Selasa, 17 November 2015

isolasi dan identifikasi streptococcus


BAKTERIOLOGI
Isolasi dan Identifikasi Streptococcus
Disusun Oleh:
1.     Amal ma’ruf                          AKM 0713041

AKADEMI ANALIS KESEHATAN MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2014/2015

KATA PENGANTAR

            Puji dan syukur  kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nyalah, sehingga penulisan makalah yang berjudul “ISOLASI DAN IDENTIFIKASI STREPTOCOCCUS”, dapat terselesaikan dengan baik. Dalam penyusunan makalah ini banyak tantangan dan hambatan yang kami  alami, namun berkat ketekunan dan kerja keras serta do’a sehingga semua itu dapat terlewati.
            kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata kesempurnaan.Kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna untuk dapat memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam makalah ini.     

                                                                                                
                                                                                    PENULIS

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
            Manusia termasuk salah satu makhluk yang paling rentan terhadap infeksi strepto   coccus dan tidak ada alat tubuh atau jaringan dalam tubuhnya yang betul-betul kebal. Kuman ini dapat menyebabkan penyakit epidemic antara lain erisipelas, radang tenggorokan, reumatik fever dan bermacam-macam penyakit lainnya. Diplococcus positif gram yang berbentuk lanset ini ditemukan dalam saliva manusia oleh Sternberg dan Pasteur pada tahun 1881 ditempat yang terpisah. Meskipun kedua orang tersebut masing-masing berhasil membuat septicemia dengan jalan menyuntikkan kuman ini pada kelinci, namun mereka tidak menghubungkannya dengan penyakit pneumonia, mungkin karena tidak tahu bahwa orang sehat dapat menjadi carrier kokus virulen. Baru pada tahun 1886 diketahui bahwa kuman ini dapat menyebabkan pneumonia lobaris oleh frunkel dan weichselbaum ditempat yang terpisah. Kuman ini biasa hidup normal dalam traktus respiratorius bagian atas dan dapat menyebabkan penyakit pneumonia, sinusitis, otitis, meningitis, dan proses infeksilainnya.


B.     Tujuan 
            Agar mahasiswa dapat mengetahui morfologi, sifat pertumbuhan, daya tahan kuman,struktur antigen dan pathogenesis serta gambaran klinik dari baktei streptococcus ini.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.       Streptococcus  pyogenes
1.      Tinjauan umum
            Streptococcus pyogenes adalah bakteri yang selnya berbentuk bulat, bersifat gram positif, tidak berspora, dan bersifat anaerob fakultatif, tersusun berderet seperti rantai, panjang rantai bervariasi dimana akan lebih panjang pada media cair dibanding pada media padat  dan sebagian besar ditentukan oleh factor lingkungan. Bakteri ini tidak membentuk spora, kecuali beberapa strain yang hidupnya saprofitik. Pada pertumbuhan tua  sifat gram positifnya akan hilang dan menjadi gram negative karena nutrisi yang ada pada sel bakteri telah berkurang sehingga lapisan peptidoglikan pada dinding sel bakteri menipis.
            Infeksi Streptococcus pyogenes dapat dipengaruhi oleh bermacam-macam factor, antara lain sifat biologis bakteri dan cara host memberikan respon.Manusia termasuk salah satu mahluk yang paling rentan terhadap infeksi Streptococcus pyogenes dan tidak ada alat tubuh atau jaringan dalam tubuhnya yang betul-betul kebal.Bakteri ini  dapat menyebabkan penyakit epidemik antara lain scarlet fever, erisipelas, pharyngitis (strep throat), impetigo, cellulitis, myositis ,streptococcal toxic shock syndrome, rheumatic fever, glomerulonephritis akut dan bermacam-macam penyakit lainnya.
            Faringitis adalah salah satu penyakit yang disebabkan karena infeksi Streptococcus pyogenes. Faringitis mempunyai karakteristik yaitu demam yang tiba-tiba, nyeri tenggorokan, nyeri telan, adenopati servikal, malaise dan mual. Faring, palatum, tonsil berwarna kemerahan dan tampak adanya pembengkakan. Eksudat yang purulen mungkin menyertai peradangan. Gambaran leukositosis dengan dominasi neutrofil akan dijumpai. Khusus untuk faringitis oleh streptococcus gejala yang menyertai biasanya berupa demam tiba-tiba yang disertai nyeri tenggorokan, tonsillitis eksudatif, adenopati servikal anterior, sakit kepala, nyeri abdomen, muntah, malaise, anoreksia, dan rash atau urtikaria. Streptococcus Hemolitik Grup A hanya dijumpai pada 15-30% dari kasus faringitis pada anak-anak dan 5-10% pada faringitis dewasa.

2.      Klasifikasi Streptococcus
            Streptococcus pyogenes ialah bakteri Gram-positif bentuk bundar yang tumbuhdalam rantai panjang dan merupakan penyebab infeksi Streptococcus Grup A. Streptococcus pyogenes menampakkan antigen grup A di dinding selnya dan beta-hemolisis saat dikultur di plat agar darah. Streptococcus pyogenes khas memproduksizona beta-hemolisis yang besar, gangguan eritrosit sempurna dan pelepasanhemoglobin, sehingga kemudian disebut Streptococcus Grup A (beta-hemolisis).Streptococcus bersifat katalase-negatif.
Kingdom   : Bakteri
Phylum      : Firmicutes
Class          : Basil
Ordo;Lactobacillales
Family;Streptococcaceae
Genus        : Streptococcus                                      
Species      : Streptococcus pyogenes



