Senin, 16 November 2015

Isolasi dan Identifikasi Salmonella



BAKTERIOLOGI
Isolasi dan Identifikasi Salmonella
 
                                                                                                                  
Disusun Oleh:
1.     Amal ma’ruf                          AKM 0713041

AKADEMI ANALIS KESEHATAN MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2014/2015


KATA PENGANTAR
            Puji dan syukur  kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nyalah, sehingga penulisan makalah yang berjudul “ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SALMONELLA”, dapat terselesaikan dengan baik. Dalam penyusunan makalah ini banyak tantangan dan hambatan yang kami  alami, namun berkat ketekunan dan kerja keras serta do’a sehingga semua itu dapat terlewati.
            kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata kesempurnaan.Kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna untuk dapat memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam makalah ini.     

                                                                                               
                                                                                    PENULIS

BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
            Pangan (makanan) adalah bahan-bahan yang dimakan setiap hari untuk memenuhi kebutuhan bagi pemeliharaan, pertumbuhan, kerja dan penggantian sel tubuh yang rusak. Oleh karena itu pangan atau makanan sangat dibutuhkan oleh manusia sebagai sumber zat gizi dan juga sumber energi. Namun pangan juga dapat sebagai sarana penggangu kesehatan bagi manusia karena pangan dapat terkontaminasi oleh cemaran fisik, kimia maupun mikrobia.
            Hampir semua bahan pangan tercemar oleh berbagai mikroorganisme dari lingkungan sekitarnya. Beberapa jenis mikroba yang terdapat pada bahan pangan adalah Salmonella sp, Staphylococcus aureus, Escherichia coli, kapang, khamir serta mikroba patogen lainnya. Pencemaran mikroba pada bahan pangan merupakan hasil kontaminasi langsung atau tidak langsung dengan sumber–sumber pencemaran mikroba, seperti tanah, udara, air, debu, saluran pencernaan dan pernafasan manusia maupun hewan. Hanya sebagian saja dari berbagai sumber pencemar yang berperan sebagai sumber mikroba awal yang selanjutnya akan berkembang biak pada bahan pangan sampai jumlah tertentu.
            Bahan pangan dapat bertindak sebagai perantara atau substrat untuk tumbuhnya mikroorganisme yang bersifat patogenik terhadap manusia.Penyakit menular yang cukup berbahaya seperti tipes, kolera, disentri, tbc, poliomilitis dengan mudah disebarkan melalui bahan pangan yang disebabkan oleh mikroorganisme patogenik seperti salmonella yang akan dibahas pada makalah ini.
            Salmonella adalah salah satu bakteri yang seringkali menyebabkan penyakit yang cukup serius apabila mencemari makanan maupun minuman yang dikonsumsi manusia. Salmonella juga dapat hidup pada tubuh makhluk hidup yang berdarah dingin maupun berdarah panas. Untuk dapat mewaspadai mikroorganisme ini oleh karena itu diperlukan adanya identifikasi Salmonella pada makanan yang sering dikonsumsi manusia yang akan dibahas lebih lanjut pada makalah ini.

B.     Tujuan
Untuk mengetahui dan memahami mengenai metode yang digunakan dalam  mengidentifikasi Salmonella dalam makanan


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.   Tinjauan umum
          Salmonella  adalah suatu genus bakteri  enterobakteria  gram-negatif  berbentuk  tongkat yang menyebabkan tifoid, paratifod, dan penyakit foodborne. Spesies-spesies Salmonella dapat bergerak bebas dan menghasilkan hidrogen sulfida. Salmonella dinamai dari Daniel Edward Salmon, ahli patologi Amerika, walaupun sebenarnya, rekannya Theobald Smith (yang terkenal akan hasilnya pada anafilaksis) yang pertama kali menemukan bakterium tahun 1885 pada tubuh babi.
            Habitat Inang bagi Salmonella adalah usus halus manusia dan hewan. Makanan dan minuman terkontaminasi merupakan mekanisme transmisi kuman Salmonella dan carrier adalah sumber infeksi. Salmonella Thipy bisa berada dalam air, es, debu, sampah kering yang bila organisme ini masuk ke dalam vehicle yang cocok (daging, kerang dan sebagainya) akan berkembang biak mencapai dosis infektif.

B.   Klasifikasi
·         Kingdom         : Bakteria
·         Philum             : Proteobakteria
·         Class                : Gamma Proteobakteria
·         Ordo                : Enterobakteriales
·         Famili              : Enterobakteriaceae
·         Genus              : Salmonella
·         Spesies            : S. Typhi
Secara praktis salmonella dapat dibagi menjadi :
a.       Salmonella  tifoid yaitu Salmonella typhi, Salmonella paratyphi A,B, dan C penyebab demam enterik (typhoid) pada manusia. Kelompok ini telah beradaptasi pada manusia.
b.      Salmonellanon-tifoid yaitu Salmonelladublin (sapi),Salmonella cholera suis (babi),Salmonellagallinarum dan Salmonella pullarum (unggas), Salmonella aborius equi (kuda) dan Salmonella aborius ovis (domba). Salmonella sp yang beradaptasi pada jenis hewan tertentu jarang menimbulkan penyakit pada manusia.

