BAKTERIOLOGI
Isolasi dan Identifikasi Streptococcus
Disusun Oleh:
1.
Amal ma’ruf AKM
0713041
AKADEMI
ANALIS KESEHATAN MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2014/2015
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmat dan hidayah-Nyalah, sehingga penulisan makalah yang berjudul “ISOLASI DAN IDENTIFIKASI STREPTOCOCCUS”, dapat terselesaikan dengan baik. Dalam penyusunan
makalah ini banyak tantangan dan hambatan yang kami alami, namun berkat ketekunan dan kerja keras
serta do’a sehingga semua itu dapat terlewati.
kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata
kesempurnaan.Kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna
untuk dapat memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam makalah ini.
PENULIS
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Manusia
termasuk salah satu makhluk yang paling rentan terhadap infeksi strepto coccus dan
tidak ada alat tubuh atau jaringan dalam tubuhnya yang betul-betul
kebal. Kuman ini dapat
menyebabkan penyakit epidemic antara lain erisipelas,
radang tenggorokan, reumatik
fever dan bermacam-macam penyakit lainnya. Diplococcus
positif gram yang berbentuk lanset ini ditemukan dalam saliva manusia
oleh Sternberg dan Pasteur pada tahun 1881 ditempat yang terpisah. Meskipun kedua
orang tersebut masing-masing berhasil membuat septicemia dengan jalan menyuntikkan
kuman ini pada kelinci, namun mereka tidak menghubungkannya
dengan penyakit pneumonia, mungkin karena tidak tahu bahwa orang sehat
dapat menjadi carrier kokus virulen. Baru pada tahun 1886 diketahui bahwa
kuman ini dapat menyebabkan pneumonia lobaris oleh frunkel dan
weichselbaum ditempat yang terpisah.
Kuman ini biasa hidup normal dalam traktus respiratorius bagian
atas dan dapat menyebabkan penyakit
pneumonia, sinusitis, otitis, meningitis, dan proses infeksilainnya.
B.
Tujuan
Agar
mahasiswa dapat mengetahui morfologi, sifat pertumbuhan, daya tahan kuman,struktur
antigen dan pathogenesis serta gambaran klinik dari baktei streptococcus ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Streptococcus pyogenes
1.
Tinjauan umum
Streptococcus pyogenes adalah
bakteri yang selnya berbentuk bulat, bersifat gram positif, tidak berspora, dan
bersifat anaerob fakultatif, tersusun berderet seperti rantai, panjang rantai
bervariasi dimana akan lebih panjang pada media cair dibanding pada media padat dan sebagian besar ditentukan oleh factor
lingkungan. Bakteri ini tidak membentuk spora, kecuali beberapa strain yang
hidupnya saprofitik. Pada pertumbuhan tua
sifat gram positifnya akan hilang dan menjadi gram negative karena
nutrisi yang ada pada sel bakteri telah berkurang sehingga lapisan
peptidoglikan pada dinding sel bakteri menipis.
Infeksi Streptococcus pyogenes dapat dipengaruhi
oleh bermacam-macam factor, antara lain sifat biologis bakteri dan cara host
memberikan respon.Manusia termasuk salah satu mahluk yang paling rentan
terhadap infeksi Streptococcus pyogenes dan tidak ada alat tubuh atau jaringan
dalam tubuhnya yang betul-betul kebal.Bakteri ini dapat menyebabkan penyakit epidemik antara
lain scarlet fever, erisipelas, pharyngitis
(strep throat), impetigo, cellulitis, myositis
,streptococcal toxic shock syndrome,
rheumatic fever, glomerulonephritis akut dan
bermacam-macam penyakit lainnya.
Faringitis
adalah salah satu penyakit yang disebabkan karena infeksi Streptococcus pyogenes. Faringitis mempunyai karakteristik yaitu
demam yang tiba-tiba, nyeri tenggorokan, nyeri telan, adenopati servikal,
malaise dan mual. Faring, palatum, tonsil berwarna kemerahan dan tampak adanya
pembengkakan. Eksudat yang purulen mungkin menyertai peradangan. Gambaran leukositosis
dengan dominasi neutrofil akan dijumpai. Khusus untuk faringitis oleh
streptococcus gejala yang menyertai biasanya berupa demam tiba-tiba yang
disertai nyeri tenggorokan, tonsillitis eksudatif, adenopati servikal anterior,
sakit kepala, nyeri abdomen, muntah, malaise, anoreksia, dan rash atau
urtikaria. Streptococcus Hemolitik Grup A hanya dijumpai pada 15-30% dari kasus
faringitis pada anak-anak dan 5-10% pada faringitis dewasa.
2.
Klasifikasi Streptococcus
Streptococcus pyogenes ialah bakteri
Gram-positif bentuk bundar yang tumbuhdalam rantai panjang dan merupakan
penyebab infeksi Streptococcus Grup A. Streptococcus pyogenes menampakkan
antigen grup A di dinding selnya dan beta-hemolisis saat dikultur di plat agar
darah. Streptococcus pyogenes khas memproduksizona beta-hemolisis yang besar,
gangguan eritrosit sempurna dan pelepasanhemoglobin, sehingga kemudian disebut
Streptococcus Grup A (beta-hemolisis).Streptococcus bersifat katalase-negatif.
Kingdom : Bakteri
Phylum : Firmicutes
Class : Basil
Ordo;Lactobacillales
Family;Streptococcaceae
Genus :
Streptococcus
Species : Streptococcus
pyogenes
3.
Morfologi
Streptococcus
merupakan bakteri berbentuk bulat atau bulattelur, kadang menyerupai batang, tersusun
berderet sepertirantai. Panjang rantai bervariasi dan sebagian besarditentukan
oleh faktor lingkungan. Rantai akan lebih panjangpada media cair dibanding pada
media padat. Pada pertum buhantua atau bakteri yang mati sifat gram positifnya
akan hilangdan menjadi gram negatif. Dalam bentuk rantai yang khas, kokus agak memanjang pada arah sumbu rantai.
Streptokokuspatogen jika ditanam dalam perbenihan cair atau padat yangcocok
sering membentuk rantai panjang yang terdiri dari 8buah kokus atau lebih.Streptokokus
yang menimbulkan infeksi pada manusiaadalah positif gram, tetapivarietas
tertentu yang diasingkan dari tinja manusia danjaringan binatang ada yang
negatif gram. Pada perbenihanyang baru kuman ini positif gram, bila perbenihan
telah berumur beberapa hari dapat
berubah menjadi negatif gram. Tidak membentuk
spora, kecuali beberapa strain yang hidupnyasaprofitik. Geraknya negatif.