3.      Morfologi  
            Streptococcus merupakan bakteri berbentuk bulat atau bulattelur, kadang menyerupai batang, tersusun berderet sepertirantai. Panjang rantai bervariasi dan sebagian besarditentukan oleh faktor lingkungan. Rantai akan lebih panjangpada media cair dibanding pada media padat. Pada pertum buhantua atau bakteri yang mati sifat gram positifnya akan hilangdan menjadi gram negatif. Dalam bentuk rantai yang khas, kokus agak memanjang pada arah sumbu rantai. Streptokokuspatogen jika ditanam dalam perbenihan cair atau padat yangcocok sering membentuk rantai panjang yang terdiri dari 8buah kokus atau lebih.Streptokokus yang menimbulkan infeksi pada manusiaadalah positif gram, tetapivarietas tertentu yang diasingkan dari tinja manusia danjaringan binatang ada yang negatif gram. Pada perbenihanyang baru kuman ini positif gram, bila perbenihan telah  berumur beberapa hari dapat berubah menjadi negatif gram. Tidak membentuk spora, kecuali beberapa strain yang hidupnyasaprofitik. Geraknya negatif. Strain yang virulen membuatselubung yang mengandung hyaluronic acid dan M type specific protein.
4.       Sifat Biologi
            Umumnya streptococcus bersifat anaerob fakultatif. Hanya beberapa jenis yang bersifat anaerob obligatif. Pada perbenihan biasanya pertumbuhannya kurang subur jika ke dalamnya tidak ditambahkan darah atau serum. Kuman ini tumbuh baik pada pH 7,4-7,6, pada suhu optimum 370oC.
            Streptococcus pyogenes mudah tumbuh dalam semua enriched media.dalam lempeng agar yang di inkubasi 37oc setelah 18-24 jamakan membentuk koloni kecil keabu-abuan, bentuknya bulat,pinggirannya rata,pada permukaan media koloni tampak sebagai setitik cairan, streptococcus membentuk dua macam koloni yaitu mucoid dan glossy. Berdasarkan sifat hemolitiknya pada lempeng agar darah, kuman ini dibagi dalam :
·         Hemolisis tipe alfa,(streptococcus viridians) membentuk warna kehijau-hijauan dan hemolisis sebagian pada koloninya.
·         Hemolisis tipe beta, (streptococcus hemolyticus) membentuk zona bening disekeliling koloninya
·         Hemolisis tipe gamma,(streptococcus anhemolyticus) tidak memnyebabkan hemolisis.

5.      Struktur Antigen
·         Karbohidrat C
Zat ini terdapat dalam dinding sel dal oleh lancefield dipakai sebagai dasar untuk membagi streptococcus dalm group-group spesifik dari A sampai T.sifat khas dari karbohidrat C secara serologic di tunjukan oleh suatu aminosegar.
·         Protein M
 Protein ini ada hubungannya dengan vaktor virulensi kuman streptococcusgryp A, kerjanya menghambat fagositosis terutama dihasilkan oleh kumandengan koloni tipemukoid.
·         Substansi T
 Antigen ini tidak mempunyai kaitan dengan virulensi dari bakteri streptococcus. Tidak seperti protein M, substansi T mempunyai sifat tidak tahan terhadap asam dan panas.
·         Nucleoprotein
 Ekstraksi bakteri streptococcus dengan alkali lemah menghasilkan campuran protein dan substansi lain yang mempunyai spesifisitas  serologi yang kecil dan ini disebut dengan substansi P, yang kemungkinan menyusun sebagian besar sel tubuh bakteri streptococcus.
·         Bakteriofag
        Krause dan McCarty berhasil menemukan bakeriofaga yang dapat melisiskantipe 1, 6, 12, 25 dan streptococcus hemolyticus grup C huan.
·          Metabolit bakteri
·         Toksin eritogenik
Toksin ini ntahan selama jam pada suhu 60°C, tetapi dalam air mendidih akan rusak dalam waktu 1 jam. toksin ini merupakan penyebab terjadi rash pada febris scarlatina.
·         Hemolisis
In vitro streptococcus dapat menyebabkan terjadinya hemolisi pada sel darahmerah dalam berbagai taraf. Jika penghancuran sel darah merah terjadi secaralengkap dengan disertai pelepasan hemoglobin, maka disebut beta hemolisis.Jika penghancuran sel darah merah tidak menjadi secar lengkap dengandisertai pembentukan pigmen hijau, maka disebut alfa hemolisis. Gammahemolisis kadang-kadang dipakai untuk menunjukan kuman yang nonhemolitik.
·           NAdase
Enzim ini terutama dibuat oleh streptococcus grup A, C dan G.
·          Streptokinase
Enzim ini kerjanya merubah plasminogen dalam serum menjadi plasmin,yaitu suatu enzim proteolitik yang menghancurkan fibrin dan protein lainnya.
·         Streptodornase
Enzim ini kerjanya memecah DNA, terutama dibuat oleh streptococcus grupA, C dan G.
·         Hialuronidase
Enzim ini memecah asam hialuronat yang merupakan komponen penting dari bahan dasar jaringanikat. Ada beberapa jenis streptococcus grup A yangdapat menghasilkan hialuronidase dalam cairan perbenihan, jenis ini tidak membentuk selubung hialuronidase dibuat oleh streptococcus grupo B dan G.
·         Proteinase
Enzim ini diaktifkan oleh senyawa sulfhydryl pada pH 5,5 ± 6,5. Dalamsuasana dimana enzim dapat dihasilkan dengan baik, justru secara langsung mengakibatkan kerusakan pada protein streptokinase dan hialuronidase.
·         Amylase
Beberapa jenis streptococcus grup A membuat enzim ini dalam perbenihanditambahkan plasma manusia, tepung kanji glikogen dan maltose.
·          Esterase
Enzim ini juga dibuat oleh streptococcus grup A, terutama bekerja terhadapsubstrat yang berupa beta naptil asetat.
·          Koloni bentuk L
Koloni ini dapat timbul secara spontan, tetapi koloni ini dapat pula timbul jika kedalam perbenihan ditambahkan penisilin atau basitrasin.
·         Alergi
Ada beberapa penyelidikan yang hasilnya dipakai sebagai dugaan bahwa alergi terhadap kuman streptococcus ataupun produknya, mempunyai peranan penting dalam demam rheuma glomerulonefritis.
6.      Sumber Penularan
            Sumber-sumber penularan melalui makanan termasuk susu, es krim, telur, lobster tim, daging babi yang dihaluskan, salad kentang, salad telur, custard (saus dari campuran gula, telur dan susu), puding nasi, dan salad udang. Dalam hampir semua kasus, makanan dibiarkan pada suhu ruang selama beberapa jam sebelum dikonsumsi. Masuknya bakteri ke dalam makanan dapat terjadi karena penanganan yang kurang higienis, pengolahan makanan oleh personil yang sedang sakit, atau penggunaan susu yang tidak dipasteurisasi.
7.      Patogenitas
            Infeksi streptococcus timbulnya dapat dipengaruhi oleh bermacam-macam factor, antara lain sifat biologic kuman, cara host memberikan respons dan port d’entrekuman. Penyakit yng ditimbulkan oleh kuman streptococcus dapat dibagi dalam beberapa katagori, sebagai berikut :
·         Penyakit yang terjadi karena infasi streptococcus beta hemolyticus grup A
Ø    Erysipelas
Ø    Pepsis puerpuralis
Ø    Sepsis
·         Penyakit yang terjadi karena infeksi local streptococcus beta hemolitikus grupA
Ø    Radang tenggorokan
Ø    Impentigo
·         Endokartitis bakterialis
Ø  Endokartitis bakterialis akuta
Ø  Endokartitis bakterialis subakuta
·         Infeksi Lainnya
      Berbagai macam streptococcus terutama enterococcus, merupakan penyebabainfeksi traktus urinalius. Streptococcus anaerop, normal dapat ditemukandalam traktus genitalis wanita, dalam mulut dan dalam intestinum. Kuman inidapat menimbulkan lesi supuratif. Infeksi yang demikian dapat terjadi dalamluka, endometritis postpartum, sehabis terjadi rupture dari suatu viscusabdominalis, atau pada peradangan paru-paru yang kronis.