C.    Morfologi
Salmonella pertama ditemukan (diamati) pada penderita demam tifoid pada tahun 1880 oleh Eberth dan dibenarkan oleh Robert Koch dalam kultur bakteri pada tahun 1881. Salmonella  adalah bakteri berbentuk batang, pada pengecatan gram berwarna merah muda (gram negatif). Salmonella  berukuran 2 µ sampai 4 µ × 0,6 µ, mempunyai flagel (kecuali S. gallinarum dan S. pullorum), dan tidak berspora. Habitat Salmonella  adalah di saluran pencernaan (usus halus) manusia dan hewan.
Dalam skema kauffman dan white tatanama Salmonella di kelompokkan berdasarkan antigen atau DNA yaitu kelompok I enteric, II salamae, IIIa arizonae, IIIb houtenae, IV diarizonae, V bongori, dan VI indica. Komposisi dasar DNA Salmonella adalah 50-52 mol% G+C, mirip dengan EscherichiaShigella, dan Citrobacter. Namun klasifikasi atau penggunaan tatanama yang sering dipakai pada Salmonella  berdasarkan epidemiologi, jenis inang, dan jenis struktur antigen (misalnya S.typhiS. thipirium). Jenis atau spesies Salmonella yang utama adalah S. typhi (satu serotipe), S. choleraesuis, dan S. enteritidis (lebih dari 1500 serotipe). Sedangkang spesies S. paratyphi A, S. paratyphi B, S. paratyphi C termasuk dalam  S. enteritidis.


D.    Sifat-sifat Biologi
Ø  Host reservoar: unggas, babi, hewan pengerat, hewan ternak, binatang piaraan, dsb.
Ø  Menghasilkan hasil positif terhadap reaksi fermentasi manitol dan sorbitol.
Ø  Memberikan hasil negatif pada reaksi indol, DNase, fenilalanin deaminase, urease, Voges Proskauer, reaksi fermentasi terhadap sukrosa, laktosa, dan adonitol.
Ø   Pada agar SS, Endo, EMB, dan McConkey, koloni kuman berbentuk bulat, kecil, dan tidak berwarna. Pada agar Wilson-Blair, koloni kuman berwarna hitam.
Ø  Dapat masuk ke dalam tubuh secara oral, melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi.
Ø  Dosis infektif rata-rata untuk menimbulkan infeksi klinis atau subklinis pada manusia pada manusia adalah 105–108 organisme.
Ø  Faktor pejamu yang menimbulkan resistensi terhadap infeksi Salmonella adalah keasaman lambung, flora mikroba normal usus, dan kekebalan usus setempat.
Ø  Dapat bertahan dalam air yang membeku untuk waktu yang lama (+ 4 minggu).
Ø  Mati pada suhu 56oC, juga pada keadaan kering.
Ø  Hidup subur dalam medium yang mengandung garam empedu.
Ø  Resisten terhadap zat warna hijau brilian, natrium tetrationat, dan natrium deoksikolat yang menghambat pertumbuhan kuman koliform sehingga senyawa-sennyawa tersebut dapat digunakan untuk inklusi isolat Salmonella dari feses pada medium.
Adapun sifat biakannya yaitu;
Koloni-koloni yang tersangka dari isolasi media yang ditumbuhi Salmonella :
þ  Endo Agar           : Rose, kecil-sedang, smooth, jernih, keping
þ  EMBA                 : Tidak berwarna, sedang, smooth, jernih, dan keping
þ   MC                     : Rose, kecil-sedang, smooth, jernih, keping
þ    S.S A                 :Tidak berwarna, rose, kecil-kecil, smooth, jernih,
þ   WB                     : Hijau muda tengah-tengah, hitam, kecil-kecil, tepinya jernih, smooth, sedikit cembung.
Identifikasi Enterobacteriaceae yang patogen dengan semi solid dan gula-gula pendek :
TSIA
Manit
Indol
Gerak
Enterobacteriaceae
K/M H2S ±
+
-
+
Salmonella typhy
K/M H2S +/-
+g
-
+
Salmonella paratyphy A, B, C
K/M H2S ++
+g
-
+
Salmonella paratyphy B, C
K/M H2S -
+g
-
+
Salmonella paratyphy A
K/M H2S -
+
-
-
Salmonella typhy

Ket :
K = Kuning (asam)                                      g = Gas
M = Merah (basa)                                         - = Negatif
+/- = Positif atau Negatif                             ± = Sedikit
++ = Banyak terbentuk (kuat)

E.     Struktur Antigen
 Salmonella mempunyai tiga macam antigen utama untuk diagnostik atau mengidentifikasinya yaitu : somatik antigen (O), antigen flagel (H) dan antigen Vi (kasul). Antigen O (Cell Wall Antigens ) merupakan kompleks fosfolipid protein polisakarida yang tahan panas (termostabil), dan alkohol asam. Antibodi yang dibentuk  adalah IgM. Namun antigen O kurang imunogenik dan aglutinasi berlangsung lambat. Maka kurang bagus untuk  pemeriksaan serologi karena terdapat 67 faktor antigen, tiap-tiap spesies memiliki beberapa faktor. Oleh karena itu titer antibodi O sesudah infeksi lebih rendah dari pada antibodi H.
 Antigen H pada Salmonella  dibagi dalam 2 fase yaitu fase I : spesifik dan fase II : non spesifik. Antigen H adalah protein yang tidak tahan panas (termolabil), dapat dirusak dengan pemanasan di atas 60ºC dan alkohol asam. Antigen H sangat imunogenik dan antibodi yang dibentuk adalah IgG. Sedangkan Antigen Vi adalah polimer dari polisakarida yang bersifat asam. Terdapat dibagian paling luar dari badan kuman bersifai termolabil. Dapat dirusak dengan pemanasan 60oC selama 1 jam. Kuman yang mempunyai antigen Vi bersifat virulens pada hewan dan mausia. Antigen Vi juga menentukan kepekaan terhadap bakteriofaga dan dalam laboratorium sangat berguna untuk diagnosis cepat kuman S. typhi. Adanya antigen Vi menunjukkan individu yang bersangkutan merupakan pembawa kuman (carrier).