Strain yang virulen membuatselubung yang mengandung hyaluronic
acid dan M type specific
protein.
4.
Sifat
Biologi
Umumnya
streptococcus bersifat anaerob fakultatif. Hanya beberapa jenis yang bersifat
anaerob obligatif. Pada perbenihan biasanya pertumbuhannya kurang subur jika ke
dalamnya tidak ditambahkan darah atau serum. Kuman ini tumbuh baik pada pH
7,4-7,6, pada suhu optimum 370oC.
Streptococcus pyogenes mudah tumbuh dalam semua
enriched media.dalam lempeng agar yang di inkubasi 37oc setelah 18-24
jamakan membentuk koloni kecil keabu-abuan, bentuknya bulat,pinggirannya
rata,pada permukaan media koloni tampak sebagai setitik cairan, streptococcus
membentuk dua macam koloni yaitu mucoid dan glossy. Berdasarkan sifat
hemolitiknya pada lempeng agar darah, kuman ini dibagi dalam :
·
Hemolisis
tipe alfa,(streptococcus viridians) membentuk warna kehijau-hijauan dan
hemolisis sebagian pada koloninya.
·
Hemolisis
tipe beta, (streptococcus hemolyticus) membentuk
zona bening disekeliling koloninya
·
Hemolisis
tipe gamma,(streptococcus anhemolyticus) tidak memnyebabkan hemolisis.
5.
Struktur Antigen
·
Karbohidrat C
Zat
ini terdapat dalam dinding sel dal oleh lancefield dipakai sebagai
dasar untuk membagi streptococcus dalm group-group spesifik dari A sampai
T.sifat khas dari karbohidrat C secara serologic di tunjukan oleh suatu
aminosegar.
·
Protein M
Protein
ini ada hubungannya dengan vaktor virulensi kuman streptococcusgryp A, kerjanya
menghambat fagositosis terutama dihasilkan oleh kumandengan koloni tipemukoid.
·
Substansi T
Antigen
ini tidak mempunyai kaitan dengan virulensi dari bakteri streptococcus. Tidak
seperti protein M, substansi T mempunyai sifat tidak tahan terhadap asam dan
panas.
·
Nucleoprotein
Ekstraksi bakteri
streptococcus dengan alkali lemah menghasilkan campuran protein dan substansi
lain yang mempunyai spesifisitas
serologi yang kecil dan ini disebut dengan substansi P, yang kemungkinan
menyusun sebagian besar sel tubuh bakteri streptococcus.
·
Bakteriofag
Krause dan
McCarty berhasil menemukan bakeriofaga yang dapat melisiskantipe 1, 6, 12, 25
dan streptococcus hemolyticus grup C huan.
·
Metabolit bakteri
·
Toksin eritogenik
Toksin ini
ntahan selama jam pada suhu 60°C, tetapi dalam air mendidih akan rusak dalam
waktu 1 jam. toksin ini merupakan penyebab terjadi rash pada febris
scarlatina.
·
Hemolisis
In vitro
streptococcus dapat menyebabkan terjadinya hemolisi pada sel darahmerah dalam
berbagai taraf. Jika penghancuran sel darah merah terjadi secaralengkap dengan
disertai pelepasan hemoglobin, maka disebut beta hemolisis.Jika penghancuran
sel darah merah tidak menjadi secar lengkap dengandisertai pembentukan pigmen hijau,
maka disebut alfa hemolisis. Gammahemolisis kadang-kadang dipakai untuk
menunjukan kuman yang nonhemolitik.
·
NAdase
Enzim ini terutama dibuat oleh streptococcus grup A, C dan G.
·
Streptokinase
Enzim ini
kerjanya merubah plasminogen dalam serum menjadi plasmin,yaitu suatu enzim
proteolitik yang menghancurkan fibrin dan protein lainnya.
·
Streptodornase
Enzim ini
kerjanya memecah DNA, terutama dibuat oleh streptococcus grupA, C dan G.
·
Hialuronidase
Enzim ini
memecah asam hialuronat yang merupakan komponen penting dari bahan dasar
jaringanikat. Ada beberapa jenis streptococcus grup A yangdapat menghasilkan
hialuronidase dalam cairan perbenihan, jenis ini tidak membentuk selubung
hialuronidase dibuat oleh streptococcus grupo B dan G.
·
Proteinase
Enzim ini
diaktifkan oleh senyawa sulfhydryl pada pH 5,5
± 6,5. Dalamsuasana dimana enzim dapat dihasilkan dengan baik, justru
secara langsung mengakibatkan kerusakan pada protein streptokinase dan
hialuronidase.
·
Amylase
Beberapa
jenis streptococcus grup A membuat enzim ini dalam perbenihanditambahkan plasma
manusia, tepung kanji glikogen dan maltose.
·
Esterase
Enzim ini
juga dibuat oleh streptococcus grup A, terutama bekerja terhadapsubstrat yang
berupa beta naptil asetat.
·
Koloni bentuk L
Koloni ini
dapat timbul secara spontan, tetapi koloni ini dapat pula timbul jika
kedalam perbenihan ditambahkan penisilin atau basitrasin.
·
Alergi
Ada beberapa penyelidikan yang hasilnya dipakai sebagai dugaan bahwa alergi terhadap kuman streptococcus ataupun produknya,
mempunyai peranan penting dalam demam rheuma glomerulonefritis.
6.
Sumber
Penularan
Sumber-sumber
penularan melalui makanan termasuk susu, es krim, telur, lobster tim, daging
babi yang dihaluskan, salad kentang, salad telur, custard (saus dari campuran
gula, telur dan susu), puding nasi, dan salad udang. Dalam hampir semua kasus,
makanan dibiarkan pada suhu ruang selama beberapa jam sebelum dikonsumsi.
Masuknya bakteri ke dalam makanan dapat terjadi karena penanganan yang kurang
higienis, pengolahan makanan oleh personil yang sedang sakit, atau penggunaan
susu yang tidak dipasteurisasi.
7.
Patogenitas
Infeksi streptococcus timbulnya
dapat dipengaruhi oleh bermacam-macam factor, antara lain sifat biologic kuman,
cara host memberikan respons dan port d’entrekuman. Penyakit yng ditimbulkan
oleh kuman streptococcus dapat dibagi dalam beberapa katagori, sebagai
berikut :
·
Penyakit yang terjadi karena infasi streptococcus beta
hemolyticus grup A
Ø Erysipelas
Ø Pepsis puerpuralis
Ø Sepsis
·
Penyakit yang terjadi karena infeksi local streptococcus
beta hemolitikus grupA
Ø Radang tenggorokan
Ø Impentigo
·
Endokartitis bakterialis
Ø Endokartitis bakterialis akuta
Ø Endokartitis bakterialis subakuta
·
Infeksi Lainnya
Berbagai macam streptococcus terutama
enterococcus, merupakan penyebabainfeksi traktus urinalius. Streptococcus
anaerop, normal dapat ditemukandalam traktus genitalis wanita, dalam mulut dan
dalam intestinum. Kuman inidapat menimbulkan lesi supuratif. Infeksi yang
demikian dapat terjadi dalamluka, endometritis postpartum, sehabis terjadi
rupture dari suatu viscusabdominalis, atau pada peradangan paru-paru yang
kronis.