·         Penyakit paska infeksi streptococcus beta hemoliticus grup A
Ø  Glomerulusnefritis akut
Ø  Jantung rheuma

8.      Epidemiologi
            Sejumlah kuman streptococcus mis, streptococcus viridians dan enterococcus,merupakan sebagian dari flora normal pada tubuh manusia.Kuman-kuman ini hanyaakan menimbulkan penyakit jika terdapat diluar tempat-tempat di mana mereka biasanya berada, misalnya pada katup jantung.Untuk mencegah kemungkinan terjadinya hal itu, terutama pada waktu melakukan tindakan-tindakan opratif pada traktus urinarius dimana sering menyebabkanterjadinya bakteremia temporer,pemberian obat-obatan antibiotika sangat diperlukanuntuk mencegah atau unutk pengobatan dini terhadap infeksi streptococcus betahemolytikus grup A pada pemderita yang diketahui mempunyai kelainan katup jantung.Sumber infeksi kuman streptococcus dapat berasal dari penderita atau carrier.Penularannya terjadi secara droplet dari traktus respiratorius atau dari kulit.
Cara control terpenting adalah :
·         Pada penderita dengan infeksi streptococcus grup A pada traktus respiratoriusataupun kulit harus diberikan antibiotic secara intensif.
·         Pada penderita yang pernah mendapat serangan demam rheuma harusdiberikan antibiotikadalam dosis profilaksis.
·         Untuk mencegah penyebaran streptococcus dapat dilakukan dengan caramencegah pengotoran oleh debu, ventilasi yang baik, ringan udara, sinar ultraviolet, dan pemakaian aerosol.

9.      Penyakit Yang Ditimbulkan
            Faringitis adalah salah satu penyakit yang disebabkan karena infeksi Streptococcus pyogenes. Faringitis mempunyai karakteristik yaitu demam yang tiba-tiba, nyeri tenggorokan, nyeri telan, adenopati servikal, malaise dan mual. Faring, palatum, tonsil berwarna kemerahan dan tampak adanya pembengkakan. Eksudat yang purulen mungkin menyertai peradangan. Gambaran leukositosis dengan dominasi neutrofil akan dijumpai. Khusus untuk faringitis oleh streptococcus gejala yang menyertai biasanya berupa demam tiba-tiba yang disertai nyeri tenggorokan, tonsillitis eksudatif, adenopati servikal anterior, sakit kepala, nyeri abdomen, muntah, malaise, anoreksia, dan rash atau urtikaria. Streptococcus Hemolitik Grup A hanya dijumpai pada 15-30% dari kasus faringitis pada anak-anak dan 5-10% pada faringitis dewasa.
10.  Diagnosa Laboratorium
·         Bahan pemeriksaan
Bahan untuk pemeriksaan dapat diperoleh dengan cara Swabbing dari hidung atau tengggorokan atau langsung dari darah , pus , sputum , liquor cerebro spinalis, exudat, dan urine. Jika pada faringitis bahan pemeriksaan dapat diperoleh dari swab tenggorok.
·         Pemeriksaan langsung
Pemeriksaan langsung dari sputum atau swab tenggorok seringkali hanya menemukan coccus tunggal atau berpasangan, jarang ditemukan dalam bentuk rantai.
·         Pembiakan
Bahan pemeriksaan ditanam  pada lempeng agar darah; jika diduga bakterinya bersifat anaerob juga ditanam dalam perbenihan tioglikolat. Pada lempeng agar darah Streptococcus hemolyticus grup A akan tumbuh dalam beberapa jam atau hari. Didalam perbenihan dari bahan darah, bakteri Streptococcus viridans dan Enterococcus tumbuhnya dapat sangat lambat. Kadar CO2 10% dapat mempercepat terjadinya hemolysis. Cakram Basitrasin yang mengandung 0,2 unit menghambat pertumbuhan Streptococcus grup A.