F.     Sumber Penularan
Infeksi terjadi dari memakan makanan yang terkontaminasi dengan feses yang terdapat bakteri Salmonella typhi dari organisme pembawa (host).  Setelah masuk dalam saluran pencernaan, maka S. typhi menyerang dinding usus yang menyebabkan kerusakan dan peradangan.
 Infeksi dapat menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah karena§ dapat menembus dinding usus tadi ke organ-organ lain, seperti hati, limpa, paru-paru, tulang-tulang sendi, plasenta dan dapat menembus sehingga menyerang fetus pada wanita atau hewan betina yang hamil, serta menyerang membran yang menyelubungi otak.  Substansi racun dapat diproduksi oleh bakteri dan dapat dilepaskan dan mempengaruhi keseimbangan tubuh.
 Di dalam hewan atau manusia yang terinfeksi, pada fesesnya terdapat kumpulan S. typhi yang dapat bertahan sampai berminggu-minggu atau berbulan-bulan. Bakteri tersebut tahan terhadap range temperatur yang luas sehingga dapat bertahan hidup berbulan-bulan dalam tanah atau air.

G.    Patogenitas
Salmonella adalah penyebab utama dari penyakit yang disebarkan melalui makanan (foodborne diseases. Pada umumnya, serotipe Salmonella menyebabkan penyakit pada organ pencernaan. Penyakit yang disebabkan oleh Salmonella disebut salmonellosis. Ciri-ciri orang yang mengalami salmonellosis adalah diare, keram perut, dan demam dalam waktu 8-72 jam setelah memakan makanan yang terkontaminasi oleh Salmonella. Gejala lainnya adalah demam, sakit kepala, mual dan muntah-muntah. Tiga serotipe utama dari jenis S. enterica adalah S. typhi, S. typhimurium, dan S. enteritidis. S. typhi menyebabkan penyakit demam tifus (Typhoid fever), karena invasi bakteri ke dalam pembuluh darah dan gastroenteritis, yang disebabkan oleh keracunan makanan/intoksikasi. Gejala demam tifus meliputi demam, mual-mual, muntah dan kematian. S. typhi memiliki keunikan hanya menyerang manusia, dan tidak ada inang lain. Infeksi Salmonella dapat berakibat fatal kepada bayi, balita, ibu hamil dan kandungannya serta orang lanjut usia. Hal ini disebabkan karena kekebalan tubuh mereka yang menurun. Kontaminasi Salmonella dapat dicegah dengan mencuci tangan dan menjaga kebersihan makanan yang dikonsumsi.
Salmonella Thypi, Salmonella Choleraesuis, dan mungkin juga Salmonella Paratyphi B bersifat infeksius untuk manusia, dan infeksi oleh organisme tersebut didapatkan dari manusia. Namun, sebagian besar salmonella bersifat pathogen terutama bagi hewan yang menjadi reservoir untuk menjadi manusia: unggas, babi, hewan pengerat, hewan ternak, binatang piaraan (dari kura-kura hingga burung kakatua), dan banyak lainnya.
Organisme ini hampir selalu masuk melalui rute oral, biasanya bersama makanan atau minuman yang terkontaminasi. Dosis efektif rata-rata untuk menimbulakn infeksi klinis atau subklinis pada manusia adalah 105-108 Salmonella. Beberapa factor pejamu yang menimbulkan resistensi terhadap infeksi Salmonella adalah keasaman lambung, flora normal usus dan kekebalan usus.

H.    Epidemiologi
Feses yang berasal dari orang tidak dicurigai mengidap penyakit subklinis atau carrier merupakan sumber kontaminasi yang lebih penting daripada kasus klinis yang jelas segera diisolasi; misal, bila carrier yang bekerja sebagai pengelola makanan akan ”mengeluarkan” organisme itu. Banyak hewan, termasuk hewan ternak, binatang pengerat, dan unggas, secara alami terinfeksi dengan berbagai salmonela dan mengandung bakteri salmonela yang tinggi pada ayam kemasan telah dipublikasikan secara luas.
à Carrier
Setelah infeksi nyata atau subklinis, beberapa individu terus menyimpan salmonela di dalam jaringannya selama waktu yang tidak tentu. Tiga persen individu yang sembuh dari tifoid menjadi carrier permanen, mempunyai organisme di dalam kandung empedu, saluran empedu, atau kadang-kadang di dalam usus atau saluran kemih.
à Sumber Infeksi
Sumber infeksi adalah makanan dan minuman yang terkontaminasi dengan salmonela. Berikut adalah sumber-sumber infeksi yang penting:
Ø  Air, kontaminasi dengan feses sering menimbulkan epidemik yang luas.
Ø  Susu dan produk susu lainnya (es krim, keju, puding), kontaminasi dengan feses dan paterurisasi yang tidak adekuat atau penanganan yang salah. Beberapa wabah dapat ditelusuri sampai sumber kumannya.
Ø  Kerang, dari air yang terkontaminasi.
Ø  Telur beku atau dikeringkan, dari unggas yang terinfeksi atau terkontaminasi saat pemrosesan.
Ø  Daging dan produk daging, dari hewan yang terinfeksi (ternak) atau kontaminasi oleh feses melalui hewan pengerat atau manusia.
Ø  Obat ”rekresai”, mariyuana atau obat lainnya.
Ø  Pewarna hewan, pewarnaan (misal, carmine) digunakan untuk obat, makanan, dan kosmetik.
Ø  Hewan piaraan, kura-kura, anjing, kucing, dll.