·
Penyakit paska infeksi streptococcus beta hemoliticus grup A
Ø Glomerulusnefritis akut
Ø Jantung rheuma
8.
Epidemiologi
Sejumlah kuman
streptococcus mis, streptococcus viridians dan enterococcus,merupakan sebagian
dari flora normal pada tubuh manusia.Kuman-kuman ini hanyaakan menimbulkan
penyakit jika terdapat diluar tempat-tempat di mana mereka biasanya
berada, misalnya pada katup jantung.Untuk mencegah kemungkinan terjadinya hal
itu, terutama pada waktu melakukan tindakan-tindakan opratif pada traktus
urinarius dimana sering menyebabkanterjadinya bakteremia temporer,pemberian
obat-obatan antibiotika sangat diperlukanuntuk mencegah atau unutk pengobatan
dini terhadap infeksi streptococcus betahemolytikus grup A pada pemderita yang
diketahui mempunyai kelainan katup jantung.Sumber infeksi kuman
streptococcus dapat berasal dari penderita atau carrier.Penularannya terjadi
secara droplet dari traktus respiratorius atau dari kulit.
Cara control terpenting adalah :
·
Pada penderita dengan infeksi streptococcus grup A pada
traktus respiratoriusataupun kulit harus diberikan antibiotic secara intensif.
·
Pada penderita yang pernah mendapat serangan demam rheuma
harusdiberikan antibiotikadalam dosis profilaksis.
·
Untuk mencegah penyebaran streptococcus dapat dilakukan
dengan caramencegah pengotoran oleh debu, ventilasi yang baik, ringan udara,
sinar ultraviolet, dan pemakaian aerosol.
9.
Penyakit
Yang Ditimbulkan
Faringitis
adalah salah satu penyakit yang disebabkan karena infeksi Streptococcus pyogenes. Faringitis mempunyai karakteristik yaitu
demam yang tiba-tiba, nyeri tenggorokan, nyeri telan, adenopati servikal,
malaise dan mual. Faring, palatum, tonsil berwarna kemerahan dan tampak adanya
pembengkakan. Eksudat yang purulen mungkin menyertai peradangan. Gambaran
leukositosis dengan dominasi neutrofil akan dijumpai. Khusus untuk faringitis
oleh streptococcus gejala yang menyertai biasanya berupa demam tiba-tiba yang
disertai nyeri tenggorokan, tonsillitis eksudatif, adenopati servikal anterior,
sakit kepala, nyeri abdomen, muntah, malaise, anoreksia, dan rash atau
urtikaria. Streptococcus
Hemolitik Grup A hanya dijumpai pada 15-30% dari kasus faringitis pada anak-anak
dan 5-10% pada faringitis dewasa.
10.
Diagnosa Laboratorium
·
Bahan pemeriksaan
Bahan
untuk pemeriksaan dapat diperoleh dengan cara Swabbing dari hidung atau
tengggorokan atau langsung dari darah , pus , sputum , liquor cerebro spinalis,
exudat, dan urine. Jika pada faringitis bahan pemeriksaan dapat diperoleh
dari swab tenggorok.
·
Pemeriksaan langsung
Pemeriksaan
langsung dari sputum atau swab tenggorok seringkali hanya menemukan coccus
tunggal atau berpasangan, jarang ditemukan dalam bentuk rantai.
·
Pembiakan
Bahan
pemeriksaan ditanam pada lempeng agar
darah; jika diduga bakterinya bersifat anaerob juga ditanam dalam perbenihan
tioglikolat. Pada lempeng agar darah Streptococcus hemolyticus grup A akan
tumbuh dalam beberapa jam atau hari. Didalam perbenihan dari bahan darah,
bakteri Streptococcus viridans dan Enterococcus tumbuhnya dapat sangat lambat.
Kadar CO2 10% dapat mempercepat terjadinya hemolysis. Cakram
Basitrasin yang mengandung 0,2 unit menghambat pertumbuhan Streptococcus grup
A.
11. Pengobatan
Antibiotik telah mengubah prognosis
semua macam infeksi stertococcus secara radikal. Pengobatan yang dini dan
teratur dengan antibiotika pada umumnyamemberikan penyembuhan. Streptococcus
beta hemolyticus grup A yang anaerop jauh lebih resisten terhadap
penisilin dari pada aerop. Streptococcus umumnyarentan terhadap tetrasiklin dan
kloramfenikol.
B. Streptococcus pneumonia (
pneumococcus )
1.
Klasifikasi
Kingdom :Bakteri
Filum :Frimicutes
Kelas :Cocci
Ordo :Lactobacillales
Famili :Streptococcaceae
Genus :Streptococcus
Spesies :Streptococcus pneumonia
Kingdom :Bakteri
Filum :Frimicutes
Kelas :Cocci
Ordo :Lactobacillales
Famili :Streptococcaceae
Genus :Streptococcus
Spesies :Streptococcus pneumonia
Streptococcus pneumoniae adalah diplococcus gram positif, sering berbentuk lancet
atau berbentuk rantai, memiliki kapsul polisakarida yang memudahkan untuk
pengelompokan antisera spesifik. Streptococcus pneumoniae mudah dilisis dengan agen aktif pada
permukaan misalkan garam empedu. Agen aktif permukaan umumnya menghambat atau
tidak mengaktifkan penghalang autolysin dinding sel. Streptococcus pneumoniae merupakan
penghuni normal dari saluran pernapasan bagian atas manusia sekitar 5-40% dan
dapat menyebabkan pneumonia, sinusitis, otitis, bronchitis, meningitis, dan
proses infeksi lainnya.
2. Morfologi
·
Ciri Organisme
Secara mikroskopik nampak sebagai kokus berbentuk lanset, biasanya berpasangan dan berselubung. pneumococcus tipe III berbentuk bulat, baik yang berasal dari eksudat maupun dari perbenihan. Rantai panjang terdapat bila ditanam dalam perbenihan yang hanya sedikit mengandung magnesium. Kman ini positif gram dan pada perbenihan tua dapat nampak sebagai gram negatif, tidak bergerak (tidak berflagel). Selubung terutama dibuat oleh jenis yang virulen.