11.  Pengobatan
            Antibiotik telah mengubah prognosis semua macam infeksi stertococcus secara radikal. Pengobatan yang dini dan teratur dengan antibiotika pada umumnyamemberikan penyembuhan. Streptococcus beta hemolyticus grup A yang anaerop jauh lebih resisten terhadap penisilin dari pada aerop. Streptococcus umumnyarentan terhadap tetrasiklin dan kloramfenikol.
B.   Streptococcus pneumonia ( pneumococcus )

1.      Klasifikasi
Kingdom
          :Bakteri
Filum
               :Frimicutes
Kelas
               :Cocci
Ordo
                :Lactobacillales
Famili
              :Streptococcaceae
Genus
              :Streptococcus
Spesies
                        :Streptococcus pneumonia
            Streptococcus pneumoniae adalah diplococcus gram positif, sering berbentuk lancet atau berbentuk rantai, memiliki kapsul polisakarida yang memudahkan untuk pengelompokan antisera spesifik. Streptococcus pneumoniae mudah dilisis dengan agen aktif pada permukaan misalkan garam empedu. Agen aktif permukaan umumnya menghambat atau tidak mengaktifkan penghalang autolysin dinding sel. Streptococcus pneumoniae merupakan penghuni normal dari saluran pernapasan bagian atas manusia sekitar 5-40% dan dapat menyebabkan pneumonia, sinusitis, otitis, bronchitis, meningitis, dan proses infeksi lainnya.
2.       Morfologi
·         Ciri  Organisme
        Secara mikroskopik nampak sebagai kokus berbentuk lanset, biasanya berpasangan dan berselubung. pneumococcus tipe III berbentuk bulat, baik yang berasal dari eksudat maupun dari perbenihan. Rantai panjang terdapat bila ditanam dalam perbenihan yang hanya sedikit mengandung magnesium. Kman ini positif gram dan pada perbenihan tua dapat nampak sebagai gram negatif, tidak bergerak (tidak berflagel). Selubung terutama dibuat oleh jenis yang virulen.
·         Kultur
      Streptococcus pneumoniae membentuk koloni bundar kecil, pertama berbentuk kubah dan kemudian berkembang berbentuk pusat plateau dengan tepi yang mengalami peninggian. Streptococcus Pneumoniae merupakan hemolitik α pada agar darah. Pertumbuhannya ditingkatkan oleh 5-10% CO2.
3.      Sifat Biologi
            Kebanyakan energi didapat dari fermentasi glukosa, disertai oleh produksi asam laktat secara cepat, yang menghambat pertumbuhan. Netralisasi kultur broth dengan alkali dalam selang waktu tertentu akan terjadi pertumbuhan besar.
4.      Struktur Antigen
·         Struktur  Komponen
               Polisakarida kapsuler secara imunologi dibedakan menjadi 84 tipe. Polisakarida merupakan suatu antigen yang mendapatkan respon sel B. Bagian somatik pneumococcus mengandung protein M dimana karakteristik untuk masing-masing tipe dan kelompok karbohidrat spesifik bersifat umum bagi semua pneumococci. Karbohidrat dapat dipresipitasi oleh protein reaktif C, yakni substansi yang didapat dalam serum pasien-pasien tertentu.
·         Reaksi  Quellung
             Ketika pneumococcus dari tipe tertentu dicampur dengan serum antipolisakarida dari tipe sama atau dengan antiserum polivalen diatas slide mikroskop, kapsul dapat berkembang secara nyata. Reaksi ini bermanfaat untuk identifikasi cepat dan penentuan tipe organisme baik dalam sputum dan dalam kultur. Antiserum polivalen yang berisi antibodi hingga 84 tipe merupakan reagent yang baik untuk determinasi pneumococcus pada sputum segar pada pemeriksaan mikroskopis.
5.      Patogenitas
a.       Produksi Penyakit
      
         Streptococcus Pneumoniae menyebabkan penyakit melalui kemampuannya untuk berkembang biak didalam jaringan. Mereka tidak menghasilkan toksin. Virulensi dari organisme merupakan fungsi kapsulnya, yang dapat mencegah atau menunda pencernaan oleh fagosit. Serum yang mengandung antibodi terhadap polisakarida tipe spesifik dapat melindungi dari infeksi. Jika serum tersebut diserap oleh polisakarida tipe tertetu, maka serum tersebut akan kehilangan daya proteksinya. Hewan atau manusia yang diimunisasi dengan tipe pneumococcus tersebut dan memiliki antibodi presipitasi dan antibodi opsonisasi untuk tipe polisakarida tersebut.
b.      Resistensi  Alamiah
      
            40-70% dari manusia kadang-kadang merupakan carrier pneumococcus yang virulen, maka mukosa pernapasan normal harus memiliki daya tahan alamiah bagi pneumococcus. Diantara faktor-faktor yang mungkin menyebabkan rendahnya resistensi dan berpengaruh pada infeksi pneumococcal adalah sebagai berikut :
o   Ketidak normalan saluran pernapasan
 Virus dan infeksi-infeksi lain yang merusak sel permukaan : akumulasi abnormal mucus (alergi) yang melindungi pneumococcus dari fagositos, obstruksi bronchus (missal atelectasis) dan kerusakan saluran pernapasan disebabkan oleh bahan iritan yang mengganggu fungsi mucocilary.
o   Mekanisme    Lain
Kekurangan gizi, kelemahan umum, anemia sickle cell, hiposplenisme, nefrosis atau difisiensi bahan tambahan.
6.      Epidemiologi\
            Pneumonia oleh pneumococcus berjumlah sekitar 60% dari semua pneumonia bakterial. Ini merupakan penyakit endemik dengan angka kejadian tinggi pada carrier (pembawa penyakit). Pada perkembangan penyakit, faktor-faktor yang mempengaruhi lebih penting daipada pemaparan terhadap agen yang terinfeksi, dan carrier yang sehat jauh lebih sering mendistribusikan pneumococcus daripada pasien yang sakit. Sangat mungkin melakukan imunisasi terhadap individu dengan polisakarida tipe spesifik. Vaksin dapat memberikan 90% perlindungan terhadap bakterimia pneumonia. Diantara para pekeja tambang emas di Afrika Selatan, vaksin-vaksin yang memuat 14 tipe pneumococcus menguntungkan pasien yang memiliki penyakit sickle cell atau setelah splenectomi Pada tahun 1983, perluasan vaksin polisakarida yang memuat 23 tipe dilisensikan di Amerika Serikat. Vaksin-vaksin demikian sesuai bagi anak-anak dan bagi orang tua, orang yang lemah atau individu yang daya tahan tubuhnya rendah. Vaksin pneumococcus akan berkurang imunigenitasnya pada anak dibawah usia 2 tahun dan pada pasien yang menderita lymphoma, untuk pasien yang beresiko tinggi, pemberian propilaksis penisilin harus disertai dengan vaksinasi. Bahkan, diharapkan dapat mencegah faktor predisposisi, membuat diagnosis secara tepat, dan memulai kemoterafi dengan benar. Dewasa ini, banyak kematian yang disebabkan pneumonia oleh pneumococcus terjadi pada orang berusia diatas 50 tahun, orang dengan kekebalan alamiah yang terganggu, misalkan mereka dengan penyakit sickle cell atau asplenia dan mereka dengan bakteremia.
7.      Penyakit yang di timbulkan
            Pneumonia adalah penyakit peradangan pada parenkim paru. Pneumonia adalah penyebab kematian keenam di Amerika Serikat. Organisme penyebab termasuk bakteri, virus, fungus dan protozoa. Agen mikroba yang menyebabkan pneumonia memilki dua cara transmisi yang utama yaitu aspirasi organisme patogenik yang telah berkolonisasi pada osofaring dan inhalasi aerosol infeksius.Yang lebih jarang, bakteri dapat mencapai parenkim paru melalui aliran darah dari bagian ekstrapulmonal atau dari penggunaan obat intravena.Pneumonia digolongkan berdasarkan patologi, mikrobiologi, dan klinis.Klasifikasi mikrobiologis pneumonia didasarkan organisme penyebab yang diidentifikasi dengan mikrobiologi. Agen penyebab pneumonia bakteri dibagi menjadi organisme gram positif atau gram negative. Streptococcus pneumonia merupakan satu organisme gram positif merupakan penyebab pneumonia bakteri paling sering.
Pengobatan pneumonia yaitu dengan pemberian obat-obat antibiotik seperti penisilin. Pencegahan terhadap penyakit yang paling efektif yaitu melalui pemberian vaksin.
8.      Pengobatan
            Karena pneumococcus bersifat sensitif terhadap antimikroba, perawatan awal biasanya berlangsung pada proses pemulihan yang cepat dan respon antibodi agaknya kurang berperan. Penisilin G merupakan obat pilihan. Tapi di Amerika Serikat 5-10% pneumococcus resisten terhadap penisilin dan kira-kira 20% agak resisten (MIC 0,1-1µg/ml). penisilin G dosis tinggi dengan MICs sebesar 0,1-2µg/mL ternyata efektif untuk menangani pneumonia yang disebabkan oleh pneumococcus tetapi tidak efektif menangani meningitis yang disebabkan oleh strain yang sama. Beberapa strain yang resisten penisilin ternyata juga resisten terhadap cefrizoxime, juga resisten terhadap tetrasiklin dan eritromisin. Pneumococcus peka terhadap vankomisin.

BAB III
METODE KERJA
A.    Alat Dan Bahan
1.      Alat
*   Ose / nal
*   Bunsen / Hotplate
*   Inkubator
*   Rak Tabung
*   Cawan Petri
*   Autoclave
*   pH meter
*   Tabung Reaksi sedang, dan kecil
*   Kapas
*   Pipet Tetes
*   Gelas Ukur
*   Erlenmeyer
*   Gelas Kimia
*   Batang Pengaduk
*   Sendok Tanduk
2.      Bahan
*   Media EMB Agar
*   Media Endo Agar
*   Media Mc Conkey
*   Laktosa                                                      
*   Sukrosa
*   Glukosa
*   Maltosa
*   Simon Citrat
*   MR-VP
*   SIM
*   TSIA
3.      Regensia
*   Larutan Covas
*   Larutan Metyl Red
*   KOH 40%
*   Larutan a-naftol

B.     Cara Isolasi dan Identifikasi
1.      Hari I
*   Siapkan alat dan bahan yang di gunakan
*   Setelah ose di sterilkan ambillah biakan bakteri
*   Kemudian masukkan ke dalam media BHIB
Di lakukan pewarnaan gram
*   Buat sediaan pada objek gelas, keringkan, kemudian rekatkan (fiksasi) 3x di atas api Bunsen.
*   Tuangi dengan larutan karbol-gentian-violet (sesudah sediaan dingin), biarkan selama 2- 3 menit.
*   Cuci dengan air mengalir
*   Zat warna dibuang dan bubuhi dengan larutan mordant (lugol), diamkan selama kira-kira 1-2 menit.
*   Lugol dibuang dan preparat dicelupkan ke dalam alkohol 96%, sampai warna gentian violet lepas (sampai gentian violet tidak ada luntur lagi).tunggu 20 – 40 detik
*   Cuci dengan air kran sampai bersih, kemudian bubuhi dengan cat-penutup (counter stain) larutan water-fuchsin, biarkan kira-kira 1-2 menit.
*   Cuci dengan air kran, keringkan dalam temperatur kamar, lihat dengan mikroskop
*   Kemudian masukkan ke dalam ingkubator pada media BHIB dan  
*   ingkubasi selama 24 Jam dengan suhu 37 °c

2.      Hari II
*  Biakan yang tumbuh pada media BHIB di wranai dengan padapengecetan gram.
*  Selain itu biakan juga di tanami pada media BAP,Mac concey.EMBA.dan endo agar.
*  Media yang telah di tanami kemudian di inkubasi pada suhu 37°C seiama 24 jam didalam incubator.
3.      Hari III
PEWARNAAN GRAM
*   Buat sediaan pada objek gelas, keringkan, kemudian rekatkan (fiksasi) 3x di atas api Bunsen.
*   Tuangi dengan larutan karbol-gentian-violet (sesudah sediaan dingin), biarkan selama 2- 3 menit.
*   Cuci dengan air mengalir
*   Zat warna dibuang dan bubuhi dengan larutan mordant (lugol), diamkan selama kira-kira 1-2 menit.
*   Lugol dibuang dan preparat dicelupkan ke dalam alkohol 96%, sampai warna gentian violet lepas (sampai gentian violet tidak ada luntur lagi).tunggu 20 – 40 detik
*   Cuci dengan air kran sampai bersih, kemudian bubuhi dengan cat-penutup (counter stain) larutan water-fuchsin, biarkan kira-kira 1-2 menit.
*   Cuci dengan air kran, keringkan dalam temperatur kamar, lihat dengan mikroskop

*   Media TSIA
Setelah nall di stelirkan ambil bakteri pada media ( emba ) dan tusukkan nall pada media TSIA setelah di tusuk goreskan pada permukaan media dari babwah ke atas fiksasi pada mulut tabung dan tutup dengan kapas steril dan ingkubasi selama 24 Jam dengan suhu 37 °c
4.      Hari IV
*  Dilakukan pembacaan pada media SCA,SIM,MrVP,dan gula-gula.
*  Hasit pembacaan di catat kemudian dicocokkan dengan table identifikasi bakteri.

C.    Tes Uji biokimia
1)   Buatlah suspensi bakteri dari coloni bakteri yang sebelumnya telah di tanam pada media EMBA yang di ambil adalah coloni yang menunjukkan ciri koloni bakteri proteus
2)   Ambil satu mata nal suspensi bakteri dan tanam pada tiap media dengan cara:

Ø Media SCA
*   Goreskan perlahan secara zig-zag mata nal (yang sudah suspensinya) dari bagian dalam permukaan media miring sampai keluar
*   Sterilkan pada mulut tabung dan tutup dengan menggunakan kapas steril
*   Pada media SCA, tidak perlu di tusuk dengan nal
*   Ingkubasi selama 24 jam dengan suhu 37°c

Ø Media SIM
*   Tusukkan nal yang sudah suspensi bakterinya ke tengah-tengah media agar, jangan sampai menyentuh permukaan tabling/ mendekati.
*   Tutup dengan kapas steril yang sebelumnya sudah di fiksasi pada mulut media
*   Ingkubasi selama 24 jam dengan suhu 37°c

Ø Media MR-VP dan gula-gula ( laktosa, maltosa , glukosa , sukrosa , manitol )
*   Ambil satu ose suspensi bakteri, masukkan dalam media cair, aduk-aduk agar suspensi bakteri dan agarnya tercampur yang di dalamnya ada tabung durham.
*   Tutup kembali dengan kapas steril
*   Ingkubasi selama 24 jam dengan suhu 37°c

Ø Media Urea
*   Goreskan perlahan secara zig-zag mata nal (yang sudah suspensinya) dari bagian dalam permukaan media miring sampai keluar
*   Sterilkan pada mulut tabung dan tutup dengan menggunakan kapas steril
*   Pada media Urea, tidak perlu di tusuk dengan nal
*   Ingkubasi selama 24 jam dengan suhu 37°c


D.   
Inkubasi 370C selama 24 jam
Pemusnahan

Pembacaan hasil

Kerangka bakteri
BHIB

Inkubasi 370C selama 24 jam
Pewarnaan gram

sampel
Inkubasi 370C selama 24
·      Glukosa
·      Laktosa
·      Maltose
·      Sukrosa
·      Manitol
·      SIM
·      MR-VP
·      SCA
·      Urea

Pewarnaan gram

EMBA
NA
MSA
BAP
TSIA
Inkubasi 370C selama 24 jam

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.    Hasil
a.       Media penyubur
a)    BHIB
  







b)    Nutrient Agar Plate


b.      Pewarnaan gram
Bentuk :coccus
Susunan: Staphylococcus
Warna : ungu
Sifat : (+) positif


Hasil pewarnaan gram adalah Bakteri gram negatif (+) yaitu streptococcus gram positif (+).


c.      
Isolasi

Hasil penanaman pada media Blood Agar Plate (BAP)
Ciri-ciri koloni: Koloni kecil-kecil, putih abu-abu, bulat, jernih, smooth, sedikit cembung, haemolytis (ada zone jernih disekitar koloninya).

d.      Uji Identifikasi
Biokimia
Koloni dari BAP
TSIA
Lereng : Kuning
Dasar : Kuning
H2S : Negatif
Gas :Negatif

11111Maltosa
Glukosa

Fruktosa
Sukrosa
Semua Positif (+)
Terdapat GAS pada tabung durham
Terjadi perubahan warna dari kuning menjadi kuning keruh



Sca




Negatif ( -)
Tidak terjadi perubahan warna dari warna hijau tetap warna hijau


Sim

H2S           : (-) tdk terdapat  endpan hitam
INDOL      : (+) terdapat cincin berwarna merah
MOTILITY: (+) terdapat pergerakan bakteri

MR + Methyl red




positif ( +)
terdapat cincin berwarna merah pada permukaan bakteri





VP + KOH 40% + alpha naphtol

Sitrate
negatif ( -)
tidak terjadi perubahan warna pada media




Urea
Negatif (-)
Oleh karna bakteri tidak mampu mengubah enzim urea menjadi ammonia dan O2




B.     Pembahasan
Ø  Media Pertumbuhan
            Media adalah suatu bahan atau susunan bahan yang terdiri dari nutrisi atau zat-zat makanan yang digunakan untuk menumbuhkan mikroba (bakteri). Media pertumbuhan atau pembiakan diperlukan untuk mempelajari sifat bakteri untuk dapat mengadakan identifikasi, determinasi, atau diferensiasi jenis-jenis yang ditemukan.
            Media pembiakan yang digunakan untuk mengembangbiakkan bakteri di laboratorium dapat dibedakan menjadi tiga yaitu; medium pembiakan dasar, medium pembiakan penyubur, medium pembiakan selektif, dan cara mendapatkan biakan murni.
1.      Media Pembiakan Dasar
            Media pembiakan dasar adalah media pembiakan sederhana yang mengandung zat-zat yang umum diperlukan oleh sebagian besar mikroorganisme, dan dipakai juga sebagai komponen dasar untuk membuat medium pembiakan lain.
2.      Media Pembiakan Penyubur
            Media ini dibuat dari media pebiakan dasar dengan penambahan zat-zat lain untuk mempersubur pertumbuhan bakteri tertentu, yang pada media pembiakan dasar tidak dapat tumbuh dengan baik. Untuk keperluan ini ke dalam media pembiakan dasar sering ditambahkan darah, serum, cairan tubuh, ekstrak hati, otak, dan sebagainya.
3.      Media Pembiakan Selektif
            Media pembiakan selektif digunakan untuk menyeleksi bakteri yang diperlukan dari campuran dengan bakteri-bakteri lain yang terdapat dalam bahan pemeriksaan. Dengan penambahan zat-zat tertentu bakteri yang dicari dapat dipisahkan dengan mudah. Media pembiakan ini berdasrkan pada sifat kerjanya, dapat dibedakan dalam:
Medium pembiakan selektif dalam pemakaiannya diberi bermacam-macam bentuk yang sesuai dengan tujuannya, yaitu sebagai berikut:
a)    Bentuk media cair; Pada media cair, bahan-bahan gizi dilarutkan dalam air sehingga pertumbuhan bakteri ditandai dengan perubahan warna media menjadi keruh, semakin banyak bakteri tumbuh akan semakin keruh larutan.
b)    Bentuk media padat; Media padat dibuat dengan penambahan bahan pengeras (agar-agar atau gelatin) pada campuran bahan gizi dan air. Biasanya digunakan agarosa yang memiliki sifat cair pada suhu ≥ 95C tetapi berbentuk padat pada suhu dibawah 50C. Dengan kondisi inkubasi yang sesuai bakteri dapat tumbuh dan berkembang dalam jumlah yang banyak sehingga dapat dilihat tanpa menggunakan mikroskop (koloni). Pertumbuhan bakteri membentuk kelompok yang terdiri dari satu jenis bakteri yang disebut koloni, dengan kata lain dalam satu koloni adalah bakteri yang sama genus dan spesiesnya memiliki karakteristik gen dan fenotip yang sama. Pembiakan bakteri yang terdiri dari satu macam koloni yang seragam disebut dengan pembiakan murni.
Berikut bentuk-bentuk media padat:
·         Bentuk lempeng, dibekukan dalam pinggan petri.
·         Bentuk miring, dibekukan dalam keadaan miring dalam tabung.
·         Bentuk tegak, dibekukan dalam keadaan tegak dalam tabung. Bila konsentrasi agarnya dikurangi menjadi ½-¼ % menjadi medium setengah padat yang digunakan untuk pemeriksaan gerak bakteri.
4.      Cara Mendapatkan Biakan Murni
            Untuk menegakkan diagnosis bakteriologis sebaiknya biakan bakteri berada dalam keadaan murni atau tidak tercampur dengan bakteri-bakteri lain. Biakan murni diperlukan untuk mempelajari cirri-ciri koloni, sifat-sifat biokimia, morfologi, reaksi pengecatan, reaksi imunologi, dan kerentanan bakteri terhadap zat antibakteri.

Ø  Isolasi Bakteri
            Di alam populasi mikroba tidak terpisah sendiri menurut jenisnya, tetapi terdiri dari campuran berbagai macam sel. Oleh karena itu, dalam mempelajarinya, bakteri harus diambil dari alam lalu diisolasikan dalam suatu biakan murni. Di dalam laboratorium populasi bakteri ini dapat diisolasi menjadi kultur murni yang terdiri dari satu jenis yang dapat dipelajari morfologi, sifat dan kemampuan biokimiawinya. Biakan murni adalah biakan yang hanya berisi 1 jenis bakteri.
            Ada berbagai cara untuk mengisolasi bakteri dalam biakan murni yaitu, cara pengenceran, cara penuangan, cara penggesekan atau penggoresan, cara penyebaran, cara pengucilan 1 sel, dan cara inokulasi pada hewan. Masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan.
*      Cara Penggoresan
      Cara penggoresan bertujuan bertujuan untuk mengisolasi mikroorganisme dari campurannya atau meremajakan kultur ke dalam medium baru. Isolasi bakteri dengan cara ini terbagi menjadi tiga yaitu goresan sinambung, goresan T, goresan kuadran (streak quadrant).
Tapi yang digunakan yaitu goresan T dengan cara:
-     Bagi cawan menjadi 3 bagian menggunakan spidol marker.
-       Ambil 1 ose suspensi bahan  yang mengandung bakteri atau campuran bakteri secara aseptik.
-       Inokulasi daerah 1 dengan streak zig-zag
-       Panaskan ose dan tunggu dingin, kemudian lanjutkan streak zig-zag pada daerah 2 (streak pada gambar). Cawan diputar untuk memperoleh goresan yang sempurna
-       Lakukan hal yang sama pada daerah 3.
Media isolasi yang digunakan yaitu Blood Agar Plate (BAP). Ciri-ciri koloni yang didapat pada media tersebut adalah Koloni kecil-kecil, putih abu-abu, bulat, jernih, smooth, sedikit cembung, haemolytis (ada zone jernih disekitar koloninya).

Ø  Pewarnaan Gram
            Pengecatan gram pertama kali dikemukakan oleh Christian Gram (1884). Dengan pengecatan ini film bakteri mula-mula dilapisi dengan larutan zat warna CGV dan didiamkan beberapa lama, kemudian disiram dengan larutan iodium dan dibiarkan terendam dalam waktu yang sama. Sampai tingkat pengecatan ini selesai, semua bakteri akan berwarna ungu.
            Selanjutnya, preparat didekolorisasi dengan alcohol atau campuran alcohol dan aseton sampai semua zat warna tampak luntur dari film. Setelah dicuci dengan air, preparat diberi warna kotras (counterstain) seperti safranin, karbolfucsin encer, air fuchsin, tengguli Bismack, atau pironin B.
            Diantara bermacam-macam bakteri yang dicat, ada yang dapat menahan zat warna ungu (CGV) dalam tubuhnya meskipun telah didekolorisasi dengan alcohol atau aseton. Dengan demikian tubuh bakteri itu tetap berwarna ungu meskipun disertai dengan pengecatan oleh zat warna kontras, warna ungu itu tetap dipertahankan. Bakteri yang member reaksi semacam ini disebut bakteri Gram Positif. Sebaliknya, bakteri yang memberi tidak dapat menahan zat warna setelah dekolorisasi dengan alcohol akan kembali menjadi tidak berwarna  dan bila diberikan pengecatan dengan zat warna kontras, akan berwarana sesuai dengan zat warna kontras (air Fuchsin berwarna merah). Bakteri yang memperlihatkan reaksi semacam ini dinamakan bakteri Gram Negatif.
*      Pewarnaan :
      Pewarnaan Gram dilakukan untuk mengetahui apakah bakteri bersifat  Gram positif atau Gram negatif. Hasil dari pewarnaan Gram yang telah dilakukan terlihat bahwa bakteri berwarna biru. Hal ini menandakan bahwa bakteri tersebut bersifat Gram positif. Pada pewarnaan  Gram bakteri terlihat berbentuk streptococcus gram positif dan berwarna biru.
      Bakteri Gram positif akan berwarna biru, hal ini dikarenakan oleh bakteri mempunyai lapisan dinding sel yang kaku dengan lapisan peptidoglikanyang terdiri dari 30 lapisan. Permeabilitas dinding sel bakteri gram positif yang rendah mengakibatkan kompleks ungu Kristal-yodium (UKY) tidak dapat keluar setelah pencucian dengan alkohol. Kandungan lipid Gram positif yang rendah, maka dinding selnya akan terhidrasi akibat pemberian alkohol, sehingga pori-pori mengecil, permeabilitas berkurang dan komplek UK-Y tidak dapat terekstraksi, sedangkan
      Bakteri Gram negatif  akan terlihat berwarna merah, hal ini dikarnakan oleh bakteri Gram negatif mempunyai lapisan peptidoglikan yang tipis, yaitu hanya 1-2 lapisan. Oleh sebab itu, maka pori-pori pada dinding sel Gram negatif cukup besar dan karena permeabilitasnya yang tinggi memungkinkan terjadinya pelepasan komplek ungu kristal yodium. Dalam proses pewarnaan Gram, pencucian dengan alkohol akan menyebabkan terekstrasinya lipid pada bakteri Gram negatif. Hal ini menyebabkan komplek ungu kristal yodium yang telah memasuki dinding sel pada langkah awal pewarnaan dapat terekstraksi.

Ø  Identifikasi bakteri
            Proses identifikasi bakteri dapat perupa pengecatan, penanaman pada media plate, dan uji bio kimia. Salah satu tujuan pengecatan bakteri untuk mengetahui bentuk morfologi bakteri namun pada pengecatan belum bisa pastikan spesiesnya karena spesies yang berbeda bentuk morfologinya bisa sama. Penanaman pada media plate bertujuan untuk melakukan isolasi dan dari penanaman dapat diketahui bentuk koloni.
            Media diferensial adalah media yang mengandung suatu bahan yang dapat membedakan jenis bakteri satu dengan lainnya berdasarkan sifat biokimia/hasil reaksinya terhadap bahan dalam media tersebut. Media ini digunakan oleh ahli mikrobiologi untuk mengidentifikasi jenis bakteri tertentu.
*      Media Differensial dan Uji Biokimia :
1.      media TSIA
pada dasarnya di dapat hasil positif berwarna kuning di sebabkan menfermentasi sukrosa dan laktosa sehingga banyak asam yang terbentuk yang mengakibatkan timbul warna kuning pada permukaan TSIA


2.      media SCA
pada dasarnya di dapat hasil negatif ini di sebabkan oleh karna bakteri tidak mampu menghasillkan cittrate sebagai sumber carbon dan energi sehingga tidak terdapat perubahan warna sama sekali

3.      media urea
hal ini di dapat negatif yang pada dasarnya di sebabkan oleh bakteri yang tidak mampu menggunakan enzim urea  sehingga tidap dapat mengubah urea menjadi amonia dan oksigen

4.      media SIM
di mana dalam hal ini di dapat negatif pada sulfur pada saat penambahan kovac.s yaitu tidak terdapat endapan hitam
dan pada indol di dapat positif ini di karnakan bahwa terbentuk cincin berwarna merah dan pada mothyliti di dapat positif ini di karnakan bahwa terdapat pergegrakan bakteri oleh karna terdapat campuran asam pada media SIM

5.      media gula gula ( laktosa maltosa sukrosa glukosa )
di mana dalam hal ini di dapat positif di karnakan oleh terjadinya perubahan warna pada gula gula dari kuning menjadi kuning keruh ini di sebabkan oleh bakteri yang mampu menghasil gula menjadi prodak asam sehingga mampu melakukan fermentasi dan dapat terbentuk gas pada tabung durham ini di sebabkan selain mengubah gula menjadi prodak asam dapat juga menghasilka gas sebagai hasil sampingan kecuali pada media sukrosa yang tidak terjadi perubahan warna sama sekali

*      media MR
di mana hasil yang di dapat adalah positif ini di sebabkan oleh karna terdapat cincin berwarna merah yang di mana cincin merah terbentuk oleh karna terdapat campuran asam seperti asam carbonat

*      media VP
di mana hasil yang di dapat adalah negatif  ini di sebabkan oleh karna tidak terdapat perubahan warna sama sekali sehingga hasil yang di dapat negatif

BAB V
PENUTUP
A.    Kesimpulan
            Streptococcus pyogenes ialah bakteri Gram-positif bentuk bundar yang tumbuhdalam rantai panjang.dan merupakan penyebab infeksi Streptococcus Grup A.
            Dalam Mengidentifikasi dan mengisolasi bakteri baik itu Streptococcus pyogenes dengan menggunakan sampel biakan murni dalam hal ini dapat di simpulkan bahwa:
            dari hasil penanaman bakteri  Staphylococcus aureus pada media identifikasi  di dapat hasil TSIA(+), UREA(+), MR(+), SCA(+),

B.     Saran
            Sampai sekarang belum ditemukan obat yang resisten terhadap bakteri S. pneumonia, jadi kesehatan lingkungan tempat tinggal dan kebersihan diri sangatlah penting dan harus di jaga.


DAFTAR PUSTAKA
Bangkasi B, 2009. Bakteri patogen. Poltek. Makassar.

Mayes, P. A. Granner. D. K Rodwell. V. W. Martin Jr. D.W, 1987. Penyakit menular yang di sebabkan oleh mikroorganisme Edisi 20. 25. Jakarta, Alih Bahasa Darmawan.J. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Ditlabkes RI, 2005, Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Untuk Penyakit yang di sebabkan oleh mikroorganisme Depkes. Jakarta.

Hardjoeno, 2006. Interprestasi Hasil Tes Laboratorium Diagnostik. Lembaga Penerbitan UNHAS. Makassar

Colby Diane S, 1988. Ringkasan bakteriologi. Adji Dharma.Jakarta


Tidak ada komentar:

Posting Komentar