I.       Penyakit yang ditimbulkan
Adapun penyakit yang ditimbulkan yaitu:
a.      Demam Enterik (Demam Tifoid)
HCL dalam lambung berperan sebagai penghambat masuknya Salmonella typhi dan bakteri lain. Jika Salmonella typhi masuk bersama-sama cairan, maka terjadi pengenceran HCL yang mengurangi daya hambat terhadap mikroorganisme penyebab penyakit yang masuk. Daya hambat HCL ini akan menurun pada waktu terjadi pengosongan lambung, sehingga Salmonella typhi dapat masuk ke dalam usus penderita. Salmonella typhi seterusnya memasuki folikel-folikel limfe yang terdapat di dalam lapisan mukosa atau submukosa usus, bereplikasi dengan cepat untuk menghasilkan lebih banyak Salmonella typhi. Setelah itu, Salmonella typhi memasuki saluran limfe dan akhirnya mencapai aliran darah. Dengan demikian terjadilah bakteremia pada penderita. Dengan melewati kapiler-kapiler yang terdapat dalam dinding kandung empedu atau secara tidak langsung melalui kapiler-kapiler hati dan kanalikuli empedu, maka bakteri dapat mencapai empedu dan larut disana.
Melalui empedu yang infektif terjadilah invasi ke dalam usus untuk kedua kalinya yang lebih berat daripada invasi tahap pertama. Invasi tahap kedua ini menimbulkan lesi yang luas pada jaringan limfe usus kecil sehingga gejala-gejala klinik menjadi jelas. Demam tifoid merupakan salah satu bekteremia yang disertai oleh infeksi menyeluruh dan toksemia yang dalam. Berbagai macam organ mengalami kelainan, contohnya sistem hematopoietik yang membentuk darah, terutama jaringan limfoid usus kecil, kelenjar limfe abdomen, limpa dan sumsum tulang. Kelainan utama terjadi pada usus kecil, hanya kadang-kadang pada kolon bagian atas, maka Salmonella paratyphi B dapat menimbulkan lesi pada seluruh bagian kolon dan lambung.
Pada awal minggu kedua dari penyakit demam tifoid terjadi nekrosissuperfisial yang disebabkan oleh toksin bakteri atau yang lebih utama disebabkanoleh pembuntuan pembuluh-pembuluh darah kecil oleh hiperplasia sel limfoid(disebut sel tifoid).
Mukosa yang nekrotik kemudian membentuk kerak, yang dalam minggu ketiga akan lepas sehingga terbentuk ulkus yang berbentuk bulat atau lonjong tak teratur. Pada umumnya ulkus tidak dalam meskipun tidak jarang jika submukosa terkena, dasar ulkus dapat mencapai dinding otot dari usus bahkan dapat mencapai membran serosa.
Pada waktu kerak lepas dari mukosa yang nekrotik dan terbentuk ulkus, maka perdarahan yang hebat dapat terjadi atau juga perforasi dari usus. Kedua komplikasi tersebut yaitu perdarahan hebat dan perforasi merupakan penyebab yang paling sering menimbulkan kematian pada penderita demam tifoid. Meskipun demikian, beratnya penyakit demam tifoid tidak selalu sesuai dengan beratnya ulserasi. Toksemia yang hebat akan menimbulkan demam tifoid yang berat sedangkan terjadinya perdarahan usus dan perforasi menunjukkan bahwa telah terjadi ulserasi yang berat. Sedangkan perdarahan usus dan perforasi menunjukkan bahwa telah terjadi ulserasi yang berat. Pada serangan demam tifoid yang ringan dapat terjadi baik perdarahan maupun perforasi.Pada stadium akhir dari demam tifoid, ginjal kadang-kadang masih tetap mengandung kuman Salmonella typhi sehingga terjadi bakteriuria.
Maka penderita merupakan urinary karier penyakit tersebut. Akibatnya terjadi miokarditis toksik, otot jantung membesar dan melunak. Anak-anak dapat mengalami perikarditis tetapi jarang terjadi endokaritis. Tromboflebitis, periostitis dan nekrosis tulang dan juga bronkhitis serta meningitis kadang-kadang dapat terjadi pada demam tifoid.
b.       Bakterimia dengan Lesi Fokal
Keadaan ini umumnya disebabkan oleh S.choleraesuis, tetapi juga dapat disebabkan oleh serotype salmonella apapun. Setelah infeksi melalui mulut, terjadi invasi dini kealiran darah (dengan kemungkinan lesi fokal di paru, tulang, meningens, dan lain-lain), tetapi manifestasi di usus sering tidak ada.
Bayi dan anak-anak jauh lebih rentan terhadap infeksi terutama Salmonella, mudah dicapai dengan menelan sejumlah kecil bakteri. Telah menunjukkan bahwa, pada bayi, pencemaran bisa melalui inhalasi debu bakteri-sarat.
Setelah masa inkubasi singkat beberapa jam sampai satu hari, kuman berkembang biak di dalam lumen usus menyebabkan radang usus dengan diare yang sering muco-bernanah dan berdarah. Pada bayi, dehidrasi dapat menyebabkan keadaan parah toksikosis. Normalnya tidak adasepsis, tetapi bisa terjadi sebagai komplikasi pada pasien usia lanjut melemah (penyakit Hodgkin), misalnya. Lokalisasi ekstraintestinal yang mungkin, terutama Salmonella meningitis pada anak-anak, osteitis, dll. Salmonella (misalnya, Salmonella entericasub sp. enterica serovar enteritidis) dapat menyebabkan diare, yang biasanya tidak memerlukan antibiotik pengobatan. Namun, pada orang yang berisiko seperti bayi, anak kecil, orang tua, infeksi Salmonella bisa menjadi sangat serius, mengarah ke komplikasi. Jika hal ini tidak diobati, pada pasien HIV dan orang-orang dengan kekebalan tubuh rendah bisa menjadi sakit parah Anak dengan anemia sel sabit yang terinfeksi Salmonella bisa terjadi osteomyelitis.

c.       Enterokolitis
Enterokolitis merupakan manifestasi infeksi salmonella yang paling sering terjadi. Di AS Salmonella thypimurium dan Salmonella enteriditis lebih menonjol, tetapi enterokolitis dapat disebabkan oleh lebih dari 1400 serotype Salmonella grup 1. Delapan hingga 48 jam setelah tertelannya salmonella timbul mual, sakit kepala, muntah dan diare hebat, dengan beberapa leukosit di dalam feses. Sering timbul demam ringan tetapi biasanya sembuh sendiri dalam 2-3 hari. Terdapat lesi inflamasi pada usus halus dan usus besar. Bakterimia jarang terjadi, kecuali pada pasien yang mengalami imunodefisiensi. Biakan darah baiasanya negative, tetapi biakan feses biasanya positif untuk salmonella dan dapat tetap positif selama beberaoa minggu setelah penyakit sembuh secara kinis.

J.      Diagnosa Laboratorium
·         Spesimen
Darah untuk biakan harus diambil berulang kali. Pada demam enteric dan septikimia, biakan darah sering positif dalam minggu pertama penyakit. Biakan sumsum tulang dapat bermanfaat. Biakan urine dapat positif dalam minggu kedua. Specimen feses juga harus diambil berulang-ulang. Pada demem enteric, fesesakan memberikan hasil positif mulai minggu kedua atau ketiga, pada enterokolitis selama minggu pertama. Biakan positif dari drainase duodenum menunjukkan adanya salmonella di traktus billiard pada orang carrier.
·         Metode bakteriologi untuk isolasi Salmonella
 Biakan pada medium diferensial: Medium EMB, Mac Conkey atau deoksikolat memungkinkan deteksi cepat organisme yang tidak memfermentasi laktosa. Organisme Gram positif sedikit dihambat. Medium Bismuth sulfit memungkinkan deteksi cepat Salmonella yang membentuk koloni hitam karena produksi H2S.
 Biakan pada medium selektif: bahan ditanam pada lempeng agar SS (Salmonella-Shigella). Agar Hektoen atau agar deoksikolat sitrat, merupakan tempat Salmonelladan Shigella akan tumbuh subur, melebihi organisme Enterobacteriaceae lainnya.
Biakan pada medium diperkaya: bahan (biasanya tinja) diletakkan ke dalam kaldu selenit F atau kaldu tetrationat, keduanya menghambat bakteri usus normal dan memungkinkan perkembangbiakan Salmonella. Setelah pengeraman selama 1-2 hari, biakan ini ditanami pada perbenihan diferensial dan selektif.
Identifikasi Akhir: koloni pada perbenihan padat yang dicurigai diidentifikasi dengan tes biokimia dan tes aglutinasi dengan serum spesifik.
·            Metode Serologi
Teknik serologi digunakan untuk mengidentifikasi biakan yang tidak diketahui dengan serum yang diketahui, dan dapat juga dipergunakan untuk menentukan titer antibody pada penderita yang tidak diketahui penyakitnya, meskipun yang belakangan ini tidak begitu bermanfaat dalam diagnosis infeksi Salmonella.
- Tes aglutinasi mikroskopik cepat: dalam tes ini, serum yang diketahui dicampur dengan biakan yang tidak diketahui pada kaca objek. Penggumpalan, bila ini terjadi dapat dilihat dalam beberapa menit. Tes ini khususnya bermanfaat untuk identifikasi pendahuluan biakan secara cepat.
- Tes aglutinasi pengenceran tabung (tes widal): Aglutinin serum meningkat dengan cepat selama minggu kedua dan ketiga pada infeksi Salmonella. Sekurang-kurangnya diperlukan dua bahan serum, yang diperoleh dengan selang waktu 7-10 hari untuk membuktikan adanya kenaikan titer antibody. Serum yang tidak dikenal diencerkan berturut-turut (dua kali lipat) lalu dites terhadap antigen Salmonella. Hasilnya ditafsirkan sebagai berikut :
§  Titer O yang tinggi atau kenaikan titer O (≥ 1:160) menunjukkan adanya infeksi aktif.
§  Titer H yang tinggi (≥ 1:160) menunjukkan bahwa penderita itu pernah divaksinasi atau pernah terinfeksi.
§  Titer Vi yang tinggi terdapat pada beberapa pembawa bakteri.
Hasil tes serologic untuk penderita Salmonella harus diinterprestasikan secara hati-hati. Kemungkinan adanya antibody reaksi silang membatasi penggunaan serologi dalam diagnosis infeksi Salmonella.

K.    Pengobatan
Demam enterik dan bakteremia dengan lesi fokal memerlukan terapi antimikroba, sedangkan sebagian besar kasus eterokolitis tidak membutuhkan terapi tersebut. Terapi antimikroba terhadap enteritis salmonela pada neonatus sangat penting. Pada enterokolitis, gejala klinis dan eksresi salmonela dapat menjadi lebih lama oleh terapi antimikroba. Penggantian cairan dan elektrolit sangat penting untuk diare barat.
Tetapi antimikroba ubtuk infeksi salmonela yang invasif adalah dengan menggunakan ampisilin, trimetroprim-sulfametoksazon, atau sefalosporin generasi ketiga. Resistansi terhadap banyak obat yang ditransmisikan secara genetik oleh plasmid berbagai bakteri enterik merupakan masalah pada infeksi salmonela. Uji sensitivitas merupakan pemeriksaan penunjang yang penting untuk memilih antibiotik yang sesuai.
Pada sebagian besar carrier, organisme menetap di kandung empedu (terutama jika terdapat batu empedu) dan di saluran empedu. Beberapa carrier kronik dapat diobati hanya dengan menggunakan ampisilin, tetapi pada kebanyakan kasus kolesistektomi harus dikombinasikan dengan terapi obat.










BAB III
METODE KERJA
A.   Alat dan Bahan
1.      Alat
*       Jarum ose
*       Alkohol 96%
*      Pipet tetes
*      Tissue
*      Gelas objek
*       Korek api
*       Bunsen
*      Mikroskop
2.      Bahan
*      Air keran atau aquadest
*      Larutan Gentian Kristal Violet
*      Larutan Lugol
*      Kaca preparat
*      Karbol Fuchsin Z
*      Media BHIB
*      Media Mac Conkey
*      Media SIM
*      Media TSIAL
*      Media Mr-Vp
*      Media Urea
*      Media Gula-gula
*      Media SCA
*      Larutan Covas
*      Larutan Metyl Red
*      KOH 40%
*      Larutan a-naftol

B.     Cara Isolasi dan Identifikasi
a.      Isolasi
            Isolasi atau pembiakan adalah proses menumbuhkan mikroorganisme dari tempat infeksi (lingkungan in vivo) melalui berbagai spesimen dan menumbuhkan dalam lingkungan tiruan di laboratorium (lingkungan invitro). Ketika bakteri tumbuh pada media, pada umumnya populasi bakteri akan mudah diamati tanpa mikroskop karena berada dalam jumlah yang banyak berupa koloni bakteri sehingga memungkinkan untuk identifikasi laboratorik selanjutnya . Keberhasilan pemindahan bakteri dari lingkungan in vivo ke in vitro memerlukan nutrisi dan lingkungan yang dibutuhkan oleh bakteri patogen tersebut. Karena pada lingkungan in vivo bakteri dapat menggunakan berbagai hasil metabolik dan jalur fisiologik untuk pertumbuhan selama berada di dalam tubuh hospes kemudian secara tiba-tiba harus dapat menyesuaikan diri dengan kondisi tiruan di laboratorium. Dengan demikian sangatlah penting untuk menyediakan nutrisi yang dibutuhkan dan lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan bakteri.
            Di dalam tubuh, populasi mikroba tidak terpisah sendiri menurut jenisnya, tetapi terdiri dari campuran berbagai macam jenis bakteri untuk memisahkan bakteri patogen perlu dilakukan isolasi di laboratorium populasi bakteri ini dapat diisolasi menjadi kultur murni yang terdiri dari satu jenis yang dapat dipelajari morfologi, sifat dan kemampuan biokimiawinya.
            Untuk memperoleh hasil yang baik dalam pertumbuhan bakteri maka perlu cara kerja yang aseptik, dan sterilisasi ose sebelum digunakan mengambil koloni yang dicurigai sebagai penyebab infeksi.
b.      Inkubasi
            Metode-metode yang digunakan untuk mengoptimalkan kondisi inkubasi:
Ø  inkubasi dilakukan pada suhu optimum untuk pertumbuhan bakteri (35C-37C) dan kelembaban udara yang mengandung CO2 sekitar 3-5%
Ø  untuk pertumbuhan bakteri yang memerlukan CO2 lebih banyak diperlukan inkubasi pada tempat khusus yang mengandung CO2 (tablet natrium bikarbonat dengan kelembaban dan penutupan yang sangat erat akan menghasilkan CO2 yang cukup , sebagai alternatif dapat juga dilakukan inkubasi pada sungkup lilin yang dapat menghasilkan CO2 3%.