Secara mikroskopik nampak sebagai kokus berbentuk lanset, biasanya berpasangan dan berselubung. pneumococcus tipe III berbentuk bulat, baik yang berasal dari eksudat maupun dari perbenihan. Rantai panjang terdapat bila ditanam dalam perbenihan yang hanya sedikit mengandung magnesium. Kman ini positif gram dan pada perbenihan tua dapat nampak sebagai gram negatif, tidak bergerak (tidak berflagel). Selubung terutama dibuat oleh jenis yang virulen.
·
Kultur
Streptococcus pneumoniae membentuk koloni bundar kecil, pertama berbentuk kubah dan kemudian berkembang berbentuk pusat plateau dengan tepi yang mengalami peninggian. Streptococcus Pneumoniae merupakan hemolitik α pada agar darah. Pertumbuhannya ditingkatkan oleh 5-10% CO2.
Streptococcus pneumoniae membentuk koloni bundar kecil, pertama berbentuk kubah dan kemudian berkembang berbentuk pusat plateau dengan tepi yang mengalami peninggian. Streptococcus Pneumoniae merupakan hemolitik α pada agar darah. Pertumbuhannya ditingkatkan oleh 5-10% CO2.
3. Sifat Biologi
Kebanyakan
energi didapat dari fermentasi glukosa, disertai oleh produksi asam laktat
secara cepat, yang menghambat pertumbuhan. Netralisasi kultur broth dengan
alkali dalam selang waktu tertentu akan terjadi pertumbuhan besar.
4. Struktur Antigen
·
Struktur Komponen
Polisakarida kapsuler secara imunologi dibedakan menjadi 84 tipe. Polisakarida merupakan suatu antigen yang mendapatkan respon sel B. Bagian somatik pneumococcus mengandung protein M dimana karakteristik untuk masing-masing tipe dan kelompok karbohidrat spesifik bersifat umum bagi semua pneumococci. Karbohidrat dapat dipresipitasi oleh protein reaktif C, yakni substansi yang didapat dalam serum pasien-pasien tertentu.
Polisakarida kapsuler secara imunologi dibedakan menjadi 84 tipe. Polisakarida merupakan suatu antigen yang mendapatkan respon sel B. Bagian somatik pneumococcus mengandung protein M dimana karakteristik untuk masing-masing tipe dan kelompok karbohidrat spesifik bersifat umum bagi semua pneumococci. Karbohidrat dapat dipresipitasi oleh protein reaktif C, yakni substansi yang didapat dalam serum pasien-pasien tertentu.
·
Reaksi Quellung
Ketika pneumococcus dari tipe tertentu dicampur dengan serum antipolisakarida dari tipe sama atau dengan antiserum polivalen diatas slide mikroskop, kapsul dapat berkembang secara nyata. Reaksi ini bermanfaat untuk identifikasi cepat dan penentuan tipe organisme baik dalam sputum dan dalam kultur. Antiserum polivalen yang berisi antibodi hingga 84 tipe merupakan reagent yang baik untuk determinasi pneumococcus pada sputum segar pada pemeriksaan mikroskopis.
Ketika pneumococcus dari tipe tertentu dicampur dengan serum antipolisakarida dari tipe sama atau dengan antiserum polivalen diatas slide mikroskop, kapsul dapat berkembang secara nyata. Reaksi ini bermanfaat untuk identifikasi cepat dan penentuan tipe organisme baik dalam sputum dan dalam kultur. Antiserum polivalen yang berisi antibodi hingga 84 tipe merupakan reagent yang baik untuk determinasi pneumococcus pada sputum segar pada pemeriksaan mikroskopis.
5. Patogenitas
a.
Produksi Penyakit
Streptococcus Pneumoniae menyebabkan penyakit melalui kemampuannya untuk berkembang biak didalam jaringan. Mereka tidak menghasilkan toksin. Virulensi dari organisme merupakan fungsi kapsulnya, yang dapat mencegah atau menunda pencernaan oleh fagosit. Serum yang mengandung antibodi terhadap polisakarida tipe spesifik dapat melindungi dari infeksi. Jika serum tersebut diserap oleh polisakarida tipe tertetu, maka serum tersebut akan kehilangan daya proteksinya. Hewan atau manusia yang diimunisasi dengan tipe pneumococcus tersebut dan memiliki antibodi presipitasi dan antibodi opsonisasi untuk tipe polisakarida tersebut.
Streptococcus Pneumoniae menyebabkan penyakit melalui kemampuannya untuk berkembang biak didalam jaringan. Mereka tidak menghasilkan toksin. Virulensi dari organisme merupakan fungsi kapsulnya, yang dapat mencegah atau menunda pencernaan oleh fagosit. Serum yang mengandung antibodi terhadap polisakarida tipe spesifik dapat melindungi dari infeksi. Jika serum tersebut diserap oleh polisakarida tipe tertetu, maka serum tersebut akan kehilangan daya proteksinya. Hewan atau manusia yang diimunisasi dengan tipe pneumococcus tersebut dan memiliki antibodi presipitasi dan antibodi opsonisasi untuk tipe polisakarida tersebut.
b.
Resistensi Alamiah
40-70% dari manusia kadang-kadang merupakan carrier pneumococcus yang virulen, maka mukosa pernapasan normal harus memiliki daya tahan alamiah bagi pneumococcus. Diantara faktor-faktor yang mungkin menyebabkan rendahnya resistensi dan berpengaruh pada infeksi pneumococcal adalah sebagai berikut :
40-70% dari manusia kadang-kadang merupakan carrier pneumococcus yang virulen, maka mukosa pernapasan normal harus memiliki daya tahan alamiah bagi pneumococcus. Diantara faktor-faktor yang mungkin menyebabkan rendahnya resistensi dan berpengaruh pada infeksi pneumococcal adalah sebagai berikut :
o
Ketidak normalan saluran
pernapasan
Virus dan infeksi-infeksi lain yang merusak
sel permukaan : akumulasi abnormal mucus (alergi) yang melindungi pneumococcus
dari fagositos, obstruksi bronchus (missal atelectasis) dan kerusakan saluran
pernapasan disebabkan oleh bahan iritan yang mengganggu fungsi mucocilary.
o
Mekanisme Lain
Kekurangan gizi, kelemahan umum, anemia sickle cell,
hiposplenisme, nefrosis atau difisiensi bahan tambahan.
6. Epidemiologi\
Pneumonia
oleh pneumococcus berjumlah sekitar 60% dari semua pneumonia bakterial. Ini
merupakan penyakit endemik dengan angka kejadian tinggi pada carrier (pembawa
penyakit). Pada perkembangan penyakit, faktor-faktor yang mempengaruhi lebih
penting daipada pemaparan terhadap agen yang terinfeksi, dan carrier yang sehat
jauh lebih sering mendistribusikan pneumococcus daripada pasien yang sakit.
Sangat mungkin melakukan imunisasi terhadap individu dengan polisakarida tipe
spesifik. Vaksin dapat memberikan 90% perlindungan terhadap bakterimia
pneumonia. Diantara para pekeja tambang emas di Afrika Selatan, vaksin-vaksin
yang memuat 14 tipe pneumococcus menguntungkan pasien yang memiliki penyakit
sickle cell atau setelah splenectomi Pada tahun 1983, perluasan vaksin
polisakarida yang memuat 23 tipe dilisensikan di Amerika Serikat. Vaksin-vaksin
demikian sesuai bagi anak-anak dan bagi orang tua, orang yang lemah atau
individu yang daya tahan tubuhnya rendah. Vaksin pneumococcus akan berkurang
imunigenitasnya pada anak dibawah usia 2 tahun dan pada pasien yang menderita
lymphoma, untuk pasien yang beresiko tinggi, pemberian propilaksis penisilin
harus disertai dengan vaksinasi. Bahkan, diharapkan dapat mencegah faktor
predisposisi, membuat diagnosis secara tepat, dan memulai kemoterafi dengan
benar. Dewasa ini, banyak kematian yang disebabkan pneumonia oleh pneumococcus
terjadi pada orang berusia diatas 50 tahun, orang dengan kekebalan alamiah yang
terganggu, misalkan mereka dengan penyakit sickle cell atau asplenia dan mereka
dengan bakteremia.
7. Penyakit yang di timbulkan
Pneumonia
adalah penyakit peradangan pada parenkim paru. Pneumonia adalah penyebab
kematian keenam di Amerika Serikat. Organisme penyebab termasuk bakteri, virus,
fungus dan protozoa. Agen mikroba yang menyebabkan pneumonia memilki dua cara
transmisi yang utama yaitu aspirasi organisme patogenik yang telah
berkolonisasi pada osofaring dan inhalasi aerosol infeksius.Yang lebih jarang,
bakteri dapat mencapai parenkim paru melalui aliran darah dari bagian
ekstrapulmonal atau dari penggunaan obat intravena.Pneumonia digolongkan
berdasarkan patologi, mikrobiologi, dan klinis.Klasifikasi mikrobiologis
pneumonia didasarkan organisme penyebab yang diidentifikasi dengan
mikrobiologi. Agen penyebab pneumonia bakteri dibagi menjadi organisme gram
positif atau gram negative. Streptococcus pneumonia merupakan satu organisme
gram positif merupakan penyebab pneumonia bakteri paling sering.
Pengobatan pneumonia yaitu dengan pemberian obat-obat antibiotik seperti penisilin. Pencegahan terhadap penyakit yang paling efektif yaitu melalui pemberian vaksin.
Pengobatan pneumonia yaitu dengan pemberian obat-obat antibiotik seperti penisilin. Pencegahan terhadap penyakit yang paling efektif yaitu melalui pemberian vaksin.
8. Pengobatan
Karena
pneumococcus bersifat sensitif terhadap antimikroba, perawatan awal biasanya
berlangsung pada proses pemulihan yang cepat dan respon antibodi agaknya kurang
berperan. Penisilin G merupakan obat pilihan. Tapi di Amerika Serikat 5-10%
pneumococcus resisten terhadap penisilin dan kira-kira 20% agak resisten (MIC
0,1-1µg/ml). penisilin G dosis tinggi dengan MICs sebesar 0,1-2µg/mL ternyata
efektif untuk menangani pneumonia yang disebabkan oleh pneumococcus tetapi
tidak efektif menangani meningitis yang disebabkan oleh strain yang sama.
Beberapa strain yang resisten penisilin ternyata juga resisten terhadap
cefrizoxime, juga resisten terhadap tetrasiklin dan eritromisin. Pneumococcus
peka terhadap vankomisin.
BAB
III
METODE KERJA
A.
Alat Dan Bahan
1. Alat
Ose / nal
Bunsen / Hotplate
Inkubator
Rak Tabung
Cawan Petri
Autoclave
pH meter
Tabung Reaksi sedang, dan kecil
Kapas
Pipet Tetes
Gelas Ukur
Erlenmeyer
Gelas Kimia
Batang Pengaduk
Sendok Tanduk
2.
Bahan
Media EMB Agar
Media Endo Agar
Media Mc Conkey
Laktosa
Sukrosa
Glukosa
Maltosa
Simon Citrat
MR-VP
SIM
TSIA
3. Regensia
Larutan
Covas
Larutan
Metyl Red
KOH 40%
Larutan
a-naftol
B.
Cara Isolasi dan Identifikasi
1. Hari I
Siapkan alat dan bahan yang di
gunakan
Setelah ose di sterilkan ambillah
biakan bakteri
Kemudian masukkan ke dalam media
BHIB
Di lakukan
pewarnaan gram
Buat sediaan
pada objek gelas, keringkan, kemudian rekatkan (fiksasi) 3x di atas api Bunsen.
Tuangi dengan
larutan karbol-gentian-violet (sesudah sediaan dingin), biarkan selama 2- 3 menit.
Cuci dengan air mengalir
Zat warna
dibuang dan bubuhi dengan larutan mordant (lugol), diamkan selama kira-kira 1-2 menit.
Lugol dibuang
dan preparat dicelupkan ke dalam alkohol 96%, sampai warna gentian violet lepas
(sampai gentian violet tidak ada luntur lagi).tunggu 20 – 40 detik
Cuci dengan air
kran sampai bersih, kemudian bubuhi dengan cat-penutup (counter stain) larutan
water-fuchsin, biarkan kira-kira 1-2 menit.
Cuci dengan air
kran, keringkan dalam temperatur kamar, lihat dengan mikroskop
Kemudian masukkan ke dalam
ingkubator pada media BHIB
dan
ingkubasi selama 24 Jam dengan suhu
37 °c
2. Hari II
Biakan yang tumbuh pada media BHIB di wranai dengan padapengecetan
gram.
Selain itu biakan juga di tanami pada media BAP,Mac
concey.EMBA.dan endo agar.
Media yang telah di tanami kemudian di inkubasi pada suhu 37°C
seiama 24 jam didalam incubator.
3. Hari III
PEWARNAAN GRAM
Buat sediaan
pada objek gelas, keringkan, kemudian rekatkan (fiksasi) 3x di atas api Bunsen.
Tuangi dengan
larutan karbol-gentian-violet (sesudah sediaan dingin), biarkan selama 2- 3 menit.
Cuci dengan air mengalir
Zat warna
dibuang dan bubuhi dengan larutan mordant (lugol), diamkan selama kira-kira 1-2 menit.
Lugol dibuang
dan preparat dicelupkan ke dalam alkohol 96%, sampai warna gentian violet lepas
(sampai gentian violet tidak ada luntur lagi).tunggu 20 – 40 detik
Cuci dengan air
kran sampai bersih, kemudian bubuhi dengan cat-penutup (counter stain) larutan
water-fuchsin, biarkan kira-kira 1-2 menit.
Cuci dengan air
kran, keringkan dalam temperatur kamar, lihat dengan mikroskop
Media TSIA
Setelah nall di stelirkan ambil
bakteri pada media ( emba ) dan tusukkan nall pada media TSIA setelah di tusuk
goreskan pada permukaan media dari babwah ke atas fiksasi pada mulut tabung dan
tutup dengan kapas steril dan ingkubasi selama 24 Jam dengan suhu 37 °c
4.
Hari IV
Dilakukan pembacaan pada media SCA,SIM,MrVP,dan gula-gula.
Hasit pembacaan di catat kemudian dicocokkan dengan table
identifikasi bakteri.
C.
Tes Uji biokimia
1) Buatlah suspensi bakteri dari coloni bakteri yang sebelumnya telah
di tanam pada media EMBA yang di ambil adalah coloni yang menunjukkan ciri
koloni bakteri proteus
2) Ambil satu mata nal suspensi bakteri dan tanam pada tiap media
dengan cara:
Ø Media SCA
Goreskan perlahan secara zig-zag mata nal (yang sudah suspensinya)
dari bagian dalam permukaan media miring sampai keluar
Sterilkan pada mulut tabung dan tutup dengan
menggunakan kapas steril
Pada media SCA, tidak perlu di tusuk dengan nal
Ingkubasi selama 24 jam dengan suhu 37°c
Ø Media SIM
Tusukkan nal yang sudah suspensi bakterinya ke tengah-tengah media
agar, jangan sampai menyentuh permukaan tabling/ mendekati.
Tutup dengan kapas steril yang sebelumnya
sudah di fiksasi pada mulut media
Ingkubasi selama 24 jam dengan suhu 37°c
Ø Media MR-VP dan gula-gula ( laktosa, maltosa , glukosa , sukrosa ,
manitol )
Ambil satu ose suspensi bakteri, masukkan dalam media cair, aduk-aduk agar
suspensi bakteri dan agarnya tercampur yang di dalamnya ada tabung durham.
Tutup kembali dengan kapas steril
Ingkubasi selama 24 jam dengan suhu 37°c
Ø Media Urea
Goreskan perlahan secara zig-zag mata nal (yang sudah suspensinya)
dari bagian dalam permukaan media miring sampai keluar
Sterilkan pada mulut tabung dan tutup dengan
menggunakan kapas steril
Pada media Urea, tidak perlu di tusuk dengan nal
Ingkubasi selama 24 jam dengan suhu 37°c
D.
Inkubasi
370C selama 24 jam
|
Pemusnahan
|
Pembacaan hasil
|
BHIB
|
Inkubasi 370C selama 24
jam
|
Pewarnaan gram
|
sampel
|
Inkubasi 370C selama 24
|
· Glukosa
· Laktosa
· Maltose
· Sukrosa
· Manitol
|
· SIM
· MR-VP
· SCA
· Urea
|
Pewarnaan gram
|
EMBA
|
NA
|
MSA
|
BAP
|
TSIA
|
Inkubasi 370C selama 24
jam
|
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
a. Media penyubur
a) BHIB
b) Nutrient
Agar Plate
b. Pewarnaan gram
Bentuk
:coccus
Susunan: Staphylococcus
Warna : ungu
Sifat : (+)
positif
|
Hasil pewarnaan gram adalah Bakteri gram negatif (+) yaitu streptococcus gram positif (+).
c.
Isolasi
Isolasi
Hasil
penanaman pada media Blood Agar Plate (BAP)
Ciri-ciri koloni: Koloni kecil-kecil, putih abu-abu,
bulat, jernih, smooth, sedikit cembung, haemolytis (ada zone jernih disekitar
koloninya).
d. Uji Identifikasi
Biokimia
|
Koloni dari BAP
|
TSIA
|
Lereng : Kuning
Dasar : Kuning
H2S : Negatif
Gas :Negatif
|
11111Maltosa
Glukosa
Fruktosa
Sukrosa
|
Semua Positif (+)
Terdapat GAS pada tabung durham
Terjadi perubahan warna dari kuning menjadi kuning keruh
|
Sca
|
Negatif ( -)
Tidak terjadi perubahan warna dari
warna hijau tetap warna hijau
|
Sim
|
H2S : (-)
tdk terdapat endpan hitam
INDOL : (+) terdapat cincin berwarna merah
MOTILITY: (+) terdapat pergerakan bakteri
|
MR + Methyl red
|
positif ( +)
terdapat cincin berwarna merah pada
permukaan bakteri
|
VP + KOH 40%
+ alpha naphtol
Sitrate |
negatif ( -)
tidak terjadi perubahan warna pada
media
|
Urea
|
Negatif (-)
Oleh karna bakteri tidak mampu mengubah enzim urea menjadi ammonia dan
O2
|
B. Pembahasan
Ø Media Pertumbuhan
Media adalah suatu bahan atau
susunan bahan yang terdiri dari nutrisi atau zat-zat makanan yang digunakan
untuk menumbuhkan mikroba (bakteri). Media pertumbuhan atau pembiakan
diperlukan untuk mempelajari sifat bakteri untuk dapat mengadakan identifikasi,
determinasi, atau diferensiasi jenis-jenis yang ditemukan.
Media pembiakan yang digunakan untuk
mengembangbiakkan bakteri di laboratorium dapat dibedakan menjadi tiga yaitu;
medium pembiakan dasar, medium pembiakan penyubur, medium pembiakan selektif,
dan cara mendapatkan biakan murni.
1.
Media Pembiakan Dasar
Media
pembiakan dasar adalah media pembiakan sederhana yang mengandung zat-zat yang
umum diperlukan oleh sebagian besar mikroorganisme, dan dipakai juga sebagai
komponen dasar untuk membuat medium pembiakan lain.
2.
Media Pembiakan Penyubur
Media ini dibuat dari media pebiakan
dasar dengan penambahan zat-zat lain untuk mempersubur pertumbuhan bakteri
tertentu, yang pada media pembiakan dasar tidak dapat tumbuh dengan baik. Untuk
keperluan ini ke dalam media pembiakan dasar sering ditambahkan darah, serum,
cairan tubuh, ekstrak hati, otak, dan sebagainya.
3.
Media Pembiakan Selektif
Media pembiakan selektif digunakan
untuk menyeleksi bakteri yang diperlukan dari campuran dengan bakteri-bakteri
lain yang terdapat dalam bahan pemeriksaan. Dengan penambahan zat-zat tertentu
bakteri yang dicari dapat dipisahkan dengan mudah. Media pembiakan ini
berdasrkan pada sifat kerjanya, dapat dibedakan dalam:
Medium pembiakan selektif dalam
pemakaiannya diberi bermacam-macam bentuk yang sesuai dengan tujuannya, yaitu
sebagai berikut:
a)
Bentuk
media cair; Pada media cair, bahan-bahan gizi dilarutkan dalam air sehingga
pertumbuhan bakteri ditandai dengan perubahan warna media menjadi keruh,
semakin banyak bakteri tumbuh akan semakin keruh larutan.
b)
Bentuk
media padat; Media padat dibuat dengan penambahan bahan pengeras (agar-agar
atau gelatin) pada campuran bahan gizi dan air. Biasanya digunakan agarosa yang
memiliki sifat cair pada suhu ≥ 95⁰C
tetapi berbentuk padat pada suhu dibawah 50⁰C. Dengan kondisi inkubasi yang
sesuai bakteri dapat tumbuh dan berkembang dalam jumlah yang banyak sehingga
dapat dilihat tanpa menggunakan mikroskop (koloni). Pertumbuhan bakteri
membentuk kelompok yang terdiri dari satu jenis bakteri yang disebut koloni,
dengan kata lain dalam satu koloni adalah bakteri yang sama genus dan
spesiesnya memiliki karakteristik gen dan fenotip yang sama. Pembiakan bakteri
yang terdiri dari satu macam koloni yang seragam disebut dengan pembiakan
murni.
Berikut
bentuk-bentuk media padat:
·
Bentuk lempeng, dibekukan dalam pinggan petri.
·
Bentuk miring, dibekukan dalam keadaan miring dalam tabung.
·
Bentuk tegak, dibekukan dalam keadaan tegak dalam tabung.
Bila konsentrasi agarnya dikurangi menjadi ½-¼ % menjadi medium setengah padat
yang digunakan untuk pemeriksaan gerak bakteri.
4. Cara Mendapatkan Biakan Murni
Untuk menegakkan diagnosis
bakteriologis sebaiknya biakan bakteri berada dalam keadaan murni atau tidak
tercampur dengan bakteri-bakteri lain. Biakan murni diperlukan untuk
mempelajari cirri-ciri koloni, sifat-sifat biokimia, morfologi, reaksi
pengecatan, reaksi imunologi, dan kerentanan bakteri terhadap zat antibakteri.
Ø Isolasi Bakteri
Di alam populasi mikroba tidak
terpisah sendiri menurut jenisnya, tetapi terdiri dari campuran berbagai macam
sel. Oleh karena itu, dalam mempelajarinya, bakteri harus diambil dari alam
lalu diisolasikan dalam suatu biakan murni. Di dalam laboratorium populasi
bakteri ini dapat diisolasi menjadi kultur murni yang terdiri dari satu jenis
yang dapat dipelajari morfologi, sifat dan kemampuan biokimiawinya. Biakan
murni adalah biakan yang hanya berisi 1 jenis bakteri.
Ada berbagai cara untuk mengisolasi
bakteri dalam biakan murni yaitu, cara pengenceran, cara penuangan, cara
penggesekan atau penggoresan, cara penyebaran, cara pengucilan 1 sel, dan cara
inokulasi pada hewan. Masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan.
Cara Penggoresan
Cara penggoresan bertujuan bertujuan
untuk mengisolasi mikroorganisme dari campurannya atau meremajakan kultur ke
dalam medium baru. Isolasi bakteri dengan cara ini terbagi menjadi tiga yaitu
goresan sinambung, goresan T, goresan kuadran (streak quadrant).
Tapi yang digunakan yaitu goresan T dengan cara:
- Bagi cawan menjadi 3 bagian menggunakan
spidol marker.
-
Ambil 1 ose
suspensi bahan yang mengandung bakteri atau campuran bakteri secara
aseptik.
-
Inokulasi
daerah 1 dengan streak zig-zag
-
Panaskan
ose dan tunggu dingin, kemudian lanjutkan streak zig-zag pada daerah 2 (streak
pada gambar). Cawan diputar untuk memperoleh goresan yang sempurna
-
Lakukan
hal yang sama pada daerah 3.
Media
isolasi yang digunakan yaitu Blood Agar Plate (BAP). Ciri-ciri koloni yang
didapat pada media tersebut adalah Koloni kecil-kecil, putih abu-abu, bulat,
jernih, smooth, sedikit cembung, haemolytis (ada zone jernih disekitar
koloninya).
Ø Pewarnaan Gram
Pengecatan gram pertama kali
dikemukakan oleh Christian Gram (1884). Dengan pengecatan ini film bakteri
mula-mula dilapisi dengan larutan zat warna CGV dan didiamkan beberapa lama,
kemudian disiram dengan larutan iodium dan dibiarkan terendam dalam waktu yang
sama. Sampai tingkat pengecatan ini selesai, semua bakteri akan berwarna ungu.
Selanjutnya, preparat didekolorisasi
dengan alcohol atau campuran alcohol dan aseton sampai semua zat warna tampak
luntur dari film. Setelah dicuci dengan air, preparat diberi warna kotras
(counterstain) seperti safranin, karbolfucsin encer, air fuchsin, tengguli
Bismack, atau pironin B.
Diantara bermacam-macam bakteri yang
dicat, ada yang dapat menahan zat warna ungu
(CGV) dalam tubuhnya meskipun telah didekolorisasi dengan alcohol atau
aseton. Dengan demikian tubuh bakteri itu tetap berwarna ungu meskipun disertai
dengan pengecatan oleh zat warna kontras, warna ungu itu tetap dipertahankan. Bakteri yang member reaksi semacam
ini disebut bakteri Gram Positif. Sebaliknya, bakteri yang
memberi tidak dapat menahan zat warna setelah dekolorisasi dengan alcohol akan
kembali menjadi tidak berwarna dan bila diberikan pengecatan dengan zat
warna kontras, akan berwarana sesuai dengan zat warna kontras (air Fuchsin
berwarna merah). Bakteri yang
memperlihatkan reaksi semacam ini dinamakan bakteri Gram Negatif.
Pewarnaan :
Pewarnaan Gram dilakukan untuk
mengetahui apakah bakteri bersifat Gram positif atau Gram negatif. Hasil
dari pewarnaan Gram yang telah dilakukan terlihat bahwa bakteri berwarna biru.
Hal ini menandakan bahwa bakteri tersebut bersifat Gram positif. Pada
pewarnaan Gram bakteri terlihat berbentuk streptococcus gram positif dan
berwarna biru.
Bakteri Gram positif akan berwarna
biru, hal ini dikarenakan oleh bakteri mempunyai lapisan dinding sel yang kaku
dengan lapisan peptidoglikanyang terdiri dari 30 lapisan. Permeabilitas dinding
sel bakteri gram positif yang rendah mengakibatkan kompleks ungu Kristal-yodium
(UKY) tidak dapat keluar setelah pencucian dengan alkohol. Kandungan lipid Gram
positif yang rendah, maka dinding selnya akan terhidrasi akibat pemberian
alkohol, sehingga pori-pori mengecil, permeabilitas berkurang dan komplek UK-Y
tidak dapat terekstraksi, sedangkan
Bakteri Gram negatif akan
terlihat berwarna merah, hal ini dikarnakan oleh bakteri Gram negatif mempunyai
lapisan peptidoglikan yang tipis, yaitu hanya 1-2 lapisan. Oleh sebab itu, maka
pori-pori pada dinding sel Gram negatif cukup besar dan karena permeabilitasnya
yang tinggi memungkinkan terjadinya pelepasan komplek ungu kristal yodium.
Dalam proses pewarnaan Gram, pencucian dengan alkohol akan menyebabkan
terekstrasinya lipid pada bakteri Gram negatif. Hal ini menyebabkan komplek
ungu kristal yodium yang telah memasuki dinding sel pada langkah awal pewarnaan
dapat terekstraksi.
Ø Identifikasi bakteri
Proses identifikasi bakteri dapat
perupa pengecatan, penanaman pada media plate, dan uji bio kimia. Salah satu
tujuan pengecatan bakteri untuk mengetahui bentuk morfologi bakteri namun pada
pengecatan belum bisa pastikan spesiesnya karena spesies yang berbeda bentuk
morfologinya bisa sama. Penanaman pada media plate bertujuan untuk melakukan
isolasi dan dari penanaman dapat diketahui bentuk koloni.
Media diferensial adalah media yang
mengandung suatu bahan yang dapat membedakan jenis bakteri satu dengan lainnya
berdasarkan sifat biokimia/hasil reaksinya terhadap bahan dalam media tersebut.
Media ini digunakan oleh ahli mikrobiologi untuk mengidentifikasi jenis bakteri
tertentu.
Media Differensial dan Uji Biokimia :
1. media TSIA
pada
dasarnya di dapat hasil positif berwarna kuning di sebabkan menfermentasi
sukrosa dan laktosa sehingga banyak asam yang terbentuk yang mengakibatkan
timbul warna kuning pada permukaan TSIA
2.
media
SCA
pada
dasarnya di dapat hasil negatif ini di sebabkan oleh karna bakteri tidak mampu
menghasillkan cittrate sebagai sumber carbon dan energi sehingga tidak terdapat
perubahan warna sama sekali
3.
media
urea
hal
ini di dapat negatif yang pada dasarnya di sebabkan oleh bakteri yang tidak
mampu menggunakan enzim urea sehingga
tidap dapat mengubah urea menjadi amonia dan oksigen
4.
media
SIM
di
mana dalam hal ini di dapat negatif pada sulfur pada saat penambahan kovac.s
yaitu tidak terdapat endapan hitam
dan pada indol
di dapat positif ini di karnakan bahwa terbentuk cincin berwarna merah dan pada
mothyliti di dapat positif ini di karnakan bahwa terdapat pergegrakan bakteri
oleh karna terdapat campuran asam pada media SIM
5.
media
gula gula ( laktosa maltosa sukrosa glukosa )
di
mana dalam hal ini di dapat positif di karnakan oleh terjadinya perubahan warna
pada gula gula dari kuning menjadi kuning keruh ini di sebabkan oleh bakteri
yang mampu menghasil gula menjadi prodak asam sehingga mampu melakukan
fermentasi dan dapat terbentuk gas pada tabung durham ini di sebabkan selain
mengubah gula menjadi prodak asam dapat juga menghasilka gas sebagai hasil
sampingan kecuali pada media sukrosa yang tidak terjadi perubahan warna sama
sekali
media
MR
di
mana hasil yang di dapat adalah positif ini di sebabkan oleh karna terdapat
cincin berwarna merah yang di mana cincin merah terbentuk oleh karna terdapat
campuran asam seperti asam carbonat
media
VP
di
mana hasil yang di dapat adalah negatif
ini di sebabkan oleh karna tidak terdapat perubahan warna sama sekali
sehingga hasil yang di dapat negatif
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Streptococcus pyogenes ialah bakteri
Gram-positif bentuk bundar yang tumbuhdalam rantai panjang.dan merupakan
penyebab infeksi Streptococcus Grup A.
Dalam
Mengidentifikasi dan mengisolasi bakteri baik itu Streptococcus
pyogenes
dengan menggunakan sampel biakan murni
dalam hal ini dapat di simpulkan bahwa:
dari
hasil penanaman bakteri Staphylococcus
aureus
pada media identifikasi di dapat hasil TSIA(+), UREA(+), MR(+), SCA(+),
B.
Saran
Sampai sekarang belum ditemukan obat
yang resisten terhadap bakteri S. pneumonia, jadi kesehatan lingkungan
tempat tinggal dan kebersihan diri sangatlah penting dan harus di jaga.
DAFTAR
PUSTAKA
Bangkasi B, 2009. Bakteri patogen. Poltek.
Makassar.
Mayes, P. A. Granner. D. K Rodwell. V. W.
Martin Jr. D.W, 1987. Penyakit menular yang di sebabkan oleh
mikroorganisme Edisi 20. 25. Jakarta, Alih Bahasa Darmawan.J. Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Ditlabkes RI, 2005, Pedoman Pemeriksaan Laboratorium
Untuk Penyakit yang di sebabkan oleh mikroorganisme Depkes. Jakarta.
Hardjoeno, 2006. Interprestasi Hasil Tes
Laboratorium Diagnostik. Lembaga Penerbitan UNHAS. Makassar
Colby Diane S, 1988. Ringkasan bakteriologi.
Adji Dharma.Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar