besar. Bakterimia jarang terjadi, kecuali
pada pasien yang mengalami imunodefisiensi. Biakan darah baiasanya negative,
tetapi biakan feses biasanya positif untuk salmonella dan dapat tetap positif
selama beberaoa minggu setelah penyakit sembuh secara kinis.
J.
Diagnosa Laboratorium
·
Spesimen
Darah untuk biakan harus diambil
berulang kali. Pada demam enteric dan septikimia, biakan darah sering positif
dalam minggu pertama penyakit. Biakan sumsum tulang dapat bermanfaat. Biakan
urine dapat positif dalam minggu kedua. Specimen feses juga harus diambil
berulang-ulang. Pada demem enteric, fesesakan memberikan hasil positif mulai
minggu kedua atau ketiga, pada enterokolitis selama minggu pertama. Biakan
positif dari drainase duodenum menunjukkan adanya salmonella di
traktus billiard pada orang carrier.
·
Metode bakteriologi untuk isolasi Salmonella
Biakan pada medium diferensial: Medium EMB,
Mac Conkey atau deoksikolat memungkinkan deteksi cepat organisme yang tidak
memfermentasi laktosa. Organisme Gram positif sedikit dihambat. Medium Bismuth
sulfit memungkinkan deteksi cepat Salmonella yang membentuk koloni hitam karena
produksi H2S.
Biakan pada medium selektif: bahan ditanam pada
lempeng agar SS (Salmonella-Shigella). Agar Hektoen atau agar deoksikolat
sitrat, merupakan tempat Salmonelladan Shigella akan tumbuh subur, melebihi
organisme Enterobacteriaceae lainnya.
Biakan pada medium diperkaya: bahan
(biasanya tinja) diletakkan ke dalam kaldu selenit F atau kaldu tetrationat,
keduanya menghambat bakteri usus normal dan memungkinkan perkembangbiakan
Salmonella. Setelah pengeraman selama 1-2 hari, biakan ini ditanami pada
perbenihan diferensial dan selektif.
Identifikasi Akhir: koloni pada
perbenihan padat yang dicurigai diidentifikasi dengan tes biokimia dan tes
aglutinasi dengan serum spesifik.
·
Metode Serologi
Teknik serologi digunakan untuk
mengidentifikasi biakan yang tidak diketahui dengan serum yang diketahui, dan
dapat juga dipergunakan untuk menentukan titer antibody pada penderita yang
tidak diketahui penyakitnya, meskipun yang belakangan ini tidak begitu
bermanfaat dalam diagnosis infeksi Salmonella.
- Tes aglutinasi mikroskopik cepat:
dalam tes ini, serum yang diketahui dicampur dengan biakan yang tidak
diketahui pada kaca objek. Penggumpalan, bila ini terjadi dapat dilihat dalam
beberapa menit. Tes ini khususnya bermanfaat untuk
identifikasi pendahuluan biakan secara cepat.
- Tes aglutinasi pengenceran tabung
(tes widal): Aglutinin serum meningkat dengan cepat selama minggu kedua dan
ketiga pada infeksi Salmonella. Sekurang-kurangnya diperlukan dua bahan serum,
yang diperoleh dengan selang waktu 7-10 hari untuk membuktikan adanya
kenaikan titer antibody. Serum yang tidak dikenal
diencerkan berturut-turut (dua kali lipat) lalu dites terhadap antigen
Salmonella. Hasilnya ditafsirkan sebagai berikut :
§ Titer O yang tinggi atau kenaikan
titer O (≥ 1:160) menunjukkan adanya infeksi aktif.
§ Titer H yang tinggi (≥ 1:160)
menunjukkan bahwa penderita itu pernah divaksinasi atau pernah terinfeksi.
§ Titer Vi yang tinggi terdapat pada
beberapa pembawa bakteri.
Hasil tes serologic untuk penderita
Salmonella harus diinterprestasikan secara hati-hati. Kemungkinan adanya
antibody reaksi silang membatasi penggunaan serologi dalam diagnosis infeksi
Salmonella.
K.
Pengobatan
Demam
enterik dan bakteremia dengan lesi fokal memerlukan terapi antimikroba,
sedangkan sebagian besar kasus eterokolitis tidak membutuhkan terapi tersebut.
Terapi antimikroba terhadap enteritis salmonela pada neonatus sangat penting.
Pada enterokolitis, gejala klinis dan eksresi salmonela dapat menjadi lebih
lama oleh terapi antimikroba. Penggantian cairan dan elektrolit sangat penting
untuk diare barat.
Tetapi
antimikroba ubtuk infeksi salmonela yang invasif adalah dengan menggunakan
ampisilin, trimetroprim-sulfametoksazon, atau sefalosporin generasi ketiga.
Resistansi terhadap banyak obat yang ditransmisikan secara genetik oleh plasmid
berbagai bakteri enterik merupakan masalah pada infeksi salmonela. Uji
sensitivitas merupakan pemeriksaan penunjang yang penting untuk memilih
antibiotik yang sesuai.
Pada
sebagian besar carrier, organisme menetap di kandung empedu (terutama jika
terdapat batu empedu) dan di saluran empedu. Beberapa carrier kronik dapat
diobati hanya dengan menggunakan ampisilin, tetapi pada kebanyakan kasus
kolesistektomi harus dikombinasikan dengan terapi obat.
BAB III
METODE KERJA
A.
Alat dan Bahan
1.
Alat
Jarum
ose
Alkohol
96%
Pipet
tetes
Tissue
Gelas
objek
Korek
api
Bunsen
Mikroskop
2.
Bahan
Air
keran atau aquadest
Larutan
Gentian Kristal Violet
Larutan
Lugol
Kaca
preparat
Karbol
Fuchsin Z
Media BHIB
Media Mac Conkey
Media SIM
Media TSIAL
Media Mr-Vp
Media Urea
Media Gula-gula
Media SCA
Larutan Covas
Larutan Metyl Red
KOH 40%
Larutan a-naftol
B.
Cara Isolasi dan Identifikasi
a.
Isolasi
Isolasi atau pembiakan adalah proses
menumbuhkan mikroorganisme dari tempat infeksi (lingkungan in vivo) melalui
berbagai spesimen dan menumbuhkan dalam lingkungan tiruan di laboratorium
(lingkungan invitro). Ketika bakteri tumbuh pada media, pada umumnya populasi
bakteri akan mudah diamati tanpa mikroskop karena berada dalam jumlah yang
banyak berupa koloni bakteri sehingga memungkinkan untuk identifikasi
laboratorik selanjutnya . Keberhasilan pemindahan bakteri dari lingkungan in
vivo ke in vitro memerlukan nutrisi dan lingkungan yang dibutuhkan oleh bakteri
patogen tersebut. Karena pada lingkungan in vivo bakteri dapat menggunakan
berbagai hasil metabolik dan jalur fisiologik untuk pertumbuhan selama berada
di dalam tubuh hospes kemudian secara tiba-tiba harus dapat menyesuaikan diri
dengan kondisi tiruan di laboratorium. Dengan demikian sangatlah penting untuk
menyediakan nutrisi yang dibutuhkan dan lingkungan yang sesuai untuk
pertumbuhan bakteri.
Di dalam tubuh, populasi mikroba
tidak terpisah sendiri menurut jenisnya, tetapi terdiri dari campuran berbagai
macam jenis bakteri untuk memisahkan bakteri patogen perlu dilakukan isolasi di
laboratorium populasi bakteri ini dapat diisolasi menjadi kultur murni yang
terdiri dari satu jenis yang dapat dipelajari morfologi, sifat dan kemampuan
biokimiawinya.
Untuk memperoleh hasil yang baik
dalam pertumbuhan bakteri maka perlu cara kerja yang aseptik, dan sterilisasi
ose sebelum digunakan mengambil koloni yang dicurigai sebagai penyebab infeksi.
b.
Inkubasi
Metode-metode yang digunakan untuk
mengoptimalkan kondisi inkubasi:
Ø inkubasi dilakukan pada suhu optimum
untuk pertumbuhan bakteri (35⁰C-37⁰C) dan kelembaban udara yang
mengandung CO2 sekitar 3-5%
Ø untuk pertumbuhan bakteri yang
memerlukan CO2 lebih banyak diperlukan inkubasi pada tempat khusus yang
mengandung CO2 (tablet natrium bikarbonat dengan kelembaban dan penutupan yang
sangat erat akan menghasilkan CO2 yang cukup , sebagai alternatif dapat juga
dilakukan inkubasi pada sungkup lilin yang dapat menghasilkan CO2 3%.
c.
Identifikasi
1.
Hari I
Siapkan alat dan bahan yang di gunakan
Setelah ose di sterilkan ambillah biakan bakteri
Kemudian masukkan ke dalam media BHIB
Di lakukan
pewarnaan gram
Buat sediaan pada objek gelas,
keringkan, kemudian rekatkan (fiksasi) 3x di atas api Bunsen.
Tuangi dengan larutan
karbol-gentian-violet (sesudah sediaan dingin), biarkan selama 2- 3 menit.
Cuci dengan air mengalir
Zat warna dibuang dan bubuhi dengan
larutan mordant (lugol), diamkan selama kira-kira 1-2 menit.
Lugol dibuang dan preparat dicelupkan
ke dalam alkohol 96%, sampai warna gentian violet lepas (sampai gentian violet
tidak ada luntur lagi).tunggu 20 – 40 detik
Cuci dengan air kran sampai bersih, kemudian
bubuhi dengan cat-penutup (counter stain) larutan water-fuchsin, biarkan
kira-kira 1-2 menit.
Cuci dengan air kran, keringkan dalam
temperatur kamar, lihat dengan mikroskop
Kemudian masukkan ke dalam ingkubator pada media
BHIB
dan
ingkubasi selama 24 Jam dengan suhu 37 °c
2. Hari II
Biakan yang tumbuh pada media BHIB di wranai dengan padapengecetan
gram.
Selain itu
biakan juga di tanami pada media BAP,Mac concey.EMBA.dan endo agar.
Media yang
telah di tanami kemudian di inkubasi pada suhu 37°C seiama 24 jam didalam
incubator.
3. Hari III
PEWARNAAN GRAM
Buat sediaan pada objek gelas,
keringkan, kemudian rekatkan (fiksasi) 3x di atas api Bunsen.
Tuangi dengan larutan
karbol-gentian-violet (sesudah sediaan dingin), biarkan selama 2- 3 menit.
Cuci dengan air mengalir
Zat warna dibuang dan bubuhi dengan
larutan mordant (lugol), diamkan selama kira-kira 1-2 menit.
Lugol dibuang dan preparat dicelupkan
ke dalam alkohol 96%, sampai warna gentian violet lepas (sampai gentian violet
tidak ada luntur lagi).tunggu 20 – 40 detik
Cuci dengan air kran sampai bersih,
kemudian bubuhi dengan cat-penutup (counter stain) larutan water-fuchsin,
biarkan kira-kira 1-2 menit.
Cuci dengan air kran, keringkan dalam
temperatur kamar, lihat dengan mikroskop
Media TSIA
Setelah nall di stelirkan ambil
bakteri pada media ( emba ) dan tusukkan nall pada media TSIA setelah di tusuk
goreskan pada permukaan media dari babwah ke atas fiksasi pada mulut tabung dan
tutup dengan kapas steril dan ingkubasi selama 24 Jam dengan suhu 37 °c
4.
Hari IV
Dilakukan pembacaan pada media SCA,SIM,MrVP,dan gula-gula.
Hasit pembacaan di
catat kemudian dicocokkan dengan table \identifikasi bakteri.
C. Tes Uji
biokimia
1)
Buatlah
suspensi bakteri dari coloni bakteri yang sebelumnya telah di tanam pada media
EMBA yang di ambil adalah coloni yang menunjukkan ciri koloni bakteri proteus
2)
Ambil satu
mata nal suspensi bakteri dan tanam pada tiap media dengan cara:
1.
Media SCA
Goreskan
perlahan secara zig-zag mata nal (yang sudah suspensinya) dari bagian dalam
permukaan media miring sampai keluar
Sterilkan
pada mulut tabung dan tutup dengan menggunakan kapas steril
Pada media
SCA, tidak perlu di tusuk dengan nal
Ingkubasi
selama 24 jam dengan suhu 37°c
2.
Media SIM
Tusukkan
nal yang sudah suspensi bakterinya ke tengah-tengah media agar, jangan sampai
menyentuh permukaan tabling/ mendekati.
Tutup
dengan kapas steril yang sebelumnya sudah di fiksasi pada mulut media
Ingkubasi
selama 24 jam dengan suhu 37°c
3.
Media MR-VP dan
gula-gula (
laktosa, maltosa , glukosa , sukrosa , manitol )
Ambil satu ose
suspensi bakteri, masukkan dalam media cair, aduk-aduk agar suspensi bakteri
dan agarnya tercampur yang di dalamnya ada tabung durham.
Tutup
kembali dengan kapas steril
Ingkubasi
selama 24 jam dengan suhu 37°c
4.
Media Urea
Goreskan
perlahan secara zig-zag mata nal (yang sudah suspensinya) dari bagian dalam
permukaan media miring sampai keluar
Sterilkan
pada mulut tabung dan tutup dengan menggunakan kapas steril
Pada media Urea, tidak perlu di tusuk dengan nal
Ingkubasi
selama 24 jam dengan suhu 37°c
D.
Kerangkaka
identifikasi bakteri
ENDO
|
Pembacaan hasil
|
Pewarnaan gram
|
Inkubasi 370C selama 24
jam
|
BHIB
|
Inkubasi 370C selama 24
jam
|
TSIA
|
Pewarnaan gram
|
· SIM
· MR-VP
· SCA
· Urea
|
· Glukosa
· Laktosa
· Maltose
· Sukrosa
· Manitol
|
Inkubasi 370C selama 24
jam
|
Inkubasi 370C selama 24
|
Pemusnahan
|
EMBA
|
MC
|
SSA
|
sampel
|
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
1.
Bentuk :
Basil
Susunan : diplobasil
Warna :merah
Sifat : (-)
negatif
|
Pewarnaan Gram
2.
Isolasi
Koloni-koloni yang tersangka dari isolasi media
yang ditumbuhi Salmonella
Ø Endo Agar :Rose, kecil-sedang, smooth, jernih, keeping
Ø EMBA : Tidak berwarna, sedang, smooth,
jernih, dan keeping
Ø MC : Rose, kecil-sedang, smooth,
jernih, keeping
Ø S.S A : Tidak berwarna, rose,
kecil-kecil, smooth, jernih, sedikit cembung
Ø WB : Hijau muda tengah-tengah,
hitam, kecil-kecil, tepinya jernih, smooth,
sedikit cembung.
ENDO
3.
Uji Identifikasi
A.
Tes biokimia
Biokimia
|
Koloni dari
ENDO
|
TSIA
|
Lereng : Kuning
Dasar : Kuning
H2S : Negatif
Gas :Negatif
|
Maltosa
Glukosa
Fruktosa
Sukrosa
|
Semua Positif (+)
Terdapat GAS pada tabung durham
Terjadi perubahan warna dari kuning menjadi kuning keruh
|
Sca
|
Negatif ( -)
Tidak terjadi
perubahan warna dari warna hijau tetap warna hijau
|
Sim
|
H2S : (-)
tdk terdapat endpan hitam
INDOL : (+) terdapat cincin
berwarna merah
MOTILITY: (+) terdapat pergerakan bakteri
|
MR + Methyl red
|
positif ( +)
terdapat cincin
berwarna merah pada permukaan bakteri
|
VP
|
negatif ( -)
tidak terjadi
perubahan warna pada media
|
Urea
|
Negatif (-)
Oleh karna bakteri tidak mampu mengubah enzim urea
menjadi ammonia dan O2
|
B.
Pembahasan
Ø media TSIA
pada
dasarnya di dapat hasil positif berwarna kuning di sebabkan menfermentasi
sukrosa dan laktosa sehingga banyak asam yang terbentuk yang mengakibatkan
timbul warna kuning pada permukaan TSIA
Ø media SCA
pada
dasarnya di dapat hasil negatif ini di sebabkan oleh karna bakteri tidak mampu
menghasillkan cittrate sebagai sumber carbon dan energi sehingga tidak terdapat
perubahan warna sama sekali
Ø media urea
hal
ini di dapat negatif yang pada dasarnya di sebabkan oleh bakteri yang tidak
mampu menggunakan enzim urea sehingga
tidap dapat mengubah urea menjadi amonia dan oksigen
Ø media SIM
di
mana dalam hal ini di dapat negatif pada sulfur pada saat penambahan kovac.s
yaitu tidak terdapat endapan hitam
dan pada indol
di dapat positif ini di karnakan bahwa terbentuk cincin berwarna merah dan pada
mothyliti di dapat positif ini di karnakan bahwa terdapat pergegrakan bakteri
oleh karna terdapat campuran asam pada media SIM
Ø media gula gula (
laktosa maltosa sukrosa glukosa )
di
mana dalam hal ini di dapat positif di karnakan oleh terjadinya perubahan warna
pada gula gula dari kuning menjadi kuning keruh ini di sebabkan oleh bakteri
yang mampu menghasil gula menjadi prodak asam sehingga mampu melakukan
fermentasi dan dapat terbentuk gas pada tabung durham ini di sebabkan selain
mengubah gula menjadi prodak asam dapat juga menghasilka gas sebagai hasil
sampingan kecuali pada media sukrosa yang tidak terjadi perubahan warna sama
sekali
Ø media MR
di
mana hasil yang di dapat adalah positif ini di sebabkan oleh karna terdapat
cincin berwarna merah yang di mana cincin merah terbentuk oleh karna terdapat
campuran asam seperti asam carbonat
Ø media VP
di
mana hasil yang di dapat adalah negatif
ini di sebabkan oleh karna tidak terdapat perubahan warna sama sekali
sehingga hasil yang di dapat negatif
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Salmonella
adalah suatu genus berbentuk batang, Gram-negatif, enterobacteria non-spora
membentuk, terutama motil dengan diameter sekitar 0,7-1,5 pM, panjang dari 2
sampai 5 pM, dan flagela yang berproyek di segala penjuru (yaitu
peritrichous).Salmonella Typhi hanya hidup pada manusia
Dalam
Mengidentifikasi dan mengisolasi bakteri
baik itu Salmonella typhi dengan
menggunakan sampel biakan murni dalam hal ini dapat di simpulkan bahwa:
dari
hasil penanaman bakteri Salmonella tphiy
pada media identifikasi di dapat hasil
TSIA(+), SIM(+), MR(+), laktosa(+),
maltosa(+), glukosa(+)
B. Saran
Untuk praktikum kedepannya diharapkan kepada praktikan
agar betul-betul memperhatikan hal-hal penting yang harus dilakukan pada saat
praktikum isolasi dan identifikasi bakteri.
DAFTAR
PUSTAKA
Entjang Indan, dr. 2001. “Mikrobiologi & Parasitologi”,
Citra Aditya Bakti :
Bandung.
Arif Mansyur. 2007. “Semiloka Mutu “Pemantapan Mutu tes Rapid
Salmonella”, Makassar.
Brooks, Geo F, Butel, Janet S,
Morse, Stephen A. 2005. “Mikrobiologi Kedokteran Edisi Pertama”, Salemba Medica : Jakarta.
Nugraha Tania. 2010. “Penata Laksanaan Demam Tifoid”, Fakultas Kedokteran
Universitas Riau.
Makasih kak, sudah membagikan ilmunya. Salam anakesmuh mks 2016
BalasHapus