c.       Identifikasi
1.      Hari I
*      Siapkan alat dan bahan yang di gunakan
*      Setelah ose di sterilkan ambillah biakan bakteri
*      Kemudian masukkan ke dalam media BHIB
Di lakukan pewarnaan gram
*      Buat sediaan pada objek gelas, keringkan, kemudian rekatkan (fiksasi) 3x di atas api Bunsen.
*      Tuangi dengan larutan karbol-gentian-violet (sesudah sediaan dingin), biarkan selama 2- 3 menit.
*      Cuci dengan air mengalir
*      Zat warna dibuang dan bubuhi dengan larutan mordant (lugol), diamkan selama kira-kira 1-2 menit.
*      Lugol dibuang dan preparat dicelupkan ke dalam alkohol 96%, sampai warna gentian violet lepas (sampai gentian violet tidak ada luntur lagi).tunggu 20 – 40 detik
*      Cuci dengan air kran sampai bersih, kemudian bubuhi dengan cat-penutup (counter stain) larutan water-fuchsin, biarkan kira-kira 1-2 menit.
*      Cuci dengan air kran, keringkan dalam temperatur kamar, lihat dengan mikroskop
*      Kemudian masukkan ke dalam ingkubator pada media BHIB dan  
*      ingkubasi selama 24 Jam dengan suhu 37 °c
2.      Hari II
*     Biakan yang tumbuh pada media BHIB di wranai dengan padapengecetan gram.
*       Selain itu biakan juga di tanami pada media BAP,Mac concey.EMBA.dan endo agar.
*       Media yang telah di tanami kemudian di inkubasi pada suhu 37°C seiama 24 jam didalam incubator.

3.      Hari III
PEWARNAAN GRAM
*      Buat sediaan pada objek gelas, keringkan, kemudian rekatkan (fiksasi) 3x di atas api Bunsen.
*      Tuangi dengan larutan karbol-gentian-violet (sesudah sediaan dingin), biarkan selama 2- 3 menit.
*      Cuci dengan air mengalir
*      Zat warna dibuang dan bubuhi dengan larutan mordant (lugol), diamkan selama kira-kira 1-2 menit.
*      Lugol dibuang dan preparat dicelupkan ke dalam alkohol 96%, sampai warna gentian violet lepas (sampai gentian violet tidak ada luntur lagi).tunggu 20 – 40 detik
*      Cuci dengan air kran sampai bersih, kemudian bubuhi dengan cat-penutup (counter stain) larutan water-fuchsin, biarkan kira-kira 1-2 menit.
*      Cuci dengan air kran, keringkan dalam temperatur kamar, lihat dengan mikroskop

*      Media TSIA
Setelah nall di stelirkan ambil bakteri pada media ( emba ) dan tusukkan nall pada media TSIA setelah di tusuk goreskan pada permukaan media dari babwah ke atas fiksasi pada mulut tabung dan tutup dengan kapas steril dan ingkubasi selama 24 Jam dengan suhu 37 °c
4.      Hari IV
*     Dilakukan pembacaan pada media SCA,SIM,MrVP,dan gula-gula.
Hasit pembacaan di catat kemudian dicocokkan dengan table \identifikasi bakteri.

C.     Tes Uji biokimia
1)        Buatlah suspensi bakteri dari coloni bakteri yang sebelumnya telah di tanam pada media EMBA yang di ambil adalah coloni yang menunjukkan ciri koloni bakteri proteus
2)        Ambil satu mata nal suspensi bakteri dan tanam pada tiap media dengan cara:
      
1.        Media SCA
*        Goreskan perlahan secara zig-zag mata nal (yang sudah suspensinya) dari bagian dalam permukaan media miring sampai keluar
*        Sterilkan pada mulut tabung dan tutup dengan menggunakan kapas steril
*        Pada media SCA, tidak perlu di tusuk dengan nal
*        Ingkubasi selama 24 jam dengan suhu 37°c

2.        Media SIM
*        Tusukkan nal yang sudah suspensi bakterinya ke tengah-tengah media agar, jangan sampai menyentuh permukaan tabling/ mendekati.
*        Tutup dengan kapas steril yang sebelumnya sudah di fiksasi pada mulut media
*        Ingkubasi selama 24 jam dengan suhu 37°c

3.        Media MR-VP dan gula-gula ( laktosa, maltosa , glukosa , sukrosa , manitol )
*        Ambil satu ose suspensi bakteri, masukkan dalam media cair, aduk-aduk agar suspensi bakteri dan agarnya tercampur yang di dalamnya ada tabung durham.
*        Tutup kembali dengan kapas steril
*        Ingkubasi selama 24 jam dengan suhu 37°c

4.        Media Urea
*        Goreskan perlahan secara zig-zag mata nal (yang sudah suspensinya) dari bagian dalam permukaan media miring sampai keluar
*        Sterilkan pada mulut tabung dan tutup dengan menggunakan kapas steril
*        Pada media Urea, tidak perlu di tusuk dengan nal
*        Ingkubasi selama 24 jam dengan suhu 37°c

D.    Kerangkaka identifikasi bakteri


ENDO
Pembacaan hasil

Pewarnaan gram

Inkubasi 370C selama 24 jam
BHIB

Inkubasi 370C selama 24 jam
TSIA
Pewarnaan gram

·      SIM
·      MR-VP
·      SCA
·      Urea

·      Glukosa
·      Laktosa
·      Maltose
·      Sukrosa
·      Manitol
Inkubasi 370C selama 24 jam
Inkubasi 370C selama 24
Pemusnahan

EMBA
MC
SSA
sampel

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.    Hasil
1.     
Bentuk : Basil
Susunan : diplobasil
Warna :merah
Sifat : (-) negatif


Pewarnaan Gram

2.      Isolasi
Koloni-koloni yang tersangka dari isolasi media yang ditumbuhi Salmonella
Ø  Endo Agar      :Rose, kecil-sedang, smooth, jernih, keeping
Ø   EMBA            : Tidak berwarna, sedang, smooth, jernih, dan keeping
Ø  MC                  : Rose, kecil-sedang, smooth, jernih, keeping
Ø  S.S A               : Tidak berwarna, rose, kecil-kecil, smooth, jernih, sedikit cembung
Ø   WB                 : Hijau muda tengah-tengah, hitam, kecil-kecil, tepinya jernih, smooth, sedikit cembung.

ENDO

3.      Uji Identifikasi
A.    Tes biokimia
Biokimia
Koloni dari ENDO
TSIA
Lereng : Kuning
Dasar : Kuning
H2S : Negatif
Gas :Negatif


Maltosa
Glukosa
Fruktosa
Sukrosa
Semua Positif (+)
Terdapat GAS pada tabung durham
Terjadi perubahan warna dari kuning menjadi kuning keruh














Sca
Negatif ( -)
Tidak terjadi perubahan warna dari warna hijau tetap warna hijau




Sim
H2S           : (-) tdk terdapat  endpan hitam
INDOL      : (+) terdapat cincin berwarna merah
MOTILITY: (+) terdapat pergerakan bakteri




MR + Methyl red
positif ( +)
terdapat cincin berwarna merah pada permukaan bakteri




VP
negatif ( -)
tidak terjadi perubahan warna pada media






Urea

Negatif (-)
Oleh karna bakteri tidak mampu mengubah enzim urea menjadi ammonia dan O2

B.     Pembahasan
Ø  media TSIA
pada dasarnya di dapat hasil positif berwarna kuning di sebabkan menfermentasi sukrosa dan laktosa sehingga banyak asam yang terbentuk yang mengakibatkan timbul warna kuning pada permukaan TSIA
Ø  media SCA
pada dasarnya di dapat hasil negatif ini di sebabkan oleh karna bakteri tidak mampu menghasillkan cittrate sebagai sumber carbon dan energi sehingga tidak terdapat perubahan warna sama sekali
Ø  media urea
hal ini di dapat negatif yang pada dasarnya di sebabkan oleh bakteri yang tidak mampu menggunakan enzim urea  sehingga tidap dapat mengubah urea menjadi amonia dan oksigen

Ø  media SIM
di mana dalam hal ini di dapat negatif pada sulfur pada saat penambahan kovac.s yaitu tidak terdapat endapan hitam
dan pada indol di dapat positif ini di karnakan bahwa terbentuk cincin berwarna merah dan pada mothyliti di dapat positif ini di karnakan bahwa terdapat pergegrakan bakteri oleh karna terdapat campuran asam pada media SIM
Ø  media gula gula ( laktosa maltosa sukrosa glukosa )
di mana dalam hal ini di dapat positif di karnakan oleh terjadinya perubahan warna pada gula gula dari kuning menjadi kuning keruh ini di sebabkan oleh bakteri yang mampu menghasil gula menjadi prodak asam sehingga mampu melakukan fermentasi dan dapat terbentuk gas pada tabung durham ini di sebabkan selain mengubah gula menjadi prodak asam dapat juga menghasilka gas sebagai hasil sampingan kecuali pada media sukrosa yang tidak terjadi perubahan warna sama sekali

Ø  media MR
di mana hasil yang di dapat adalah positif ini di sebabkan oleh karna terdapat cincin berwarna merah yang di mana cincin merah terbentuk oleh karna terdapat campuran asam seperti asam carbonat
Ø  media VP
di mana hasil yang di dapat adalah negatif  ini di sebabkan oleh karna tidak terdapat perubahan warna sama sekali sehingga hasil yang di dapat negatif

   BAB V
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Salmonella adalah suatu genus berbentuk batang, Gram-negatif, enterobacteria non-spora membentuk, terutama motil dengan diameter sekitar 0,7-1,5 pM, panjang dari 2 sampai 5 pM, dan flagela yang berproyek di segala penjuru (yaitu peritrichous).Salmonella Typhi hanya hidup pada manusia
Dalam Mengidentifikasi dan mengisolasi  bakteri baik itu Salmonella typhi dengan menggunakan sampel biakan murni dalam hal ini dapat di simpulkan bahwa:
dari hasil penanaman bakteri Salmonella tphiy pada media identifikasi  di dapat hasil TSIA(+), SIM(+),  MR(+), laktosa(+), maltosa(+), glukosa(+)

B.     Saran
       Untuk praktikum kedepannya diharapkan kepada praktikan agar betul-betul memperhatikan hal-hal penting yang harus dilakukan pada saat praktikum isolasi dan identifikasi bakteri.


DAFTAR PUSTAKA
      Entjang Indan, dr. 2001. “Mikrobiologi & Parasitologi”, Citra Aditya Bakti :
     Bandung.
Arif Mansyur. 2007. Semiloka Mutu “Pemantapan Mutu tes Rapid
     Salmonella”, Makassar.
Brooks, Geo F, Butel, Janet S, Morse, Stephen A. 2005. “Mikrobiologi            Kedokteran Edisi Pertama”, Salemba Medica : Jakarta.
Nugraha Tania. 2010. “Penata Laksanaan Demam Tifoid, Fakultas     Kedokteran Universitas Riau.

 

1 komentar: